Sudah pagi. Ralat ! Matahari sudah naik cukup tinggi. Mungkin sekitar jam 9 nan trawang Keyla dari cahaya yang menerobos jendela kamarnya. Ia masih sungkan meninggalkan ranjang empuk itu. Rasanya ingin tetap didalam kamar seharian ini. Bukan tidur lagi, entahlah memilih duduk dibibir dipan sambil mengayunkan kaki jenjangnya. Kurang kerjaan memang. Setelah peristiwa kemarin rasanya dia enggak mau ngapa-ngapain, malas beraktivitas. Naluri perempuan. Besok juga baikan. Sudah dua Ia hari begini. Kata besok itu relatif. Besoknya Keyla bisa jadi seminggu.
"KEYLA KELUAR !! SAMPAI KAPAN LO NGEDEKEM DI KAMAR!!" Seru seseorang dari balik daun pintu.
Tok, tok,tok .
"Gue masuk ya, Kaga Lo kunci kan!"
"Astaga, Balikin adek Gue yang normal Tuhan." Kesal Faro diambang pintu memegang gelas berisi penuh cairan putih kental."Eh itu mulut diem aja kenapa kesemutan." Sambung Faro mendekat pada gadis yang duduk berambut acak-acakan.
"Puasa ngomong Gue." Ketus Keyla.
"Nih minum. Kurang baik apa coba Gue."
"Bawa aja , lagi engga mood kak."
"Terserahlah!" Faro meletakkan gelas yang ditolak adiknya itu di meja. " Apapun yang Lo hadapin,usahain jangan sampai nyakitin diri Lo sendiri." Duduk mendekati Keyla.
"Makasih, bang.! " Tersenyum hangat. Faro memang terlihat cuek tapi sesungguhnya dia benar-benar salah satu orang yang paling perhatian dengan Keyla. Pernah dulu waktu Keyla masih SMP Faro sampai rela membolos sekolah untuk mengambilkan kotak makan siangnya. Alasannya satu, katanya ia tidak mau Keyla nanti kena magh.
"Apa ada yang nyakitin Lo lagi!." Faro ganti merebahkan dirinya,menatap langit-langit kamar Keyla yang penuh dengan gambar balon warna-warni.
Keyla menggeleng. Ia ikut merebahkan dirinya di samping Faro. Kepalanya ia sandarkan pada lengan kekar abangnya.
Faro meliriknya sejenak. Bagaimanapun Keyla menyembunyikannya Faro paham betul ada yang disembunyikan adik semata wayangnya itu. Meskipun Keyla sudah dewasa Faro tau untuk masalah tertentu adiknya itu masih seperti anak kecil,wajar dia khawatir.Faro selalu berusaha membuat adiknya tidak pernah merasa sendirian,jarak yang ada, usia yang terpaut berbeda,bukan jadi alasan untuk jauh dari adiknya. Seminggu tiga kali paling tidak dia selalu menghubungi Keyla, semenjak Keyla masuk kuliah, komunikasinya memang sudah agak jarang, Video call atau pesan WA jadi jembatan mereka agar tidak merasa canggung. Baru Faro sadari belakang ini dirinyalah yang paling banyak bercerita dan Keyla lebih banyak bertanya. Tidak ada keluhan disana, pikir Faro tidak terjadi apa-apa. Tapi melihat adiknya yang mendadak belakangang jadi suka kamaran,ia jadi khawatir.
"Yakin ngga ada? Jangan bikin Abang khawatir Key?"
"Jangan paksa Keyla juga." Jawab Keyla tanpa beralih dari titik pusat langit kamar.
"Okey kalau ga ada apa-apa, berarti mau nolongin abang beli kopi di minimarket depan " Sengaja Faro mencari-cari alasan agar adiknya mau keluar dari kamar.
"Gitu aja pakai basa-basi! Bi Imah kan ada!" Kesal Key, bibirnya maju beberapa senti.
Faro bangun dari berbaring,tangannya terasa kesemutan. Kepala Keyla juga tidak mau diam dari tadi,geli ketika rambutnya yang tergerai itu menusuk matanya.
"Kamu lupa, weekend Bi Imah dateng kesini sore." Menyentil jidat Keyla.
"Oh iya lupa." Keyla meringis. " Okeh mana bagi duit, ku belikan." "Yang warna merah tiga lembar." Menadahkan tangan mungilnya tepat didepan wajah Faro.
"Mana ada kopi segitu, printer banget bolongin dompet Gue."
"Aku tau ya abang ga bakal nolak. Mana-mana sini , sebelum tambah lagi.!" Kekeh Keyla, tersenyum puas ketika lembaran merah mendarat ditangannya. Ia tau betul Faro tidak akan pernah menolak, terlebih memang Faro menginginkan agar dirinya keluar dari kamar. Beli kopi itu hanya alibi.
_-_
"Yakin keluar pakai baju tidur kaya gitu, disangka nglindur Lo nanti." Tegur Faro ketika mereka sampai diambang pintu utama rumah.
Keyla mengibas rambut kuncir kudanya tepat diwajahnya Faro.
"Masa bodo,yang penting wangi." "Bang bantu keluarin sepeda dari bagasi ya tolong " mohon Keyla.Faro berdecak kesal, manja betul Keyla kalo lagi begini. "Iya-iya!"
"Keylaaa adik kurang ajar , Lo Apain mobil Gueeee!!!" Teriak Faro dari dalam bagasi.
Astaga Gue lupa mobil Faro belum sempet Gue benerin. Mampus Lo Key.
"EH JANGAN PURA-PURA ENGGAK DENGER LAGI!!" Teriak Faro lagi, Ia keluar dari bagasi , entah bagaimana masih mau menuntun sepeda yang disuruh Keyla tadi.
"Mobil Gue masuk bengkel, ya masa Gue harus jalan kaki. Lecet dikit doang gitu gapapa!"
"Lo benerin ya , awas kalo engga Gue aduin kepapa kalo Lo kebut-kebutan dijalan bikin mobil Gue penyok." Ancam Faro, nadanya malah seperti anak kecil. Lucu didengar.
Keyla bersedekap, sudut bibirnya terangkat naik "Yakin mau ngadu? Gimana kalo Aku juga bilang sama papa soal Kak Irene yang mewek dipinggir jalan , gara-gara Kakak turunin ditengah jalan!" "Kira-kira Kak Faro masih bisa naik mobil engga ya ?" Tersenyum puas diujung kalimatnya.
"Brengsek, adik durhaka!!" Kesal Faro. "Udah sana cabut , sebelum Gue lupa kalo Gue punya adek!!" Usir Faro frustasi. Sudah kalah dirinya, soal Irene memang kartu andalan Keyla.
"Nanti Gue benerin. Janji . Lo Ga perlu sedih. Sihitam bakal mulus lagi kok." Yakin Kayla. Raut wajah Faro tampak lebih cerah dari sebelumnya. " Tapi nunggu Gue Kerja dulu." Sambung Keyla sambil merampas sepeda dan bergegas pergi.
"ANJIR SAMA AJA BOONG BEGO!!!"
tawa lepas meluncur saja dari mulut Keyla. Bikin Faro kesal memang menyenangkan. Jauh lebih baik , sesak dan kecewa hilang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA RASA [On Going]
Подростковая литератураKeyla Arditama itu namanya. Gadis yang biasa-biasa aja. Enggak cantik-cantik amat dan nggak terlalu pintar. Setiap hari kerjaannya mengutuk dirinya sendiri, karena jatuh cinta sama sahabat sendiri. Bertahun-tahun tidak jelas bagaimana perasaan ber...