"Sudah baca dengan jelaskan? Kamu juga sekarang sudah jangan khawatirkan hubunganku dan Sean lagi. Dan untuk perasaanmu aku tidak bisa memberi apa yang kamu mau, aku sudah punya orang yang tepat." Kata Awan dingin.
"Ryani? Perempuan yang kamu peluk tadi pagi?"
Awan membulatkan matanya, kenapa Yura tahu itu?
"Ya. Dia pacarku. Jadi kamu hanya bisa menjadi temanku saja jika mau dan tidak bisa meminta lebih." Awan menegaskan. Tentu dengan sedikit bumbu kebohongan.
Yura menatap Awan, dia sungguh kecewa. Untuk kesekian kalinya Awan berhasil membuat kepercayaan dirinya hilang. Sangat berhasil. Dengan langkah cepat Yura langsung keluar dari kamar Ryani. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin dia sudah menyerah.
Awan menarik napas panjang. Apa dia sudah keterlaluan bersikap begitu pada Yura? Awan menggeleng pelan, dia berpikir itu adalah langkah terbaik yang harus diambil olehnya.
"Kata-katamu keterlaluan Awan," Fawaz menyambut Awan yang baru saja keluar dengan muka kusut.
Awan tersenyum, "apa kamu mendengarnya?"
"Ya. Sangat jelas."
"Apa kamu marah saudaramu diperlakukan begitu?" Tanya Awan was-was.
Fawaz berpikir sebentar kemudian berkata, "Enggak terlalu, tapi aku sedikit khawatir saja dia dapat perlakuan begitu dari seseorang yang disukainya. Pasti sangat menyakitkan."
"Maaf, aku terpaksa." Awan berkata lemas, menyandarkan tubuhnya di kursi. "Lalu dia ke mana? Hmm, terus Ryani?"
"Yura tadi langsung keluar dan enggak berkata apapun. Saat aku tanya dia mau ke mana dia bilang mau ke rumah nenek dan bilang aku enggak perlu antar dia karena supir pribadi nenekku nanti menjemputnya. Lalu tadi minta Ryani keluar, mungkin dia akan memperingatkan Ryani dan bilang bahwa kamu bukan laki-laki baik."
Awan meremas kepalanya pusing. "Ah, apalagi ini?"
Fawaz tertawa, "tenang, duduk santai aja dulu kita tunggu cerita dari Ryani."
💭💭💭
"Ryani, kamu beruntung bisa mendapatkan Awan. Dia laki-laki baik setahuku. Tapi kamu juga harus mempertimbangkan saudaraku, dia juga tidak terlalu buruk. Terima kasih atas waktumu hari ini, sangat menyenangkan. Cuma begitu." Ryani mengulang lagi kalimat yang baru saja dikatakan Yura dihadapan Awan dan Fawaz dengan muka bingung. "Memang ada apa sih, kata-kata nya aneh. Mendapatkan Awan ? Dan terus apa yang harus aku pertimbangkan dari Kak Fawaz?"
Awan dan Fawaz tertawa lalu menghela napas dan bersyukur atas ketidakpekaan Ryani. Dan diam-diam merutuki mulut Yura yang hampir saja membongkar rahasia Awan dan Fawaz.
"Enggak usah terlalu dipikirkan, Ry! Memang orang Jepang itu aneh-aneh." Kata Fawaz tidak berpikir panjang.
Awan menyikut Fawaz. Dia merasa kata-kata Fawaz juga ditunjukan untuknya. Maklum Awan kan pernah tinggal di sana. Fawaz melirik, "Why? Apa itu menyinggungmu?"
"Enggak, bukan itu, aku cuma merasa kasihan Yura punya saudara sepertimu."
Awan dan Fawaz terbahak. Ryani mencebik. Ryani berpikir mudah sekali mereka menjadikan Yura sebagai lelucon.
Ryani beranjak ke kamar meninggalkan Awan dan Fawaz yang masih sibuk membahas Yura. Gadis yang baru saja pulang karena patah hatinya.
"Menurutmu apa Yura akan membenciku?" Tanya Awan gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last
Teen FictionIni tentang awal dan akhir. Awan dan Fawaz, dua lelaki yang merubah persepsi Ryani bahwa takdir yang bergulir dan pertemuan yang singkat itu memang ada. Pertemanan, persahabatan, kasih sayang dan cinta mengikat mereka sebagai seorang manusia. Peras...