Selamat Ulang tahun :)
And Good luck! Aku enggak menyangka bentar lagi kita lulus. Kamu mau melanjutkan ke Sekolah menengah pertama mana, Ry? Kalo udah tau mau kemana bilang aku ya?
28 Juni
AwanFawaz benar-benar dibuat terbahak-bahak oleh tulisan singkat yang berada di lembar pertama buku yang diberikan oleh Ryani dan Awan. Lihat, tulisan Awan, tulisan yang Fawaz yakin ini adalah tulisan yang paling buruk yang pernah ia lihat. Fawaz jadi penasaran apa tulisan Awan sekarang masih seperti ini?
Setelah membaca note, Fawaz akhirnya menyimpulkan bahwa buku ini kado hadiah ulang tahun Ryani dari Awan. Sebelum membaca buku tersebut, Fawaz pada awalnya hanya membuka-buka setiap halaman sambil melihat ilustrasi-ilustrasi yang disajikan dibuku tersebut.
Ini lebih mirip buku anak daripada buku trik menjadi sahabat atau teman yang baik. Beberapa pemikiran akhirnya terbesit, kemudian dengan penasaran dia coba meneliti, lalu membaca teks-teks yang berada dicover buku itu. Kemudian setelah mendapat apa yang ia cari, Fawaz mengambil handphonenya menari kontak Awan.
"Ya, halo?" Suara diujung mulai terdengar setelah beberapa detik menunggu.
"Angka kamu bercanda?" Fawaz langsung menyaut.
"Maksudnya? Bercanda apa?" Diujung, Awan kebingungan.
"Buku ini, buku yang kalian berikan ini buku anak-anak." Protes Fawaz pada Awan.
Awan yang langsung sadar menjawab. "Ya? Aku tau, memang kenapa?"
"Kamu bertanya begitu dengan santainya. Buku itu dan aku sama sekali enggak cocok!"
"Enggak cocok darimana? Aku dan Ryani sudah menyesuaikan kemampuanmu dalam membaca. Aku tahu kamu enggak suka membaca, aku juga selalu lihat buku-buku yang ada dirumahmu selalu tersusun rapi_"
"Ya karena aku enggak pernah berantakan seperti kamu, Angka!" Ujar Fawaz memotong, geram.
"Ya, ya, terserah lah. Baca aja, hitung-hitung kamu belajar membaca kembali, menggantikan waktu yang terbuang sia-sia karena bermain game."
Fawaz menggertak giginya. Awan benar-benar menunjukkan bahwa dia adalah definisi dari sok tahu.
"Pokoknya aku enggak mau baca buku ini. Dengarkan?" Fawaz berujar dengan tegas. Sekeras apapun Awam memaksanya, ia tidak akan pernah lagi menuruti apa kemauan Awan. Dikasih hati, malah minta nyawa. Batin Fawaz dalam hati.
Awan terdengar menghela napas. Jeda cukup panjang. Seperti mengumpulkan keberanian yang besar ketika akan mengatakan kalimat selanjutnya. "Kamu tau waktuku enggak akan lama? Kamu yakin enggan bakalan nyesel kalo misalkan ini permintaan terakhirku."
Fawaz langsung tersadar. Apakah Awan baru saja membicarakan kematian? Salah satu hal yang paling Fawaz benci jika berbincang dengan Awan?
"Kamu tahu aku enggak_"
"Ya, aku sangat tau. Ya udah aku tutup ya telponnya." Awan memutuskan panggilan sepihak.
Fawaz yang masih duduk sambil memegang buku dengan judul Friendship: Trik menjadi teman atau sahabat yang baik. Dengan berat hati dan masih terbayang kalimat Awan Fawaz akhirnya melanjutkan membaca halaman kedua, ketiga sampai dihalaman ke empat belas dia menemukan beberapa lembar kertas. Mungkin catatan yang ditulis Ryani.
Dengan cekatan Fawaz mengambilnya. Menghitung kertas yang terselip tersebut. Semua berjumlah tiga. Sambil meluruskan pinggangnya, Fawaz membaca lembar pertama.
Awan, aku pernah bilang, kamu itu memang seperti Awan. Awan yang ada di langit. Kamu terlalu jauh untuk kujangkau. Kita juga sekarang terpisahkan oleh jarak. Gimana dong caranya agar kita bersatu?
Fawaz seketika mengubah posisi, ia kembali duduk. Dia sebenarnya tidak perlu begini. Membaca sembarangan catatan milik orang lain. Tapi, ini sungguh membuat penasaran. Setelah mengetahui perasaan Awan pada Ryani apakah sekarang Fawaz juga harus mengetahui perasaan Ryani. Apa Ryani juga mempunyai perasaan yang sama seperti Awan? Fawaz sangat ingin tahu dengan itu.
Setelah berdiam cukup lama dengan pikirannya. Fawaz akhirnya melanjutkan ke kertas selanjutnya.
Fawaz Parveen, nama manusia yang tidak bisa aku tuliskan keburukannya di sini. Terlalu banyak. Enggak nyangka aku bakal bertemu orang seperti itu.
PS: Menunggu Kirara dari kantin dan bertemu dengan salah satu cucu setan, Fawaz Parveen
Fawaz menyeringai. Mengingat-ngingat pertama kali bertemu dengan Ryani dan juga kesalahannya.
"Perasaan aku enggak berbuat banyak kesalahan pada Ryani, tapi kenapa menurut Ryani jelek banget ya?" Guman Fawaz. Dihati sebenarnya Fawaz juga merasakannya sesuatu yang bergejolak ketika selesai membaca catatan tersebut. Ada perasaan senang karena Ryani menuliskannya dan juga sedih ketika membaca catatan yang semuanya berisi kebencian dan kekesalan. Daripada memikirkan hal yang tidak jelas akhirnya Fawaz beralih ke kertas terakhir. Kertas lebih kecil dari kedua kertas sebelumnya.
Tsuki Ga Kirei, Awan.
Kertas lebih kecil tapi bermakna banyak. Satu kalimat yang membuat keinginan memiliki Fawaz runtuh. Fawaz sangat tahu arti kata di atas. Yura pernah bercerita, di Jepang kata Tsuki ga Kirei berarti bulan itu indah, namun ada beberapa orang yang mengatakan hal tersebut ketika sedang mengungkap perasaannya pada orang yang disukai. Yura bilang bagaimana orang mengatakannya dan menafsirkannya.
Namun catatan ini sudah cukup jelas bagi Fawaz bahwa memang Ryani sangat menyukai Awan. Terlihat jelas, walau Fawaz bukan seorang psikolog seperti Awan.
"Haha, aku enggak pernah menyangka keadaan rumit ini terjadi antara aku, Ryani dan Awan." Fawaz hanya tersenyum miris. Dia sudah kalah telak dari Awan.
"Bro, you'are the winner." Fawaz tertawa sendiri. Dia tidak mengerti kenapa hatinya sesakit ini ketika mengetahui orang perasaan Ryani. Tapi juga ikut senang ketika yang disukai Ryani adalah Awan.
💭💭💭
Perasaan apa ini. Aneh dan cemas. Berada di antara mereka berdua yang sama-sama tidak peka terhadap perasaan. Ryani yang tidak tahu bahwa Awan sangat menyukainya, begitu pun sebaliknya. Fawaz berdehem, mencairkan suasana yang terasa beku oleh dirinya sendiri. Awan dan Ryani yang asik mengobrol menoleh singkat kemudian melanjutkan kembali aktifitasnya.
Fawaz yang merasa diabaikan akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas. Sebelum Fawaz pergi Ryani berkata. "Aku juga harus ke kelas, ada satu pelajaran lagi. Kamu mau nunggu apa mau pulang?" Tanya Ryani pada Awan.
Awan menoleh sebentar pada Fawaz, "Aku pulang duluan, kamu nanti pulang sama Fawaz aja minta antar."
Dengan semangat Ryani mengacungkan kedua jari jempolnya. Dan berkata, "Oke, siap laksanakan. Dah, aku dan Fawaz masuk dulu, hati-hati dijalan."
Awan menghela nafas. Keputusan yang sangat berat ketika melihat Ryani dengan laki-laki lain. Dulu ketika sekolah Awan sama sekali belum pernah mengizinkan Ryani berdua dengan seorang laki-laki. Ada Ryani pasti ada Awan, begitupun sebaliknya. Sampai ada isu bahwa Ryani dan Awan berpacaran. Padahal Awan dan Ryani hanya sahabat saja. Sebelum pulang Awan memutuskan untuk pergi dulu ke sebuah masjid, untuk melaksanakan salat Ashar. Adzan baru saja berkumandang.
💭💭💭
Hohoho, rumit nih kalo udah gini :(
Thx for Reading 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last
Teen FictionIni tentang awal dan akhir. Awan dan Fawaz, dua lelaki yang merubah persepsi Ryani bahwa takdir yang bergulir dan pertemuan yang singkat itu memang ada. Pertemanan, persahabatan, kasih sayang dan cinta mengikat mereka sebagai seorang manusia. Peras...