3.11 (AKHIR) Antara Perasaan dan Sebuah Rencana

9.5K 152 14
                                    

Terima kasih untuk kalian yang sudah bertanya sekaligus menunggu lanjutan cerita PBB.
Jadi, selamat membaca!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari berjalan seperti sedia kala. Harmonis. Tentram. Tenang.

Om Gani masih senantiasa menyayanginya. Pak Muji dan Ayahnya masih mengasihi. Pokoknya semua hal disekitarnya sudah baik baik saja.

Namun siapa yang bisa memprediksi masa depan? semenit nanti saja manusia tidak tau.

Tio selesai bebenah. Kembang warna warni ditaman mungil Pak Muji juga sudah disiram. Semua tertata rapih. Karena hatinya Tio sedang ceria,dia ingin makan siang berdua dengan sang kekasih. Pokoknya dia sedang ingin bermanja manjaan.

Sebungkus gado gado pedas Tio tenteng. Tidak lupa nasi karena makan tanpa nasi sama saja bukan makan namanya! Saat tiba di kios,dia tidak melihat keberadaan Om Gani. Biasanya dia selalu duduk dibelakang meja.

"Tio pasti lagi nyari Om Gani ya.." ucap si teteh yang turut membantu dikios.

"Iya Teh kemana ya...".

"Tadi sih katanya pergi makan bakso. Coba aja kesana".

"Bakso yang biasa?".

"Iya langganannya Tio sama Om Gani".

"Yaudah deh Tio coba liat kesitu. Makasih ya Teh...". Gado gado dititipkan dikios.

Dalam hatinya dia ngegerutu. Percuma udah dibawain makan siang. Tio coba menghubungi namun tidak aktif. Coba lagi tidak bisa juga. Lantas dia pergi ketukang bakso langganan mereka. Sudah pasti dengan wajah jutek.

Orang orang sudah mengelilingi gerobak bakso maklum jam makan siang. Tio mengintip dari luar. Matanya meruncing. Memastikan. Saat dia melihat kepojok kiri tatapan juteknya langsung berubah. Terlihat lelaki gempal sedang duduk disitu.

Benar Om Gani lagi makan bakso. Keterkejutan Tio bukan karena Om Gani makan bakso tetapi dengan siapa dia makan bakso! Ternyata dia makan bakso dengan janda yang tempo hari datang belanja! Tio jengkel tetapi dia diam. Dia menarik diri,mundur menjauhi gerobak bakso.

"Pantes aja ditelepon gak bisa bisa!".

Tio langsung pulang. Sepanjang jalan dia cuma diam. Diamnya bukan karena marah melainkan cemburu. Skenario berkecamuk didalam pikirannya. Seketika kacau. Kekhawatirannya menggunung karena Tio sadar kalau Om Gani ada hasrat juga dengan perempuan. Tio tidak rela bila Om Gani direbut. Tio ingin marah tetapi dia tidak sanggup. Justru ketakutannya lebih besar.

Kesendiriannya didalam rumah justru membuatnya semakin bad mood!

Pesan whatsapp masuk dari Om Gani "Adek tadi kesini...? Kok gak ngabarin. Ini gado gado buat Abang ya. Makasih yah Adekku tersayaaaaannngg 😍".

Tio cuma mengintip. Tidak ingin membalas. Sikapnya Om Gani yang nampak biasa malah membuatnya semakin dongkol. Apalagi melihat emoticon sok imut,jijik!.

Pokoknya siang itu Tio serba salah. Semua hal membuatnya jengkel. Dia jadi tidak nafsu makan.

Tio rebahkan dirinya. Memandang langit langit kamar. Disatu sisi dia benci sama Om Gani disisi lain dia ingin memeluknya juga. Dia belum siap untuk ditinggalkan. Dia teramat sayang. Perasaan kalut seperti ini baru pertama kalinya dia rasakan. Om Gani adalah keajaiban didalam hidupnya yang BW.

Ada telepon masuk. Berdering nyaring. Membuatnya semakin jengkel. Tio melihat nama yang tertera,ternyata Ayahnya. Tio menjawab dengan lesu.

"Kenapa jawabnya kok gak semangat...?".

PENGAGUM BAPAK BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang