Tio duduk diteras rumah. Anak anak kecil berlarian bermain main. Sekumpulan ibu-ibu menggosip. Tetangga sebelah kiri sibuk memandikan burung. Tetangga sebelah kanan sibuk nyiram taneman. Gerobak sayur dan gerobak bubur ayam mangkal bersebelahan. Kampungnya selalu ramai setiap hari. Pagi,siang maupun malam pasti ada saja kehidupan. Tio duduk diteras rumah bukan karena ingin menikmati suasana. Tetapi dia sedang tidak tau mau ngapain.
Hari ini dia sedang tidak bergairah. Jemu,suntuk,bosan. Dia ingin pergi tapi tidak punya tujuan. Dia ingin kerumah kawan pasti begitu begitu doang,gak ada bedanya sama dia dirumah,pengen dirumah saja tapi gak betah. Risau dia. Seperti ada yang dipikirkan tetapi tidak ada. Seperti ada yang dirasakan tetapi tidak ada.
Pak Muji datang mengagetkan Tio yang sedang bengong. Ngobrol ngobrol sebentar,mereka langsung beranjak. Pak Muji minta dibantuin mengecat rumah. Tawaran itu langsung disikat oleh Tio apalagi di imingi imingi upah. Kebetulan dia memang sedang tidak punya duit.
Rumah berlantai dua itu dirapihkan untuk dikontrakan. Sesampainya didalam,tanpa aba aba Pak Muji melepaskan celana katun yang dia kenakan. Menyisakan sempak berwarna biru dongker. Tio menelan ludah melihat Pria tua tertutupi seadanya doang. Sempaknya seperti kesempitan,membuat pantat bulatnya Pak Muji tercetak jelas.
Tio memasang wajah yang datar padahal dia shock! Jendolan diselangkangannya Pak Muji sungguh menghipnotis!!! membuatnya serba salah. Ditambah bagian atas tubuhnya juga polos. Memperlihatkan putingnya yang hitam macam kismis dengan bulu bulu yang tumbuh. Juga bulu keteknya yang menumpuk sangat menggoda untuk diendus!
Tanpa disuruh,kontolnya sudah ngaceng daritadi. Tio berusaha sekuat tenaga untuk menutupinya. Dia tidak menyangka sama sekali kalau Pak Muji bakal seperti itu. Pekerjaan ini jelas menjadi sebuah cobaan juga buat Tio
"Dibuka aja Yo celana panjangnya. Nanti repot kamu kalau kena cet" Kata Pak Muji sambil menenteng kaleng cet.
Tio diam tidak menjawab. Dia bingung sekaligus panik. Karena kontolnya sedang kokoh dibalik celana. juga dia memakai sempak bukan boxer.
Pak Muji melihat gelagatnya Tio yang sungkan "Gak usah malu. Kita kan didalam rumah. Lagipula sama sama lelaki ini..." rupanya Pak Muji tidak mengetahui sedang berhadapan dengan siapa. Tio Sang Gadun Hunter!
Enak gak enak,diapun melepaskan celananya. Tentu saja batang kontolnya tidak bisa diajak kompromi. Masih berdiri tangguh. Tio pasrah.
"wah... ngaceng kamu Yo?" Ucap Pak Muji yang melihat sempaknya Tio cembung.
WAJAHNYA TIO MERAH! MENAHAN MALU! KARIRNYA TAMAT! DIA TELAH LONCAT KEJURANG YANG DIA CIPTAKAN SENDIRI. TIO TERTUNDUK LESU.
"Wajar toh. Diusia kamu dulu,Bapak juga ngacengan. Maklum libido lagi kencang kencangnya. Alamiah itu..." Tio yang sudah berpikir macam macam malah dibuat kaget oleh ucapannya Pak Muji. Dia tidak jijik atau menyuruh Tio memakai lagi celanannya. Perkataannya Pak Muji meredakan kepanikan yang mendera. Karena sudah di izinkan,tanpa sungkan Tio memandangi tubuhnya Pak Muji.
Lalu mereka berdua memulai pekerjaan dengan setengah bugil. Tio mengikuti setiap instruksi yang diperintahkan. Dia mengecat ruang tamu dan kamar,sisanya Pak Muji. Untuk membuat suasana agar tidak sepi,Pak Muji menyetel musik dangdut. Pak Muji ngecet sambil berdendang. Tanpa perduli dengan suaranya yang sangat tidak pas dengan lagunya sama sekali. Sesekali Tio mengintip,dia melihat Pak Muji lagi joget asyik betul. Pantatnya geal geol. bohay betul!
Bola matanya Tio mengikuti gerakan pantat Pak Muji yang kekanan dan kekiri. MEMBUAT KONTOLNYA MAKIN KERAS DAN BASAH. Apalagi saat Pak Muji jongkok atau nungging,kantong pelirnya yang masih tertutup sempak menggantung indah. MEMBUAT TIO INGIN SEGARA MEMETIKNYA!!! COBAAN OH COBAAN. Dia berharap sering sering diajak kerja macam begini lagi sama Pak Muji. Yakin gak bakal nolak!
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAGUM BAPAK BAPAK
Fantasy----- Bapak bapak,pria dewasa,kakek,opung,om,paman,tulang,ayah dan abah,gadun adalah mahluk yang mempunyai keindahan tersendiri-----Kalau ditanya bagaimana awalnya,tentu Tio tidak bisa menjelaskannya----Rasa itu hadir begitu saja. Hasrat itu bergejo...