"Awan ke mana?"
Fawaz yang sedang memainkan ponsel langsung meletakkannya. Ryani menanyakan Awan dia harus bagaimana?
"Awan pulang duluan,"
"Pulang duluan? Secepat itu? Enggak mungkin, dia tadi bilang mau pulang bareng." Jawab Ryani tidak percaya.
Ryani meletakan asal makanan yang sudah ia pesan. Dia tidak berselera makan sekarang. Ryani merutuki Awan dalam hati, apa maksudnya meninggalkannya dan Fawaz di sini.
"Aku harus pulang, aku duluan." Jawab Ryani sembari mengambil tasnya. Menghentakan kakinya sedikit sebelum berlalu.
Fawaz hanya mengangguk. Dia tidak bisa mencegah Ryani. Kemudian dengan cepat dia langsung menghubungi Awan. Setelah beberapa panggilan tidak terjawab, akhirnya Awan mengangkat.
"Ya? Aku masih di toilet, kenapa?" Suara Awan terdengar nyaring diujung.
"Ryani baru aja pulang. Kamu enggak apa-apa? Enggak pingsan?"
Awan terdengar menghela napas namun terdengar juga tawanya setelah itu. "Ya, udah enggak apa-apa. Kamu susul Ryani dulu keluar, nanti di parkiran tunggu aku!" Katanya kemudian mematikan sambungan sepihak.
Fawaz menghela napas berat. Dia jadi tidak mengerti apa keterlibatannya dengan hubungan Ryani dan Awan. Kenapa dia berada di posisi seperti ini? Ini sama sekali bukan dia! Kenapa juga dia sekarang jadi seakrab ini dengan Awan, yang jelas-jelas niat awalnya hanya ingin menolong Awan dikeadaan darurat.
Fawaz akhirnya menuruti perintah Awan. Sebelum keluar kantin dia membayar makanan yang dipesan Ryani terlebih dahulu. Walaupun belum mereka sentuh sama sekali.
"Ry," Fawaz meneriaki Ryani.
Ryani yang kesal tidak mendengarkan seruan Fawaz sekali pun. Dia tidak peduli. Ryani tidak ada urusan dengan Fawaz.
"Ryani, tunggu!" Fawaz yang berteriak membuat orang-orang yang berada disekitar koridor kampus menatap aneh, tidak suka, dan berbagai tatapan lain.
Fawaz hanya mengacak rambutnya sendiri. Dia bingung bagaimana mengehentikan Ryani. Mereka sudah berada diluar kampus. Ryani terlihat celingukan, dia sedang menunggu angkutan umum yang lewat. Fawaz menjadikan kesempatan tersebut untuk berbicara dengan Ryani. Dengan langkah cepat Fawaz menghampiri.
"Ry, aku cuma mau bilang Awan belum pulang." Melihat Ryani yang menanggapinya hanya dengan tatapan matanya Fawaz kembali berbicara. "Aku enggak bercanda, beneran, Awan katanya cuma ke toilet."
Ryani memutar bola matanya. Apa lagi ini? Yang mana yang benar?
"Maaf, kak. Itu udah ada angkot, aku duluan." Ryani tidak merespon Fawaz. Dia kemudian melambaikan tangannya pada sebuah angkot.
Angkot berhenti dan Ryani yang sudah bersiap memasuki angkot membuat Fawaz berhenti mencoba. Dia tidak lagi mencegah Ryani. Namun baru saja Ryani akan melangkah menuju angkot, tangan Ryani ditarik oleh seseorang.
"Enggak jadi bang, maaf."
Ryani yang sudah kesal kemudian berbalik sambil menepis kasar lengan yang menahannya.
"Aku udah bilang baik-baik kenapa enggak denger! Bud_"
Kata-kata Ryani menggantung. Awan yang terlihat pucat mencoba menahan keseimbangan tubuhnya atas tindakan Ryani. Fawaz yang melihat kejadian itu langsung membantu Awan. Pada awalnya Fawaz tidak ingin ikut campur, namun keadaan ikut memaksanya juga untuk hari ini.
"Kenapa kamu sekarang jadi kasar, Ry?" Kata Awan datar.
Ryani diam. Dia tahu Awan marah.
"Kalo mau pulang Fawaz bisa antar kamu, kenapa maksa pulang pakai angkot. Aku tau kamu dari dulu, Ry, kamu enggak suka naik angkot." Kata Awan masih terlihat sama kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last
Teen FictionIni tentang awal dan akhir. Awan dan Fawaz, dua lelaki yang merubah persepsi Ryani bahwa takdir yang bergulir dan pertemuan yang singkat itu memang ada. Pertemanan, persahabatan, kasih sayang dan cinta mengikat mereka sebagai seorang manusia. Peras...