Setelahnya Tio lebih mejaga sikap kalau sedang dirumah. Dia kesal karena sudah teledor. Sampai sampai Ayahnya sendiri memergoki dirinya onani. Malu nian!
Tanpa hal itu tidak menyurutkan hasratnya kepada Bapak bapak dipos kamling. Pak Rw,Pak Rt,Pak Iwan,Pak Anton,Pak Soni,Pak Dwiki dan Bapak yang lain tetap menjadi keindahan untuknya. Duduk mereka yang serampangan adalah hiburan untuk Tio.
Suasana dingin sejuk setelah seharian diguyur hujan. Membuat pos kamling sepi peminat. Sepertinya semua Bapak bapak lagi ngegusel kekepin bini dirumah. Tio memilih pulang,dia tidak ingin sendirian. Tibatiba sebuah motor menghadang jalannya. Orang itu adalah Karni,anaknya Pak Muji. Tio memasang wajah tak enak. Karena Karni salah satu biang kerok dikampung. Karena Bapaknya bandar kontrakan,dia jadi semena mena. Dan Tio merasa tidak punya urusan apapun dengannya.
"Mau kemana lu Yo?" Ucap Karni duduk dimotor.
"Balik Kar" Suara Tio ragu. Dia berharap Karni sedang tidak mencari masalah.
"Yaudah bareng ama gue aja...".
"Makasih Kar. Gue jalan kaki aja...".
"Udah cepet lu naek,gue anterin!" Nadanya sedikit mengancam.
Tio sadar kalau dia tak punya pilihan selain menuruti. Dengan terpaksa dia naek keatas motor. Malam ini memang sepi,tak satu orangpun berpapasan dengan mereka. Membuat Tio semakin kalang kabut. Cemas akan apa yang terjadi nanti. Padahal dia yakin tidak ada urusan dengan Karni.
Tiba tiba motor berbelok kearah lapangan badminton. Hatinya Tio semakin ciut. Dia yakin bakal terjadi sesuatu. Mau dilawanpun jelas dia bakalan kalah karena Karni tubuhnya bongsor.
"Turun!" Karni membentak.
Tio mengangkat pantat dengan lemas. Berharap Karni tidak memukul bagian wajahnya. Karni bangkit dan langsung mendorong Tio mepet ketembok.
Tanpa ba-bi-bu Karni langsung membentak "ELU HOMO YA!". Wajah mereka saling berpandangan. Tio bisa melihat matanya Karni melotot diremangnya malam. Nyalinya sudah lari tunggang langgang. Terlebih kepanikan melanda dirinya juga.
Kaosnya Tio dicengkram dan sekali lagi Karni membentak "ELU HOMO KAN!". Tio menunduk dan diam. Bartanya tanya kenapa Karni bisa mengetahui hal itu. Hening diantara mereka berdua.
"Gua tau elu itu homo! karena gue juga homo" Yang daritadi suaranya Karni memburu berubuah menjadi bersahabat. Wajahnya yang garang diganti dengan kerlingan mata dan lengkungan senyum. Tio kebingungan.
Karni melepaskan cengkraman dikaosnya Tio. "Sorry,sorry. Gue cuman bercanda ngebentak lo Yo. Gue merhatiin lo udah lama tau. Maka itu pas tadi gue ngeliat lo jalan sendirian gua ajak lo kemari". Lalu mereka berdua pindah posisi,duduk dibawah cahaya lampu yang redup.
"Cara lo mandangin Bapak bapak dipos kamling tuh beda banget. Bikin gue penasaran. Dan kadang juga lu nyolong nyolong ngeliatin selangkangan mereka,iya kan. Dari situ gue yakin kalo elo juga sama kaya gue...".
Lehernya Tio reflek menengok. Lalu dengan ragu ragu bertanya "Beneran Kar elu juga sama...?". Karni mengangguk di iringi senyuman. Tio memastikan sekali lagi tetapi dengan intonasi yang tinggi "BENERAN?!". "Beneran Yo... kenapa lo bingung?" Karni nyengir. Sikapnya lebih bersahabat.
Jelas Tio bingung. Karni itu memiliki predikat tukang ribut,begajulan,bengal,biang kerok. Bengis dan kejam. Kecil kecil sudah jadi preman. Tubuhnya bongsor dengan tatto menempel dilengannya serta anting berjejer dikuping. Pak Muji saja angkat tangan dengan kelakuan anaknya sendiri. Pokoknya tidak ada indikasi kalau Karni pecinta sesama jenis.
Dalam kondisi seperti begini,mau tidak mau Tio harus mengaku. Terserahlah Karni itu memang benar adanya atau tidak.
"Tapi Yo,elu itu emang sukanya Bapak bapak ya...?". Tio tidak langsung menjawab,dia ingin mengorek bagaimana Karni tau semua ini. "Kar,kok lo tau sih gue begitu...?". Karni memonyongkan bibirnya dan sambil senyum Karni menjawab "RADAR". "Radar???" Tio mengerutkan dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAGUM BAPAK BAPAK
Fantasy----- Bapak bapak,pria dewasa,kakek,opung,om,paman,tulang,ayah dan abah,gadun adalah mahluk yang mempunyai keindahan tersendiri-----Kalau ditanya bagaimana awalnya,tentu Tio tidak bisa menjelaskannya----Rasa itu hadir begitu saja. Hasrat itu bergejo...