1.1 (Awal) Tio Remaja

91.8K 630 19
                                    

Tio asyik ngobrol dengan Pak Iwan. Obrolannya gak jauh jauh tentang batu cincin. Dia terlihat begitu memperhatikan penjelasan yang Pak Iwan ucapkan. Walau sebetulnya dia tidak mengerti bahkan tidak perduli dengan batu cincin. Karena dia menemani Pak Iwan sore itu lantaran ingin menikmati wajah dan tubuh tuanya.

Lalu datang Pak Anton ikut nimbrung. Dengan kaos kutang dan celana pendek saja. Tio makin betah berlama lama. Kapan lagi dipepet dua Bapak idola. Matanya Tio mencuri curi pandang ke paha gempalnya Pak Iwan dan paha putihnya Pak Anton. Tio berharap bisa meneropong lebih jauh kedalam lobang celana mereka berdua.

Sambil Tio memasang wajah yang datar saja. Dia menutupi segala kegembiraan yang sedang dia rasakan. Dia sudah merasa puas dengan pemandangan yang tersaji. Apalagi kalau telapak tangan mereka menggaruk garuk selangkangan. Tio bisa kegirangan. Kadang pula bentuk penis Pak Iwan dan Pak Anton tercetak jelas. Bulet kantong pelirnya.

Tio memang sering nimbrung diantara Bapak bapak. Dia satu satunya remaja disitu selebihnya orangtua. Dia tidak berbeda dengan anak anak seusianya. Bahkan cenderung rajin dan ramah. Apalagi kalau ada gotong royong atau acara di RW,dia selalu bisa diandalkan. Tentu semua itu ada maksud dan tujuannya. Memandang wajah pria tua adalah bentuk kesenangan tersendiri untuknya. Uban mereka,kumis mereka,tubuh mereka yang tambun,perut mereka yang buncit,kesemua itu memikat Tio. Sosok pria dewasa mampu membuat penisnya ereksi.

Begadang bermain kartu remi di pos kamling juga sering ia lakukan. Tio sungguh senang bisa ada diantara Bapak bapak. Karena makin malam biasanya obrolan mereka tidak disensor. Dengan cueknya Bapak bapak disitu berseloroh soal seks. Bercandaan vulgar menjadi hal yang lumrah saja. Seakan mereka semua lupa kalau Tio masih remaja. Tentu dia diam saja tidak berkomentar,yang jelas imajinasinya masuk kedalam cerita seks yang Bapak bapak itu lontarkan.

Dan Tio hampir pernah melihat batang penis mereka semua yang rajin main kartu remi dipos kamling. Dari Pak Rw,Pak Rt,Pak Iwan,Pak Anton,Pak Soni,Pak Dwiki dan Bapak yang lain. Mereka semua terbiasa ngencing dibelakang pos dan Tio pasti mencari celah untuk bisa mengintipnya. Yang paling dia tau bentuk batang penisnya adalah Pak Soni dan Dwiki. Karena mereka berdua memplorotkan celananya kalau ngencing. membuat kantong pelir dan titit mereka yang masih lemas gondal gandul. Itu selalu bisa membuat dekat jantungnya Tio berdetak tak karuan. Ia ingin sekali mencicipi kulit peler Pak Soni dan Pak Dwiki. Apalagi suara aie kencing yang mengucur sungguh sangat menggoda!

Pernah juga dia mendapatkan biji pelernya Pak RW yang nyeplos dilobang celana. Kisut dan ngampleh serta jembutnya sudah ubanan. Saking gemesnya Tio pengen nyentil bijinya Pak RW. Dan satu satunya kontol yang pernah dia sentuh cuma kontolnya Pak Iwan. Saat itu dia ketiduran dipos. Bangun bangun sudah ada Pak Iwan disebelahnya mendengkur. Mereka cuma berdua. Tio membalik tubuhnya yang seketika wajahnya tepat didepan wajahnya Pak Iwan. Jarak mereka hanya beberapa inci. Tio bisa merasakan panasnya nafas Pak Iwan. Jantungnya berdegup. Baru sekarang dia bisa sedekat ini. Tio semakin merapatkan wajahnya,dia pejamkan kedua matanya lalu dia menempelkan bibirnya dibibirnya Pak Iwan.

Itu adalah pertama kalinya dia mencumbu seorang pria dewasa. Pengalaman pertama yang sangat,sangat,sangat mengagumkan! Ciumannya tidak berlangsung lama. Tio segera melepaskan pagutannya,dia tak mau mendapat masalah. Nafasnya terengah engah. Ciuman yang sesaat itu membangkitkan gairahnya! Tio memandang kebawah dan menemukan kontolnya Pak Iwan sudah ngaceng. Celananya sampai ketat. Dorongan birahi menggiring tanggannya menempel diselangkangannya Pak Iwan. KERAS DAN NGACUNG! Tangannya Tio diam disitu lama. Rasanya susah untuk diungkapkan. Mimpi yang jadi kenyataan! Dengan lembut dia meraba raba terpedonya Pak Iwan. Dia pencet pencet juga kantong kemenyannya.

Tibatiba Pak Iwan tubuhnya bergerak. Dengan gelagapan Tio langsung pura pura tidur. Dia panik. Dia ketakutan. Dia khawatir kalau Pak Iwan mengetahui perbuatan lancangnya. Namun dia masih selamat karena ternyata Pak Iwan masih tertidur pulas. Tio tidak melanjutkan lagi perbuatannya. Dia sudahi dan membuat jarak. Walau begitu hasrstnya masih besar. Yang bisa dia lakukan cuma ngeloco memandangi wajahnya Pak Iwan.

Semenjak darisitu Tio semakin memperhatikan lebih detail setiap selangkangan Bapak bapak. Otaknya dijejali dengan kontol Bapak bapak. Apapun yang bersangkutan dengan pria tua selalu membangkitkan gairahnya.

PENGAGUM BAPAK BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang