BAB 9 - SENYUMAN

1.4K 141 2
                                    

Terkadang, bukan paras yang mampu membuatku menjatuhkan hati padamu.
Namun senyuman mu lah yang mampu membuat jantung ini berdegup lebih kencang dari biasanya.

***

Buk~ Buk~
Naruto terus memukul wajah lelaki yang sudah tak berdaya di bawah kuasanya tersebut. Lelaki itu menghempaskan dengan kasar lalu mendecih sebal melihat lawannya sudah babak belur tak karuan.

"Lain kali, carilah lawan yang seimbang." ucapnya dingin lalu pergi dari tempat kejadian. Sasuke dan Gaara yang juga berada disana hanya menghela nafas tanpa berniat melerai keduanya.

"Lo mau kemana?" pertanyaan Gaara membuat Naruto berhenti melangkah. "Cari udara segar." dan lelaki itu kembali berjalan dengan santai. Satu tempat yang sedang ia tuju sekarang, atap sekolahan ini. Gaara dan Sasuke saling pandang lalu kompak mengendikkan bahu, membiarkan Naruto menenangkan dirinya sendiri adalah pilihan yang tepat.

Suigetsu, teman seangkatan dengannya dari kelas lain. Entah mengapa lelaki itu tiba-tiba mengejeknya dengan menyangkut pautkan nama gadis itu dengannya. Sungguh, Naruto yang memang dari pagi tadi sedang kesal semakin dibuat geram. Alhasil, ia tak segan untuk melayangkan tinjuannya pada Suigetsu dengan sukarela.

Suigetsu memang teman SMP nya. Mereka satu sekolah dan pernah terlibat menjadi teman sekelas, tentu dengan gadis itu juga. Jelas saja lelaki itu tahu tentang hubungannya dengan gadis itu.

Perlu diketahui, bahwa membutuhkan waktu lama untuk mengusir segala kenangannya dengan gadis itu. Dan dengan seenak jidatnya Suigetsu berani mengolok dirinya dengan menyebut nama orang yang paling ia lupakan saat ini.

Setibanya di atap sekolah, Naruto menjatuhkan tubuhnya di lantai dan menyandarkan punggungnya di dinding dimana biasanya ia beristirahat. Ia lelah dan butuh tidur secepatnya saat ini. Baru saja akan memejamkan matanya, sebuah suara tak asing mengganggu indera pendengarannya.

"Tapi, aku tidak bisa mengembalikannya dalam waktu singkat, Hinata..."
"Eh? Tidak apa. Jangan dipikirkan dahulu, ya? Yang terpenting sekarang adalah kesembuhan ayahmu."
"Terima kasih banyak! Sungguh, aku berterima kasih banyak!"
"Huum,"

Suara langkah yang menjauh kemudian disusul bunyi pintu tertutup membuat Naruto yakin bahwa sekarang hanya ada dirinya dan gadis itu sekarang. Lelaki itu bangkit dan beranjak menuju tempat sumber suara, dan benar saja dugaannya bahwa Hinata ada disana. Gadis itu memunggunginya.

"Semoga ayahnya Serin lekas sembuh, Tuhan~" kata Hinata dengan nada memohon. Gadis itu menghembuskan nafas panjang lalu berbalik.

Deg~
Jantung gadis itu berdetak lebih cepat saat menemukan Naruto tengah menatapnya dan berdiri tak jauh darinya. Apa yang dilakukan lelaki itu disini? Apa ia mengetahui semuanya?

"Se-sedang ap-apa disini?" tanya Hinata kikuk. Naruto menaikkan sebelah alisnya lalu bersedekap. "Lo bikin ulah?" Hinata mendengus sebal. Bisa tidak sih Naruto tak berpikiran negatif terus tentangnya? Dan lagi, mana mungkin Hinata yang menggemaskan seperti ini mampu bikin onar di sekolahan? Mau taruh dimana muka tampan papi Hiashi?

GEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang