Bab 21 (Rencana liburan)

9 2 0
                                    

Sudah seminggu ini Fawaz dan Ryani tidak bertemu Awan. Entah di mana keberadaannya. Dia tidak bisa dihubungi, begitu pun dengan keluarganya. Tiga hari yang lalu, Fawaz dan Ryani pergi ke rumah Awan namun di sana hanya ada seorang pembantu. Katanya Awan dan keluarganya sedang pergi untuk seminggu ke  depan dan tidak memberitahu kemana tujuannya.

"Hari ini mungkin Awan pulang, mau ke rumahnya?"

Ryani tidak berpikir ulang dan langsung mengiyakan ketika Fawaz bertanya.

"Kapan kita pergi? Aku butuh penjelasan dari Awan kenapa enggak mengabari kita!"

Fawaz hanya tersenyum, Ryani terlihat sangat jengkel pada Awan. "Aku juga." Tambah Fawaz.

Mereka berdua akhirnya pergi ke rumah Awan dengan segala pertanyaan yang sudah siap diajukan pada Awan.

Sesampainya di sana mereka langsung dipersilahkan masuk oleh Mentari. "Kebetulan sekali, kami baru aja sampai hari ini. Awan ngabarin kamu ya, Ry, kalo kita udah pulang?"

"Aku sama sekali enggak tahu kalo kalian udah pulang. Awan sama sekali enggak ngasih kabar ke kita dari seminggu yang lalu." Kata Ryani kesal menjawab pertanyaan Mentari.

"Oh ya? Awan enggak kasih tahu kalo kita pergi ke_"

"Oh ternyata kalian, kapan sampainya?" Tanya Awan memotong perkataan Mentari. Awan yang baru saja keluar dari kamarnya dengan langkah cepat langsung menghampiri Fawaz dan Ryani.

"Baru sampai. Kamu kapan sampainya?" Tanya Fawaz datar.

"Tahu darimana aku pergi?" Tanya Awan bingung.

"Angka kamu pergi selama seminggu, enggak ke kampus dan juga enggak ada di rumah enggak cukup fakta itu? Memangnya aku perempuan yang kamu taksir, yang enggak peka-peka itu." Mulut Fawaz langsung menjawab tanpa bisa dikontrol.

Iyaa, perempuan yang kita sukai memang enggak peka. Batin Awan.

Di samping Fawaz berdiri Ryani yang sedang menautkan alisnya dan Mentari yang sedang memandang Awan dengan penasaran.

"Awan suka perempuan?"

Semua menatap Mentari karena mendengar pertanyaannya yang ambigu.

"Kak, aku normal!" Jawab Awan sambil menekan kata-katanya.

"Oh ya? Aku enggak tahu kamu dekat dengan perempuan kecuali Ryani. Teman lelaki juga cuma Fawaz. Kamu itu ganteng tapi sayang_" Mentari menggantungkan kata-katanya membuat Awan penasaran dengan kata-kata selanjutnya walaupun dia sudah tahu pasti apa yang akan diucapkan oleh Mentari. Paling Kalimat penghinaan, apalagi kalau bukan itu?

"Apa sih, enggak jelas!" Kata Awan kesal sambil mendorong sang kakak untuk masuk ke kamarnya.

"Aku jadi penasaran siapa sih perempuan yang disukai Awan. Awan enggak adil, Kak Fawaz kayaknya sekarang menggantikan posisi aku. Padahal dulu cuma aku yang tahu segalanya tentang Awan." Ujar Ryani sedih.

Awan yang merasa bersalah langsung merangkul Ryani. "Enggak ada yang bisa menggantikan kamu, Ry. Ryani ya Ryani, Fawaz ya Fawaz. Kalian berdua beda, tapi sama-sama penting."

"Tapi kamu enggak kasih tahu aku perempuan yang kamu sukai." Ujar Ryani yang masih belum menerima bahwa sekarang di hidup Awan ada orang yang posisinya sama penting sepertinya.

"Permasalahan yang itu beda lagi, kalo aku kasih tahu Ryani nanti perempuan itu takut. Dulu Kamu kan kaya bodyguard ku, kemanapun selalu ikut kalo ada perempuan yang dekat denganku pasti langsung kamu suruh menjauh. Kalo ada yang kasih surat langsung kamu sobekin, padahal aku belum baca. Kalo ada yang ngasih coklat atau makanan yang lain langsung kamu makan tanpa kasih tahu aku dulu. Pernah satu kali ada yang nekat_"

"Cukup Awan! Aku enggak mau denger lagi!" Wajah Ryani memanas ketika mengingat apa yang diceritakan oleh Awan. Dia malu.

Fawaz yang mendengar sekilas tentang kisah Ryani dan Awan langsung tergelak. "Wow, Ryani ternyata memang fans fanatiknya Angka."

"Sama sekali bukan!" Tukas Ryani. "Dulu itu aku belum dewasa dan berpikir kalo Awan punya teman lain aku sama siapa, begitu enggak lebih."

"Dan dulu itu yang suka perempuannya bukan Awan, kalo sekarang kan Awan yang suka. Mana ganjen semua lagi."

"Ya terserah kamu deh, Ry. Yang tahu kebenarannya kan cuma kamu Dan Tuhan." Awan tertawa membiarkan Ryani menang kali ini. "Lebih baik kita duduk dulu, kalian mau minum apa biar aku ambilkan?"

"Ada cola? Aku mau cola."

"Ry?" Tanya Awan.

"Enggak usah, enggak haus." Kata Ryani jutek.

💭💭💭

"Iya liburan."

"Terus kenapa enggak kasih kami kabar?" Tanya Ryani minta penjelasan.

"Susah sinyal, Ry."

"Di mana sih, mana buktinya coba? Memang tempat liburannya di mana?"

"Udah Ry, yang pentingkan Awan udah pulang. Liburannya juga sama keluarga bukan sama orang-orang yang seperti dipikiran kamu." Fawaz melerai.

"Apa sih Kak, memang aku mikir kaya gimana?" Tanya Ryani.

"Jangan diperpanjang, dari tadi perasaan kita ribut melulu." Ujar Awan menghela napas.

"Maaf Awan, kamu istirahat aja lebih baik biar aku dan Kak Fawaz pulang."

Awan mengacak rambutnya. Ryani sekarang kenapa selalu mengartikan kata-kata Awan dengan maksud yang berbeda. Itu sangat menyebalkan.

"Hei, aku punya rencana liburan ke Jepang sambil perpisahan dengan teman sekolah di sana kalian mau ikut aku enggak?" Kata Awan setelah mengingat sesuatu.

"Jepang?"

"Ya, mungkin besok lusa."

"Besok lusa? Yura juga pulang besok lusa." Kata Fawaz.

"Aku tahu, memang aku dan Yura mau berangkat bersama. Aku sudah belikan tiket untuk kalian juga." Kata Awan semangat.

"Oh ya? Aku pasti ikut kalo udah dibelikan." Jawab Fawaz. Lumayan liburan gratis. Batin Fawaz.

"Aku enggak yakin, aku tanya Bang Ryon dulu deh." Kata Ryani. Karena segala keputusan ada ditangan kakaknya. Ibunya sih pasti boleh-boleh saja, tapi tidak tahu kalo kakaknya.

"Bang Ryon udah tahu dan setuju kok, sekarang tinggal keputusan kamu." Kata Awan.

Awan memang sudah merencanakan liburan ini dari lama. Dia ingin pergi ke Jepang dengan orang-orang yang membuatnya nyaman. Liburan kemarin Awan habiskan dengan keluarganya walaupun sambil pengobatan. Dan liburan yang akan datang Awan akan menghabiskannya dengan sahabat-sahabatnya.

"Kayaknya kamu sudah merencanakan ini ya Angka?" Tanya Fawaz penasaran.

"Ya begitu, karena untuk mencapai sesuatu itu butuh perencanaan supaya berjalan lancar."

"Kalo Bang Ryon udah setuju aku mau ikutlah masa enggak. Kapan lagi Awan sebaik ini." Kata Ryani semangat.

Setelah itu Ryani sibuk bertanya barang apa saja yang harus ia bawa pada Awan dan Fawaz.

💭💭💭


Partnya pendek banget, huhu
Maafkan :(




My First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang