Bab 2 (Menunggu? Sudah biasa bukan)

23 7 0
                                    


Susah memang kalo sudah bergantung pada seseorang. Tapi pada akhirnya belajar kuat sendirian

💭💭💭

"Awan cita-citamu mau jadi apa?"
"Dokter."

Ryani mengetuk-ngetuk jari telunjuknya didagu, "Kalo begitu aku pasiennya."

"Jangan pasien, kalo kamu jadi pasien berarti kamu orang yang mempunyai penyakit. Kamu jadi obat saja mending." Awan mengambil sepotong kue yang tersaji di depan mereka.

"Kan aku cuma bercanda Awan. Kita bukan anak kecil lagi, dulu sih kalo kita main kamu akan jadi dokter dan aku jadi pasien. Tapi Awan apa yang kamu katakan tadi itu sungguh tidak masuk akal, masa aku harus bercita-cita jadi obat? Obatkan tidak ada hubungannya dengan cita-cita." Ryani menjelaskan panjang lebar pada Awan.

"Sebenarnya di sini aku yang berbicara tidak masuk akal atau memang kamu yang tidak punya akal?"

Ryani mendadak kesal dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut Awan, "Maksudmu aku gila?"

Awan membelalakan matanya, "Aku enggak pernah bilang kamu gila,"

"Tapi kamu bilang aku enggak punya akal." Tukas Ryani.

"Kan itu Cuma pengandaian." Awan membela diri, Awan benar-benar tidak berpikir Mentari akan marah Karena dia berbicara begitu.

"Kamu tadi enggak bilang pengandaian!"

"Ngapain sih bocah, ribut mulu." Anak laki-laki berseragam abu putih memotong perkataan Ryani yang belum selesai.

"Bang Ryon, masa Awan tadi bilang Ryani nggak punya akal."

"Ryani, aku enggak pernah bilang kamu enggak punya akal. Itu cuma pengandaian."

Ryon garuk-garuk kepala, melihat pertengkaran adiknya Ryani dan Awan, memang sudah hal lumrah yang setiap hari jadi tontonan Ryon.

"Udah kelas satu SMA masih aja kaya anak Tk, berantem tiap hari. Kalian mau abang kirim salah satunya ke planet mars."

"Abang juga udah kelas tiga tapi belum dewasa, mau Ryani kirim ke planet pluto, planet paling jauh, eh, apa udah menghilang?" Balas Ryani pada Ryon yang langsung disambut tawa oleh Awan.

"Bocah yang suka nyari ribut siapa? Biar kita kirim ke Mars bareng-bareng?"

"Ada anak sebelah." Ujar Ryani dan Awan kompak.

"Siapa?" Ryon bertanya.

"Siapa aja boleh! Hahaha," Ryani dan Awan sontak berseru bersama lalu melakukan tos diujung aksinya. Ryon yang sudah tertipu langsung melipat lengan. Dia harus membalas perbuatan mereka ini.

💭💭💭

"Pulang sama siapa, Ry?"

Rion, kakak laki-laki yang beda dua tahun dari Ryani membukakan pintu, lalu melirik mobil yang terparkir di depan gerbang rumahnya.

My First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang