"jika rasa sakit itu bisa dibagi, maka aku rela merasakan apa yang kini kamu rasakan."
~stefanny
---
suara rintikan hujan turun begitu derasnya. di balik gorden jendela, stefa melamun sambil memandangi setiap rintikan hujan yang turun. malam ini terasa sangat dingin dan gelap.
tok..tok
"stefa?" dari balik pintu kamar ada yang memanggil namanya. Sehingga stefa tersadar dari lamunannya.
"bentar Bun.." stefa menyahut dan langsung membuka pintu nya.
"kenapa bunda?" tanya nya saat pintu sudah di buka.
"Kamu udah makan malam?"
"udah bun, ini stefa baru mau tidur." stefa membalas sambil tersenyum ke arah bundanya.
"bunda baru pulang? kok gak langsung istirahat?" tanya stefa kembali, yang melihat wajah lelah dari bundanya.
"iya. bunda cuma mau mastiin kalo kamu udah makan apa belum."
"kalo gitu bunda balik ke kamar dulu yah, good night." setelah pamit, bundanya tak lupa mencium puncak kepala stefa dengan penuh sayang.
sudah beberapa kali stefa mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa. Perasaannya sekarang sangat tidak enak. Pikirannya sudah dipenuhi oleh Bastian. stefa lalu bangun kembali dan mencari ponsel nya. ia pun langsung menelpon Bastian, tetapi tidak di angkat olehnya.
you
"Bas lagi dimana?" 00.46
"Bas ngakat dong!" 00.56
"Bastian??" 01.10Stefa hanya bisa berharap bahwa pesannya akan dibaca oleh bastian. ketika stefa ingin memejamkan matanya tiba-tiba, ponselnya bergetar menandakan ada telfon masuk. ia pun segera mengambil kembali ponselnya, stefa begitu terkejut ketika mengetahui bahwa Bastian menelponnya. ia langsung cepat-cepat mengangkat telfon dari Bastian sebelum cowok itu mematikannya.
"Halo?" terdengar suara di seberang sana. yang membuat stefa mengerutkan keningnya, karena ia hafal betul bagaimana suara Bastian.
"Hallo mba?" Suara itu kembali terdengar yang membuat stefa tersadar.
"ii-iya ini siapa ya?" tanya nya kepada pemilik suara yang tidak diketahui itu.
"saya pak jaya, sekarang mba kerumah sakit Cendana."
"haa? Rumah sakit?" stefa mulai berpikir yang tidak-tidak saat ini ia sudah sangat takut. tetapi ia langsung menepis pikirannya itu.
"iya. korban kecelakaan dan lukanya cukup parah."
"Apakah mba salah satu keluarga korban?""saya calon pacarnya."
"saya akan segera kesana."Stefa memutuskan sambungan telfon secara sepihak. apa yang ia pikirkan tadi benar, dengan perasaan yang bercampur aduk stefa langsung pergi ke rumah sakit yang ditujukan. ia tidak bisa tenang sekarang ini, pikirannya sudah kacau. Stefa membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi yang bisa membahayakan nyawanya nanti. air matanya sudah turun sejak tadi, perasaan khawatir sudah menyelimuti dirinya.
Setelah sampai di rumah sakit, stefa berlari dan menuju ke ruang administrasi untuk bertanya kepada salah satu suster yang ada di sana.
"sus mau nanya, korban kecelakaan yang tadi, di bawa kemana ya?"
"ohh yang mas ganteng itu? udah di pindahin ke ruang rawat tadi pas udah selesai obatin lukanya. kamar pasien ada di lantai lima ya nomor 112."
"Makasih ya sus."
stefa berlari mencari lift, dan menuju ke lantai dua. napasnya tergesa-gesa ia pun langsung mencari kamar perawat nomor 112. Ketika Stefa sudah menemukannya, ia langsung masuk untuk memastikan keadaan Bastian sekarang.
Klek. Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang cowok yang tengah berbaring dengan penuh perban di kaki, tangan serta kepala. Bastian masih memejamkan matanya, benturan di kepalanya mungkin cukup keras yang menyebabkan Bastian belum sadarkan diri. stefa menarik sebuah kursi dan mendekatkannya ke ranjang Bastian. matanya tak pernah beralih menatap Bastian yang kini berada di depannya dengan luka yang begitu banyak. Stefa menarik tangan Bastian dan menggenggamnya erat, ia mengusap kepala Bastian pelan.
"Cepat sembuh cowok kutubnya aku." setelah itu stefa pun mencium punggung tangan Bastian. ia berharap semoga Bastian baik-baik saja.
stefa dikagetkan dengan suara dering ponsel yang berbunyi. ia lalu melihat sebuah ponsel yang berada di atas nakas, ponsel itu adalah milik Bastian.
ia melihat nama yang tertulis di layar ponsel tersebut. Stefa pun mengangkat telfon tersebut dan mendekatkannya ke telinga."Halo bas Lo dimana sekarang? gue sama yang lain udah nyari Lo kemana-mana." terdengar suara besar sandy yang menanyakan keberadaan Bastian.
"Halo,Bas Lo bisa dengar suara gue kan?"
Sandy tidak mendengar suara sahutan Bastian yang membuat dirinya kembali bertanya."Ini gue stefa. Bastian sekarang ada di rumah sakit dia kecelakaan."
"Bastian dibawa ke rumah sakit mana?"
"Rumah sakit Cendana. sekarang dia udah di pindahin ke kamar rawat, lantai 5 nomor 112."
tuutt.. sandy memutuskan sambungan telfon secara sepihak.
---
20 menit kemudian sandy Cs, sudah sampai di RS Cendana. mereka langsung menuju ke lantai lima, dimana kamar Bastian berada.
klek... terdengar suara pintu dibuka, membuat stefa terbangun dari tidurnya. Sandy Cs sudah berada di kamar Bastian. Stefa melirik mereka sekilas, lalu merundukan kepalanya dan beranjak untuk keluar,karena disana hanya dia yang perempuan.
"mau kemana lo?" tanya sandy yang melihat stefa beranjak dari tempat duduknya.
"mau pulang. lagian kan udah ada kalian." stefa membalasnya tanpa melihat wajah Sandy sekalipun.
"yaelah stef biasa aja kali. Kita gak bakal ngapa ngapain kok." kata tara yang tau apa yang di pikirkan stefa.
"Kalo Lo mau pulang nanti di anterin reynal." ucap Sandy kembali, lalu duduk di sofa bersama Bisma, jaki, aldy, dan reynal.
"Makasih san. Tapi gue bawa mobil kok."
"kalo gitu gue pamit pulang. Kalo ada kabar apapun tentang Bastian langsung hubungin gue aja."
"okey Hati-hati stef jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya." kata tara yang hanya di angguki oleh stefa.
"Jika rasa sakit itu bisa dibagi, maka aku rela merasakan apa yang kini kamu rasakan."
---
![](https://img.wattpad.com/cover/179883576-288-k108719.jpg)