13

24.5K 252 70
                                    

Om Gani mengantarkan Tio pulang. Karni juga pulang bersama Bang Tono. Tinggalah Pak Muji dan Ayahnya Tio.

"MAS SUDAH GAK WARAS???!!!" Ayahnya Tio tidak bisa membendung lagi.

"Loh kok kamu malah marah???" Ucap Pak Muji.

"Kenapa Mas malah ngasih tau ke mereka!!!".

"Memangnya kenapa???".

"kenapa? KENAPA??? Tio itu anak saya Mas,anak!".

"Karni juga anak saya,lantas kenapa. kenapa kamu jadi marah???".

"YANG SAYA MAU HUBUNGAN KITA YA CUMA KITA YANG TAU!"

"Saya gak mau kalau begitu caranya. Saya lelah harus menutupi seluruh rasa yang saya miliki. Saya jenuh harus berpura pura tidak membutuhkan kamu saat ada orang lain disekitar kita. Suka atau tidak,mereka tidak berhak menghalangi hubungan yang kita miliki...".

Pak Muji sangat kalem menghadapi situasi yang terjadi justru Ayahnya Tio menghindar,dia lelah untuk perberdebatan yang semakin panjang. Walau sebetulnya cara yang Pak Muji gunakan terbilang singit.

Pak Muji mendekati "Saya cuma tidak mau menjalani hidup yang hampa. Saya tidak mau bersembunyi. Toh mereka juga mengerti dunia yang kita miliki sekarang. Saya ingin benar benar memiliki kamu". Lalu Pak Muji memeluknya.

"Saya cuma khwatir Tio tidak bisa menerima kenyataan ini...".

"Mereka pasti bisa. Lihat hubungan yang mereka miliki,lihat Tio sangat bahagia dengan Gani begitu juga Karni dengan Tono. Pasti mereka juga bisa memahami hubungan yang kita miliki...".

Entah kenapa situasi mereka lebih berat ketimbang Tio yang pacaran dengan Om Gani atau Karni dengan Bang Tono. Padahal mereka sama sama pasangan gay. yang di isep kontol-kontol juga bukan itil. Mungkin karena mereka adalah seorang Ayah dan seorang Bapak.

Malam itu Pak Muji dan Ayahnya Tio memilih untuk tidur dikontrakan. Meninggalkan sejenak dunia yang menolak cinta mereka.

________________

"Kamu istirihat yah... biar enakan besok pagi. Jangan terlalu dipikirin. Abang gak mau sampai kamu pusing. Kalau ada apa apa kabarin Abang aja..." Om Gani mengecup keningnya Tio dan berlalu pergi. Walau sebetulnya dia tidak tega meninggalkan Tio seorang diri.

Tio menatap halaman rumahnya. Segalanya terlihat asing sekarang. Dia merasa tidak mengenali rumah yang telah menjadi tempatnya pulang. Satu persatu lampu dinyalakan. Tidak ada orang kecuali Tio. Foto keluarganya yang terpantri ditembok menyambutnya. Sungguh harmonis 'kelihatannya'. Tio bergegas masuk kamar.

Hari ini sungguh berat,bukan tubuhnya tetapi otaknya. Dia berusaha untuk tidak memikirkan apa yang terjadi tadi tetapi tentu saja tanpa Tio minta alur pikiran akan membentuk kejadian itu berulang ulang. Berulang ulang. Berulang ulang sampai Tio muak dan akhirnya memejamkan mata tertidur.

Matahari sudah tinggi dilangit,aktifitas juga sudah dimulai. Ayahnya Tio sudah berada dirumah. Siap tidak siap dia harus siap. Dia membawa bubur ayam,kesukaan Tio.

"Yo... bangun Nak..." Ayahnya mengusap pipinya. Tio masih terlelap. "Nak.. bangun. Ayah udah beliin kamu bubur...".

Tio menyadari suara Ayahnya. Dia membuka mata dan Ayahnya tepat disebelahnya.

"Ayo bangun,sarapan dulu. Ayah udah beliin bubur buat kamu. Nanti kamu mau tidur lagi,tidur deh..." Ayahnya mencoba memberikan senyum tetapi ragu.

Tio membalas dengan anggukan kepala. Lalu Ayahnya keluar kamar. Tio menatap langit langit kamarnya. Menghela nafas. Dia menyadari hari sudah berganti. Saatnya memulai apapun yang harus dimulai. Dia beranjak dari kasur.

PENGAGUM BAPAK BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang