"kau mengenalku?" ujar Karen saat mereka memilih untuk bercakap sambil duduk didepan kuil
"bagaimana aku tidak mengenalmu? seluruh penjuru sekolah menyebutkan namamu"
"benarkah?"
"ya.. dan kita sekelas"
"oh.."
"kenapa kau ada disini? kau mencoba untuk kabur lagi ya? sebaiknya aku adukan ke Gaolin"
"jangan, aku tidak mencoba untuk kabur"
"lalu?"
"aku ingin mengompres pipiku dengan air sungai"
"pipimu kenapa?"
"terjadi sesuatu"
"oh...""omong-omong kenapa kau ada disini?"
"aku sering kesini untuk menenangkan pikiranku"
"dengan menari?"
"ya, namun jangan salah paham aku suka menari bukan berarti aku seorang banci"
"tentu saja tidak, aku sering melihat para pria menari dijalanan"
"dimana?"
"dimana-mana, saat aku berkelana""mau menari denganku?"
"apa?"
"ya.. sebagai tanda perkenalan kita" ujar pemuda itu sembari mengulurkan tangan ke depan Karen
"boleh" Karen menjemput tangan pemuda itu dan tersenyum kepadanyaKaren dan pemuda itu menari dengan indah di dalam kuil. mereka berdua menari layaknya telah sering latihan bersama. Karen yang suka dengan tarian ia dengan mudah mengikuti pemuda yang belum ia tau namanya itu. ditemani cahaya rembulan yang bersinar mereka menyelesaikan tariannya dengan indah pula.
"kau cukup baik dalam menari Karen"
"kau juga, aku sudah lama tidak menari ini membuatku senang.. terimakasih"
"sama-sama, ayo"
"kemana?"
"kembali, apa kau tidak takut di beri hukuman oleh Gaolin"
"sekejam itulah dia?"
"lebih kejam dari apa yang kau bayangkan, dia akan terus membentakmu sampai rasanya kupingmu hilang"
"itu buruk, ayo kita pulang" Karen langsung menarik lengan pemuda itu
"Karen.."
"oh maaf"~
"Karen kenapa kau lama sekali?"
"Huijin, Karen" panggil Gaolin dari depan kamar
"iya Gao ada apa?"
"Karen dimana? aku ingin mengobati memarnya"
"dia ada dikamar mandi, katanya perutnya sakit saat selesai makan"
"benarkah?"
"iya Misaki juga sakit perut"
"kau bagaimana?"
"tidak apa"
"baiklah, aku tanyakan dulu pada tukang masak" Gaolin langsung pergi meninggalkan Huijin
"syukurlah"~
"selamat tinggal"
"kau mau kemana?"
"aku lewat sini tadi"
"jangan disana banyak penjaganya" pemuda itu menarik Karen dan membuat pipi Karen terlihat oleh mata pemuda itu ditambah cahaya lentera yang menerangi
"aku rasa ini terlalu membekas"
"tak apa, aku bisa sering kesini"to be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
Demensie
Fanfictionseorang siswi dari sekolah ternama Busan terjebak dalam dimensi yang berbeda dari kehidupannya. ia harus bertemu dengan orang baru dan menjalani kehidupan yang baru. ia tidak tau bagaimana caranya kembali, haruskah ia tetap tinggal? atau mencari...