"Waktu itu aku enggak berhalusinasi. Dan jangan bilang kamu enggak lihat. Kamu pergi Gilam!!"
Hiks... Hiks..
Keyla bersusah payah menyeka air matanya sendiri. Setelah mengingat-ingat kejadian tak terlupakan dan menceritakan kembali kepada seseorang yang didepannya. Padahal orang dihadapannya itu ada disitu. Lucu memang.
"Iya itu aku , maaf soal itu. Aku akan jelaskan lagi Key. Tapi , bukan waktu itu." Gilam menarik tangan Keyla yang mengepal diatasi meja. "Waktu itu timing nya enggak pas."
Keyla menarik tangannya dari genggaman Gilam kasar.
"Kapan timing yang pas menurut kamu? Sekarang?""Kamu engga bisa dihubungi dulu Key. Aku udah berusaha."
"Waktu itu aku enggak berharap kamu bakal menghubungi aku Lam. Lalu sekarang aku sedang apa disini. Bodoh sekali aku!" Keyla terkekeh. Tawanya miris.
"Dulu atau sekarang juga sama bukan? Siapa aku ini? Tak memiliki arti."Keyla tertawa. Suaranya parau. Tawanya terlihat menusuk orang didepannya. Keyla berkali-kali memijat pelipisnya. Heran dengan diri sendiri.
Sedang apa Gue disini.
Aku ini ngapain??...
ASTAGA.
Aku mengatakan semuanya..
"Keyla. .." Suara samar Gilam menyela.
Matanya sekilas melihat Gilam. Cowok itu menatapnya sendu. Keyla lihat ada rasa bersalah disana. Dia baru menyalahkan dia atas semuanya. Padahal disini dia tidak salah apa-apa. Dari dulu dia yang salah. Salah mengartikan dan terlalu berharap. Keyla berfikir demikian.
Air mata Keyla luruh lagi. Otaknya yang rumit seperti benang sudah kembali. Rasa sesak menjalar didalam hati. Menikam.
Semuanya akan baik-baik saja. Andai Keyla bersikap biasa saja semenjak awal bertemu Gilam lagi. Seperti bertemu orang lama , senang dan melupakan yang lalu.
Rasa sepihak..
Aku yang baperan..
Dia enggak salah apa-apa..
Itu sudah lama kenapa aku menganggap perkataan anak SMP yang masih bau kencur serius.
Perkataan suka Gilam. Kata-kata itu , sikap,. Dia menganggapnya terlalu serius. Bodohnya sampai sekarang.
Maaf Gilam..
Rasa bersalah Keyla menggema didalam hati. Tenggorokannya tersekat. Rasanya berat. Artinya dia harus mengabaikan apa yang ia rasakan. Menunggu selama ini percuma.
Keyla masih menunduk, menggenggam tangannya sendiri diatas meja. Air matanya masih saja mengalir. Keyla menarik nafas panjang. Senyum getirnya mengembang menatap Gilam.
"Maaf.." Ia menyeka air matanya. Senyumnya tak dibiarkan hilang. Berat sekali tersenyum seperti itu.
"Lupakan hari ini. Kamu engga perlu mengatakan dan menjawab pertanyaan bodohku. Abaikan saja."
Gilam mengernyit. Tangannya terulur lagi menggenggam tangan Keyla.
"Maaf. Aku akan katakan semuanya. Aku janji."Keyla Ganti menggenggam tangan Gilam. Kata maaf Gilam malah menusuk hatinya.
"Jangan minta maaf. Kamu enggak salah." Kata Keyla yakin.Keyla terkekeh. Berusaha membuat orang didepannya tidak bingung. Keyla menarik tangannya dari genggaman Gilam perlahan.
Tangannya ganti menengadah.
"Kemarikan ponselku. Cukup buat hari ini aku mau pulang.""Keyla..." Gilam menatap Gilam sayu.
Cowok dihadapannya pasti bingung. Keyla dalam sekejap menangis. Dalam sekejap tertawa. Bicara banyak tapi Gilam tidak tahu apa-apa.
Keyla memainkan ponselnya setelah diberikan Gilam. Menggerakkannya tak jelas diatas meja. Hari ini berat, bukan berat. Tapi, aneh. Dirinya bertindak tak karuan. Sudah berjarak setelah hari ini akan lebih canggung lagi.
Sekalian kalau begitu...
Sekalian enggak punya otaknya..
Aku mungkin akan penasaran
Tapi, aku enggak butuh balasan
Rasa sepihak memang sudah biasa terjadi..
Aku mungkin salah satunya...
Keyla tersenyum. Tangan menyandang tas selempang. Bersiap pergi. Ia beranjak dari duduk dan menatap Gilam lagi. Cowok dihadapannya juga berusaha berdiri.
"Terimakasih ya , maaf buat hari ini."
Tangan Keyla meremas tali tas. Berusaha tenang.
Sekalian enggak punya otaknya...
"Lamm.. Aku enggak tau dulu itu kamu serius apa enggak waktu bilang suka dan ingin menjaga. Dulu aku masih enggak paham apa yang aku inginkan. Dulu aku pikir itu main-main dan sekarang aku malah aku berfikir apa yang kamu katakan itu serius." Keyla terkekeh. Rasanya dia sedang menertawakan diri sendiri.
Tapi rasa sesak didalam hatinya perlahan mulai mencair. Cowok dihadapannya masih berusaha mencerna kata-katanya. Maaf kamu pasti kaya orang setres sekarang.
Lagi-lagi Keyla tersenyum. Cara terbaik menyembuhkan hati yang akan patah untuk kedua kalinya.
"Kalau dulu kamu mengatakan itu benar serius dan aku enggak menganggapnya main-main. Aku akan mengatakan aku menyukaimu Gilam."...
Kenapa Tuhan menciptakan air mata. Nyaris saja air mata Keyla keluar.
"Maaf kalau aku menganggapnya serius. Setelah hari ini aku akan melupakanya jadi jangan khawatir." Keyla terkekeh. Rasa sesak itu lagi.
Gilam masih berdiri diam . Dia memperlihatkan wajah berfikir keras , bingung, tapi dia tersenyum. Wajahnya sumpah tidak dramatis sekali. Menyebalkan. Tapi, baguslah malah terlihat main-main.
"Terimakasih ya! Hari ini kamu yang traktir kan?" Keyla berusaha tampak biasa, ia tersenyum sederet gigi putihnya kelihatan.
Keyla beranjak melangkah pergi meninggalkan Gilam. Enggak tahu apa yang dipikirkan cowok itu sebenarnya. Ekspresinya tak terdefinisi. Dia juga diam saja. Mungkin sedikit syok wajar saja dia banyak mendengar hal-hal aneh dari bibir Keyla.
Enggak akan baik-baik saja-saja. Keyla mengatakan semuanya. Apa yang ada didalam hatinya. Jika jarak semakin tercipta semakin jauh biarkan saja. Rasa sepihak akan selalu begitu. Kehilangan atau merasa sakit setiap hari karena menyimpan rasa sendirian sepertinya tidak ada pilihan yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA RASA [On Going]
Teen FictionKeyla Arditama itu namanya. Gadis yang biasa-biasa aja. Enggak cantik-cantik amat dan nggak terlalu pintar. Setiap hari kerjaannya mengutuk dirinya sendiri, karena jatuh cinta sama sahabat sendiri. Bertahun-tahun tidak jelas bagaimana perasaan ber...