"Pada saat itu phi tidak terlalu peduli dengan yang namanya perasaan, yang phi tau hubungan seperti itu hanya akan merepotkan." Mark memulai ceritanya. Matanya menerawang ke masa lalu saat dirinya bertemu seseorang yang mengubah pandangannya tentang cinta.
-------------Flashback on---------------
Mark sedang bermain basket bersama timnya hanya untuk latihan persiapan pertandingan dua minggu yang akan datang. Para cheerleader menyemangati Mark dan timnya di pinggir lapang. Ada juga para mahasiswi penggemar Mark dan tim basketnya di tribun penonton.
Mark bersikap biasa saja, tak terganggu ataupun senang. Dia hanya fokus bermain basket agar dia menang di pertandingan itu.
Sampai pertandingan selesai, Mark berhasil mencetak lebih dari 15 point. Dia sedikit kelelahan kali ini. Teman-temannya mengajak Mark untuk minum minum sebelum pulang ke rumah. Namun Mark menolaknya dengan halus, dia tak ingin pulang dengan keadaan mabuk.
"Ehh guys gue pulang duluan ya!" Seru Mark pada teman satu timnya. Dia langsung berjalan pulang namun sebelumnya ia berjalan ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Saat itu cuaca terlihat sedang kurang bersahabat, padahal ini masih sore tapi keadaan sudah gelap. Sepertinya hujan akan segera turun, Mark bergegas ke arah mobilnya sampai tak sadar ada seseorang yang berniat jahat mengikutinya.
'Duaghh'
Suara yang cukup kencang terdengar, Mark tergeletak ditanah. Rupanya orang itu memukul kepala bagian belakang Mark dengan keras hingga ia tak sadarkan diri.
Tak ada mahasiswa yang berlalu lalang di tempat Mark pingsan, karena hujan turun lumayan deras yang membuat orang-orang akan memilih berteduh dibanding ke parkiran.
Sampai seseorang datang membawa payung ke arah Mark dengan sedikit berlari. "Phi bangun phiiii." Ucap orang itu berusaha membangunkan Mark.
Melihat darah di belakang kepala Mark membuat Gun panik. Ya, orang itu adalah Gun.
Gun segera melipat payungnya dan memasukannya kedalam tas yang ia bawa lalu mencoba menggendong Mark. Ia berjongkok dan berusaha menaikkan Mark ke punggungnya dengan susah payah. Ia menelpon Saint yang kebetulan mempunyai mobil.
"Saint please tolong aku. Aku sedang di parkiran fakultas perfilman. Aku bersama orang yang sedang pingsan, kepalanya berdarah Saint, kumohon tolonglah akuuu" Ucap Gun saat Saint mengangkat telponnya.
Tak berapa lama, Saint datang dengan mobilnya. Gun langsung berjalan kearah mobil Saint sembari menggendong Mark dipunggungnya. Saint membantu Gun meletakkan Mark di kursi penumpang dengan berbantalkan paha Gun.
Saint bergegas membawa Mark ke rumahsakit terdekat. Sebenarnya Saint penasaran, mengapa Gun bisa bersama kakak tingkatnya yang tengah tak sadarkan diri itu? Namun ia tak langsung bertanya, ia menunggu Gun untuk bercerita sendiri padanya nanti.
Setelah sampai di rumah sakit, Saint membantu mengurus administrasi dan Gun menemani Mark ke ruangan UGD. Gun merasa sangat cemas, dia tak pernah khawatir seperti ini sebelumnya.
Dokter meminta persetujuan Gun untuk melakukan operasi kecil pada Mark karena bagian belakang kepalanya sedikit robek. Gun pun menandatangani persetujuan dari pihak rumah sakit tersebut.
Saint datang dengan raut wajah khawatir ke hadapan Gun.
"Apa yang terjadi Gun? Mengapa kau mendatangani surat perizinannya?" Tanya Saint akhirnya.
"Maaf Saint telah membuatmu khawatir, namun akupun tak tahu mengapa aku sangat mengkhawatirkan phi Mark." Jawab Gun dan rautnya menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran yang amat sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because My Sister [Discontinue]
RomancePerth Tanapon mempunyai seorang adik perempuan yang sejak lahir tak pernah bertemu dengannya karena mereka tinggal di negara berbeda. Perth yang tidak mau ikut bersama orangtuanya lebih memilih untuk kuliah di negara Thailand sedangkan orang tuanya...