"This is your girlfriend?" Awan hanya menatap Yura. Dia tidak mengerti kenapa Yura yang baru saja bergabung menanyakan hal seperti itu.
Fawaz menyenggol lengan Yura dengan sengaja. Memberi kode. Sedangkan Ryani langsung membalas, mengatakan bahwa dia tidak mempunyai hubungan seperti itu dengan Awan.
"Oh, maaf, aku kira_"
"Ryani, perkenalkan dia Yura sepupuku." Fawaz memotong. Dia tidak menyangka Yura akan secerewet ini.
"Aku Ryani." Jawab Ryani canggung memperkenalkan dirinya pada Yura.
Yura tersenyum ramah. Mengambil tangan Ryani untuk ia genggam. Mengatakan sesuatu yang Ryani tidak tahu sama sekali artinya. Ryani menoleh singkat pada Awan dan Fawaz. Seperti tahu maksud Ryani, Awan langsung menerjemahkan perkataan Yura.
"Senang bertemu denganmu, semoga kita bisa berteman baik. Kamu beruntung bisa dikelilingi orang-orang yang baik seperti Awan dan Fawaz."
Ryani tersenyum hangat. "Senang bertemu denganmu juga." Katanya ragu memakai bahasa Inggris.
"Aku dan Ryani akan pergi ke suatu tempat apa kalian berdua mau ikut?" Awan bertanya.
Fawaz berpikir terlebih dahulu ketika akan menjawab pertanyaan Awan. Dia sekarang sedikit merasa tidak enak setelah mendengar percakapan Awan dan Ryani beberapa saat lalu.
"Kemana? Memangnya aku boleh ikut sama Ryani?"
Ryani memicingkan matanya. Dia sangat yakin Fawaz tadi mendengar apa yang dia katakan. Ryani hanya menghela nafas, pura-pura tidak tahu sepertinya lebih cocok untuk sekarang.
"Apa sih kak, memangnya aku pernah ngelarang kakak untuk ikut sama kami."
Fawaz menggeleng. "Tapi Yura juga enggak apa-apa kalo ikut?"
"Iya. Enggak apa-apa, memang apa masalahnya?" Kata Awan segera keluar rumah, dia sungguh tidak suka jika harus membuang waktu memperdebatkan hal sepele.
💭💭💭
Fawaz Parveen sangat tidak suka jika menyangkut dengan satu hal di dunia ini : Kematian. Dan sekarang dengan wajah tidak berdosa Awan dan Ryani membawanya ke tempat paling Fawaz hindari dari dulu.
"Siapa yang yang meninggal?" Fawaz berbisik pada Awan. Mereka berjalan bersisian, sedangkan Ryani dan Yura sudah berada jauh di depan mereka.
"Enggak ada. Aku hanya mau mencari tempat yang kosong." Fawaz langsung membuang muka. Omong kosong apa yang Awan katakan?
"Jangan bercanda! Kamu kan tahu aku sama sekali enggak suka kalo kamu bicara begitu."
Awan tidak menghiraukan Fawaz. Dia mempercepat langkahnya mengejar Ryani dan Yura. Setelah beberapa meter berjalan, Ryani memberhentikan langkahnya. Melihat salah satu pusara yang bertuliskan nama orang yang sangat dia rindukan.
Ryani berjongkok. Menyingkirkan dedaunan yang berada di atas pusara.
Awan mengikuti Ryani di sampingnya. Sedangkan Yura dan Fawaz masih menembak-nebak pusara siapa yang mereka kunjungi sekarang."Tahun ini Ryani sama Awan ke sini, kami bawa dua orang teman. Seperti yang diminta, kami berdua sekarang sudah bisa berteman dengan siapapun. Maaf karena sudah dua tahun ini Awan membiarkan Ryani datang ke sini sendirian. Awan minta maaf." Awan berkata di tengah keheningan. Air matanya menggenang.
Ryani hanya diam. Menatap kosong. Fawaz yang berjongkok di sebelah Awan hanya bisa mengusap punggungnya pelan. Memberikan tenaga. Fawaz yakin pusara orang yang mereka datangi sekarang adalah orang yang istimewa bagi Awan dan Ryani.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First And Last
Roman pour AdolescentsIni tentang awal dan akhir. Awan dan Fawaz, dua lelaki yang merubah persepsi Ryani bahwa takdir yang bergulir dan pertemuan yang singkat itu memang ada. Pertemanan, persahabatan, kasih sayang dan cinta mengikat mereka sebagai seorang manusia. Peras...