7. Before

21 3 7
                                    

"Mba... mba... mba Keyla bangun! " Bi Minah mencoba membangunkan anak majikannya itu.
Percuma suara itu terlalu sayup untuk seorang Keyla.
"Sudah jam setengah tujuh mba! Nanti telat loh!"

Mata Keyla membulat , mendadak benar-benar hilang rasa kantuknya.

Tadi bilang apa?? Setengah tujuh???
Gue telat! Gue telat!!!

Keyla meloncat dari ranjang empuknya. Tidak karuan tingkahnya, buru-buru melenggang pergi ke kamar mandi.

"Ini kenapa baru bangunin Keyla sih Bi!" Keyla masih sempat-sempatnya teriak-teriak dikamar mandi.

"Mas Faro bilang sebangunnya aja, tapi bibi kasihan kalo mba Keyla telat."

"Bang Faro kurang ajar!!!" Teriak Keyla dikamar mandi. Siapapun yang dengar enggak bakal ada yang tahan.

Tak butuh waktu lama Keyla mengguyur diri dikamar mandi. Dandan? Tidak diperlukan disaat-saat seperti ini. Bajunya asal nempel saja. Tangannya cekatan mengambil sederet buku asal dimeja belajar dan memasukkannya ke dalam tas.

Dirinya tertatih-tatih sibuk menggunakan sepatu adidas putih miliknya. Susah. Makainya sambil berjalan menuruni tangga. Masa bodo jatuh. Ia lebih kepikiran kalau sampai papanya tau ia tidak masuk sekolah karena kesiangan bisa dipangkas habis uang bulanannya.

"Mba ini bekalnya dibawa!" Bi Minah sempat menyodorkan bekal makanannya sebelum ia keluar rumah. Pengertian sekali, Keyla tidak mungkin sempat sarapan.

"Makasih bi." Ucap Keyla, adabnya tidak luntur semudah itu.

Keyla melongok melihat keluar ,tidak ada mobil Faro terparkir dihalaman.Fix dia ditinggal.

Oke tak masalah!!. Pakai supir! Batinnya menenangkan.

Dia boleh pakai mobil, tapi harus disupiri. Tapi masalahnya mobilnya engga ada. Mang Udin, supirnya itu bilang mobilnya dipakai bunda. Itu bukan mobil satu-satunya, ada empat mobil dirumah ini. Pas. Tapi hebatnya kepakai semua, termasuk jatah mobil untuknya sedang dipakai bunda. Katanya, mobil bundanya itu sedang dibengkel.

"Mba suruh bareng mas Faro dulu hari ini." Kata pak Udin.

"Bang Faro tau kalo Keyla disuruh bareng dia?" Keyla menelan salivanya susah payah.

Pak Udin hanya mengangguk. Supir paruh baya itu pasti merasa bersalah. Keyla bisa lihat wajah pasrahnya.

BUNDA TIDAK KENAL SIFAT IBLIS PUTRANYA.

Keyla berdecak kesal.
"Alfaro Narendra Arditama gue bakal bales elo nanti abang kurang ajarr!!!!!"

Abangnya itu suka kelewatan kalo ngerjain orang. Sama adik sendiri begitu keterlaluan, apalagi sama orang lain. Entah bagaimana ia bisa sampai sekolah sebelum gerbang ditutup. Sekolah tidak terlalu jauh sebenarnya , tapi bisa kesemutan kalo jalan kaki. Waktunya juga terlalu mepet.

Untuk pertama kalinya dia juga merasa seperti manusia goa. Bisa saja naik ojek online harusnya. Ponselnya tidak ada begituan. Ini akibat selalu bilang nanti-nanti saat Bundanya menyuruhnya memiliki aplikasi seperti itu, ya gini jadinya! Baru nyesel sekarang.

Pikirannya buntu, kaki Keyla tau-tau sudah didepan gerbang rumah ternyata. Enggak berasa karena bingung. Mang Udin juga tampak cemas. Bahkan ia berulang kali meminta maaf. Ini bukan salahnya. Ini salah abangnya yang enggak tanggung-tanggung kalo ngerjain orang.

NOSTALGIA RASA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang