Hinata tak henti-hentinya meratapi nasib. Gadis itu terus menggerutu sembari membenturkan kepalanya di meja belajar. Ia kesal! Sangat kesal. Bagaimana bisa kak Neji, kakak tercintanya itu mempunyai hubungan dengan Si biang onar, Naruto?
Eits, hubungan disini yang dimaksud bukan hubungan yang iya-iya loh, ya. Melainkan hubungan pertemanan yang akrab. Iya, Neji sama Naruto itu sudah saling kenal sejak jaman orok. Mereka sering bertemu menghabiskan waktu saat weekend tiba, tentu tempatnya tidak di rumah Neji. Sebab itu yang membuat Hinata terkejut saat tahu bahwa keduanya adalah teman akrab. Ya, kan dia jarang lihat Neji ngobrol bareng sama Naruto.
Nah saat insiden kemarin terjadi, Hinata menganga lebar dan merasakan bahwa ia tak akan baik-baik lagi saat melihat seringaian Naruto yang diam-diam lelaki itu tujukan untuknya, tanpa sepengetahuan Neji. "Gue bakal sering main-main ke rumah lo, nih."
Hinata ingin menangis, bisa tidak ia pindah ke rumah bibinya saja? Atau menyewa apartemen lain, gitu? Memang terdengar berlebihan, tapi percayalah bahwa Hinata sangat tidak ingin bertemu dengan Naruto.
"Kalau dibenturin terus, entar kepala kakak bakal pecah."
Anjay, suara siapa sih ini? Hinata menoleh ke belakang dan mendapati sosok Hanabi berdiri di ambang pintu kamarnya dengan raut wajah yang datar. Khas Hanabi sekali.
Hinata mendengus sebal. "Berlebihan banget pakai acara pecah segala." katanya. Hanabi mengendikkan bahu lalu berjalan mendekati sang kakak tercinta. "Kakak dipanggil kak Neji, tuh." katanya. Hinata menatapnya heran, dugaan yang tidak-tidak sudah bermunculan di kepalanya.
"Ada apa?"
"Ya enggak tahu lah, kak. Aku cuma disuruh manggil kakak aja."Hinata diam beberapa saat, ia mengalami perang batin antara menghampiri Neji atau tidak. Pasalnya tadi pagi, ia mendengar suara deru beberapa mobil entah milik siapa itu di bawah sana. Awalnya ia menduga bahwa itu milik pengawal ayahnya, namun setelah mendengar samar-samar suara beberapa lelaki, ia tiba-tiba merasa tidak enak.
Bayangannya diliputi oleh kejadian kemarin, dimana Naruto mengatakan akan segera bermain ke rumah Neji. Dan sialnya Neji menyanggupinya. Neji tidak tahu, bahwa di tempat Hinata berdiri, muka sang adik sudah pucat pasi.
Hanabi menghela nafas panjang, lalu melambaikan tangannya di depan Hinata. "Jangan melamun dong, entar kalau kesurupan aku enggak mau nolong." dan inilah Hanabi dengan kata-kata menjengkelkannya.
"Ya udah, entar kakak kesana. Kamu pergi sana, syuh~ syuh~" usir Hinata yang mampu membuat Hanabi mendengus kesal. Apa-apaan coba kakaknya itu? Cara mengusirnya ituloh enggak elit banget.
Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya Hinata memutuskan untuk memeriksa keadaan di bawah. Kalau keadaannya tidak sesuai dengan dugaan buruknya, maka ia akan menemui Neji dengan riang gembira. Jika sebaliknya? Ah, urusan nanti.
Hinata berjalan mengendap-endap menuju ruang keluarga, samar-samar ia mendengar suara beberapa lelaki dari arah sana. Hinata meneguk ludahnya susah payah.
'Semoga saja tidak ada!' batin gadis itu meminta. Dan saat ia mengintip ke dalam, tidak ada keberadaan Naruto disana. Ia hanya mengenali Sasuke Uchiha dan Gaara Sabaku, sementara sisanya ia tidak tahu.
Hinata menghela nafas lega, doanya dikabulkan oleh sang maha pencipta. Ia tak hentinya mengucapkan puji syukur dan terima kasih dengan wajah senangnya.
"Nyari gue ya, pendek?"
Deg~
Hinata sama sekali tidak berani menoleh ke belakang, arah datangnya suara ini. Ia sama sekali tidak berani. Sekujur tubuhnya rasanya kaku dan nafasnya tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEE
ФанфикHinata, putri pertama papi Hiashi yang punya hobi menyanyi sambil menari-nari dan memiliki sejuta imajinasi dalam dirinya sendiri. Jangan dikira Hinata yang ini adalah tipikal gadis remaja malu-malu dengan pipi merona setiap saat tanda ia sedang ter...