Minho kini tengah mengemasi barang-barang nya, ia akan segera terbang ke Jepang saat ini juga tepat ketika mereka semua kembali dari berjalan-jalan karena alasan bisnis.
Semuanya tengah memerhatikan Minho dalam diam, sedangkan yang diperhatikan dengan tenang memasukkan barang-barang nya ke dalam koper sambil menyenandungkan lagu. Setelah selesai mengepak barang nya, ia lalu bertepuk tangan senang akan perkejaan nya yang selesai dengan cepat.
Ia lalu menoleh, dan mendapati para anggota keluarganya dengan perasaan berbeda, seakan tidak menyadari kehadiran mereka Minho memasang wajah terkejutnya yang terkesan dibuat-buat. Tapi, Minho itu adalah aktor yang baik.
"Ngapain pada disini?," Tanyanya dengan wajah polos, ia menatap masing-masing anggota keluarganya, kecuali Changbin.
"Kamu seriusan mau pulang sekarang? Waktu libur kita tinggal besok, kenapa gak pulang besok aja?," Woojin yang sebenarnya tak rela akan Minho yang pulang ke Jepang itu mencoba mencegah Minho.
"Gak bisa Bun, katanya ada masalah internal disana dan harus aku tanganin langsung. Lagian, mereka udah pesen tiketnya," Minho lalu mengambil sepatunya, juga kaus kakinya.
"Emang gak bisa di tanganin sama orang lain apa kak? Serius deh, lo bahkan belum seminggu sama kita. Masa udah mau balik aja," Jisung juga yang masih ingin menghabiskan banyak waktu dengan kakak nya itu ikut mencegah.
"Gak bisa Sung, sorry ya" Minho yang selesai memakai sepatunya itu langsung berjalan menuju Jisung yang berdiri tak jauh darinya, ia mengelus pucuk kepala adiknya itu.
Setelah itu Minho melirik arlojinya, ia harus segera berangkat. Ia lalu mengambil kopernya, menarik benda itu. Ia lalu kembali berhenti dihadapan Woojin, menatap wajah Bundanya itu denga tersenyum, begitu lebar.
"Minho berangkat dulu ya Bun," ujarnya pada Woojin, Bundanya itu hanya menatap sendu padanya.
"Kapan kamu bisa pulang ke Bunda lagi? Bunda masih kangen," Minho tersenyum menanggapi pertanyaan Woojin yang sebenarnya ia sendiri tak tahu jawabannya.
"Nanti Bun, kalo emang jadwal aku longgar. Aku bakalan pulang ke Bunda kok," ia lalu memeluk Woojin erat, ia selalu merasa nyaman ketika berada dipelukan Woojin. Seakan Bundanya itu adalah salah satu obat alternatif atas rasa sakit yang ia dapat.
"Ayah cuma gak habis pikir, kamu yang dulunya suka malas-malasan sekarang malah jadi pemilik tunggal perusahaan besar. Kamu yang dulunya selalu main kemanapun sampe gak inget rumah sekarang malah harus berkutat sama berkas-berkas yang bikin pusing. Kamu udah dewasa ternyata," Chan mengelus pucuk kepala Minho yang masih memeluk Woojin.
"Baru nyadar Yah?," Ia melepas pelukan Woojin, lalu beralih pada Chan dan memeluk pria paruh baya itu.
"Jaga diri kamu selama disana, jaga pola makan kamu, jangan sampe kecapean. Ayah sama Bunda gak bisa mantau kamu, jadi kamu harus bisa manage diri kamu sendiri," Minho mengangguk, ia lalu melepas pelukan nya.
"Iya Yah, aku berangkat sekarang ya," ia merapikan pakaiannya, lalu menatap adik-adiknya, lagi-lagi kecuali Changbin.
"Para bocah,, gue berangkat dulu ya. Jagain Ayah sama Bunda, awas aja lo semua kalo sampe gue denger kalian gak pernah kerumah mereka," ujarnya dengan riang, seakan tidak keberatan akan perpisahan mereka itu.
"Kak Minho, peyukk~~," Hyunjin yang bertingkah sok imut itu memasang gestur ingin memeluk Minho, dan tentu saja Minho dengan senang hati menendang Hyunjin karena merasa geli.
"Dasar homo, ewh..," ujarnya sambil bergidik jijik, lalu ia tertawa melihat wajah kesal Hyunjin.
"Alah, ngapain sih lo pake balik ke Jepang segala? Gak bisa liat perkembangan keponakan lo entar, terus gue juga gabisa pamer kemesraan dah,"
"Gue enek liat muka lo seriusan, udah lah gue mau berangkat. Ntar ketinggalan pesawat gue," ia menyingkirkan Hyunjin, lalu bejalan menuju pintu keluar kamarnya, diikuti yang lain di belakangnya.
Namun, langkahnya terhenti kala seseorang berdiri tepat dihadapan nya, dengan wajah datar.
"Aku ikut," ujar seseorang tersebut, Changbin.
"Bin, minggir. Kakak bisa telat,"
"Enggak, aku ikut. Pokoknya aku ikut!," Changbin mengatakan hal tersebut tanpa ekspresi, membuat Minho sama sedikit meringis.
"Jangan bercanda,"
"Aku nggak becanda, selama Kak Minho belum kasih kejelasan kapan kakak bakalan balik lagi, aku gak akan biarin kakak pergi," Minho menghela nafas berat, ia harus menahan gejolak perasaannya.
"Nanti, disaat kamu udah tau jenis kelamin anak kamu apa. Kakak bakalan bawa kamu ke Jepang,", di balik wajah datarnya, mata Changbin menyiratkan rasa senang yang amat sangat. Entah itu karena nyawa lain yang ada ditubuh nya atau memang berasal dari dasar hatinya sendiri.
"Janji?," Dan Minho mengangguk sebagai jawaban.
💧
Minho mendudukkan dirinya yang terasa lelah di kursi kerjanya, ia memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya di penyangga kursi tersebut.
Jinyoung yang menyusul masuk setelah menjemput Minho itu duduk dihadapan atasannya itu.
"Gimana? Lo nyerah kan?," Tampak Minho menghela nafasnya mendengar pertanyaan Jinyoung.
"Gue capek," Minho perlahan membuka matanya, dan betapa terkejutnya Jinyoung saat melihat mata Minho memerah. Semburat lelah juga sakit tersirat diwajah pemuda yang lebih muda darinya itu.
"Lo gak apa-apa?," Jinyoung merasa kasihan akan Minho, ia terluka karena belati yang ia tancapkan sendiri pada dadanya. Dan Minho terlihat begitu menyedihkan.
"Gue denger suami lo kerja di salah satu *PMC," Jinyoung menaikkan alisnya Ats perkataan Minho.
"Ya terus?,"
"Gue butuh jasa bodyguard. Atur jadwal gue buat ketemu sama ketuanya," Jinyoung menatap Minho dengan heran, ia masih belum paham maksud dari perkataan Minho.
"Buat apa sih? Dan kenapa?,"
Minho tersenyum tipis namun terlihat misterius sebelum menjawab Jinyoung. Membuat Jinyoung merasa janggal.
"Kalo gue gak bisa milikin dia, maka orang lain pun enggak," setelah itu Minho kembali menyandarkan dirinya. Tak ingin ambil pusing dengan reaksi Jinyoung yang ia tahu jelas seperti apa.
-To Be Continued-
Book ini mungkin bisa berubah genre menjadi action dan thriller :') :')
Ikuti saja alurnya :')Dan mungkin setelah ini, akan terlalu banyak konflik hingga kalian muak :')
Tinggalkan jejak supaya gampang diendus :') :')
*PMC = Perusahaan militer swasta (bahasa Inggris: private military company, PMC) adalah perusahaan atau korporasi yang menyediakan jasa dan keahlian yang berhubungan dengan bidang militer atau bidang sejenisnya [Wikipedia].
KAMU SEDANG MEMBACA
[3]Lo Siento (COMPLETE) ✔
FanficSekuel dari I Am You - (Changjin) But, the main focus is on Minho's feelings Minho yang selalu melontarkan kata maaf didalam hatinya ketika ia melakukan kesalahan yang bahkan ketika tak ada satupun yang menyadari Warn!! BXB AREA. M-PREG Semi-baku T...