Fawaz membayar dua botol air mineral ditangannya, untuk Awan dan untuknya. Pagi-pagi sekali Awan sudah meneleponnya, dia bilang dia ingin bertemu dengan Fawaz ada suatu hal yang penting yang ingin dibicarakan. Mereka berdua akhirnya menetapkan tempat bertemu. Di kantin kampus Fawaz. Padahal hari ini Fawaz sama sekali tidak mempunyai jadwal kuliah, namun Awan bersih keras bahwa mereka harus bertemu ditempat tersebut. Awan bilang kantin tersebut memudahkan Ryani untuk menemui mereka ketika sesudah selesai kuliah.
"Hal penting apa? Aku penasaran, cepat katakan!" Fawaz memulai percakapan. Meneguk setengah minumannya.
Awan hanya tersenyum kemudian berkata, "Aku sebenarnya cuma mengada-ada, itu cuma alasan."
Fawaz berdecak sambil memutar bola mata malas. "Jadi?"
"Aku sebenarnya cuma malas berada di rumah."
Fawaz mengangguk mengerti. Awan kesepian. Terlihat jelas. "Bukannya kakakmu ada di rumah?" Tanya Fawaz ingat bahwa Awan mempunyai seorang Kakak perempuan.
Awan mengangguk. "Dia terus aja mengomel, ya biasa tentang kesehatan." Kata Awan santai.
Fawaz diam. Dia tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Dia tidak pernah ada di posisi Awan. Dia juga tidak tahu alasan apa yang membuat Awan sangat tidak mau ikut pengobatan dan segala proses penyembuhan penyakitnya. Tapi yang jelas Fawaz tahu semua penyakit ada obatnya. Dan itu semua demi kebaikan Awan sendiri.
"Aku juga selalu bersikap sama seperti kakakmu dari pertama mengenalmu," tutur Fawaz.
Awan tersenyum hambar. Perkataan Fawaz ada benarnya juga. Tapi kenapa dia tidak merasa sedang diceramahi ketika Fawaz yang bersikap begitu?
Handphone Awan yang berada di atas meja bergetar. Ada notifikasi masuk. Awan mengambilnya kemudian membukanya.
Ryani
Awan, kamu masih di kantin?
Pesan dari Ryani. Sebelum mengabari Fawaz, Awan terlebih dahulu mengabari Ryani mengatakan dirinya akan datang ke kampus.
Iya, aku bersama Fawaz kalo sudah selesai cepat ke sini
Awan membalas cepat lalu meletakkan kembali ponselnya. Kemudian layar ponselnya kembali menyala menampilkan ruang chat Ryani dan Awan.
Aku di perjalanan sebentar lagi sampai ke sana
"Ryani?" Tanya Fawaz setelah tidak sengaja melihat layar ponsel Awan.
Awan hanya mengangguk. Dia tiba-tiba merasa tidak enak badan.
Tidak lama kemudian suara Ryani membuat Awan dan Fawaz menoleh seketika. Wajahnya yang ceria membuat Awan dan Fawaz bertanya-tanya dalam hati. Tidak perlu dipersilahkan Ryani sudah mengambil posisi duduk di samping Awan. Tersenyum kemudian bertanya dengan manis. "Udah lama di sini?"
Awan dan Fawaz mengangguk. Mereka menatap Ryani lekat. Kebahagiaan terpancar diwajahnya. Fawaz dan Awan sama-sama terkesima. Fawaz yang baru saja sadar bahwa ternyata Ryani bisa semanis ini kembali terhanyut, padahal jelas-jelas dia sudah mencoba membunuh perasaannya pada Ryani setelah kejadian Ryani yang tidak ingin mengenalnya lagi dan setelah mengetahui fakta bahwa Awan juga sebenarnya menyukai Ryani. Awan beberapa hari lalu kelepasan bercerita tentang perasaannya pada Ryani. Di sisi lain Awan juga sama terpesonanya dengan Fawaz. Hari ini adalah hari pertama Ryani tersenyum seperti itu lagi pada Awan. Padahal setelah dipikir-pikir Awan sudah sekitaran sepuluh hari berada di sini. Awan yang sedang terhanyut dalam pikirannya tersentak oleh gerakan Ryani yang mencoba menggerakkan kursi. Awan langsung sadar dia buru-buru merubah ekspresinya kemudian beralih pada Fawaz. Namun satu hal yang membuat Awan sedikit tertegun, ternyata bukan hanya dia yang terpesona oleh Ryani namun Fawaz pun sama. Fawaz sama sekali belum merubah posisinya setelah kedatangan Ryani. Mata Fawaz terlihat berbinar-binar oleh Awan.
Apa Fawaz suka Ryani? Pikir Awan muncul begitu saja.
Awan berdehem membuat Fawaz seketika mengubah posisi duduknya menjadi tegak. Dia lalu menegak habis air mineralnya sampai membuatnya tersedak. Ryani yang melihat hal tersebut tentu saja kebingungan, kemudian berinisiatif membantu mengambilkan Fawaz tisu untuk membersihkan bajunya yang terkena air.
Sedangkan Awan hanya tersenyum geli kemudian berkata dalam hati. "Kelihatan sekali salah tingkahnya."
"Kak Fawaz enggak apa-apa?" Tanya Ryani khawatir.
Fawaz mengangguk. Mengambil secara asal minuman Awan kemudian meminumnya kembali. Awan yang awalnya hanya melihat sikap Fawaz yang tidak karuan hanya dengan senyum-senyum akhirnya berkata dengan datar. "Perlu aku ambilkan air lagi? Aku enggak yakin minuman itu cukup buat mengatasi masalahmu saat ini."
Fawaz melotot. Apa maksud Awan?
Ryani dengan polosnya bertanya. "Kak Fawaz memang kenapa?"
Awan menggeleng. "Enggak kenapa-kenapa, aku cuma bercanda."
Ryani hanya ber-oh-ria. Sedangkan Fawaz sekarang sedang mencari cara untuk memberitahu sesuatu pada Awan. Dia baru saja melihat cairan merah yang menetes dari hidung Awan. Sebelum Ryani melihat Fawaz harus segera mencari cara supaya Ryani tidak melihatnya.
"Ry bisa pesankan aku makanan. Apa aja terserah kamu." Kata Fawaz bangkit kemudian mendorong bahu Ryani.
"Kok aku?" Kata Ryani protes.
"Enggak usah protes sekarang. Kasian Awan belum makan, tiga porsi oke? Ya udah sana, cepetan!" Fawaz mendorong paksa Ryani. Dengan langkah kesal Ryani akhirnya melangkahkan kakinya untuk mengantri makanan.
"Permulaan yang bagus. Aku tau kamu suka Ryani." Kata Awan setelah perhatian Fawaz tertuju padanya sepenuhnya.
Bukannya menjawab pertanyaan Awan, Fawaz dengan sigap langsung mengambil tisu dan menyerahkannya pada Awan.
"Untuk?" Kata Awan bingung. Dia tidak mengerti kenapa Fawaz tiba-tiba memberinya tisu.
Muka Fawaz terlihat pucat. Dengan nada frustasi Fawaz kemudian berkata. "Cepet bersihin sebelum Ryani lihat."
Awan hanya tersenyum miring. Muka Fawaz terlihat seperti pertama kali dia melihat Awan pendarahan. Dengan cepat Awan mengambil tisu yang ada ditangan Fawaz.
"Aku ke toilet dulu. Ini akan lama redanya, jadi kalo setengah jam aku belum balik ke sini. Kalian pulang saja. Katakan pada Ryani aku pulang duluan atau apa saja alasannya."
"Enggak perlu aku antar?" Tanya Fawaz. Dia masih trauma ketika melihat Awan yang seperti ini, dia takut terjadi seperti dulu yang tiba-tiba Awan pingsan.
"Enggak usah. Take your time! Manfaatkan waktunya mumpung aku lagi enggak ada." Kata Awan masih menyumbat hidungnya.
Fawaz hanya mengangguk. Mengucapkan hati-hati pada Awan. Kemudian setelah melihat Awan yang baru saja keluar dari kantin barulah ia duduk kembali. Menunggu Ryani yang sedang sibuk dengan tiga porsi makanan yang sepertinya akan menjadi mubazir.
💭💭💭
Thanks for Reading 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last
Novela JuvenilIni tentang awal dan akhir. Awan dan Fawaz, dua lelaki yang merubah persepsi Ryani bahwa takdir yang bergulir dan pertemuan yang singkat itu memang ada. Pertemanan, persahabatan, kasih sayang dan cinta mengikat mereka sebagai seorang manusia. Peras...