Kepulan asap memekat diantara derum suara kenalpot, suara kelakson bersahutan mencoba membelah keramaian jalan ditimpali makian tak jelas dan tanpa alamat.
Kenapa semua orang hari ini ingin keluar naik mobil. Bikin macet. Pikirnya dari balik kemudi. Keyla memijat pelipisnya yang mendadak terasa pusing.
Dia merutuki bayangan dirinya dari balik kaca spion. Kenapa memilih naik mobil pribadi tidak ojol saja, jauh lebih gesit membelah macet di jam genting seperti ini.Ouh Key, Jogja engga semacet ini dulu, dulu 3 tahun lalu. Batinnya mengeluh.
Keringatnya membasahi kening,terasa engap meski AC mobil disetel minus. Rasanya enggak akan menang ngelawan, waktu ditarik mundur enggak bisa. Dia memang begitu, selalu kalah jika diajak main kejar-kejaran dengan waktu. Salahnya ketika disuruh bangun pura-pura tidak dengar. Jadi enggak denger beneran.
"Keyla Arditama, kamu pasti nanti kena semprot!" Gumam key, matanya masih berusaha mencari celah untuk keluar dari kemacetan.
Deringan benda pipih menambah kalut isi otaknya, sudah berkali-kali dibiarkan benda itu berbunyi dan diam sendiri. Anak-anak pasti nyariin. Mau bagaimana menjawabnya sama saja nggak bikin tambah cepet, malah bikin emosi nanti. Dibiarkan saja.Ngomelnya nanti kalau Keyla sudah sampai. Batin Keyla mendukung.
Lagi-lagi berdering, notif panggilan tampak muncul dilayar ponsel. Bukan dari sembarang orang, bukan panitia sembarangan tepatnya. Keyla menekan sesuatu diearphone yang memang sudah tertancap ditelinganya.
"Jangan ngomel , Gue kena macet.!" Ucapnya tanpa salam, sengaja cepat-cepat tidak memberikan ruang untuk orang diseberang sana bicara lebih dulu.
"Gue sebentar lagi. Masuk aja dulu. Tanpa Gue.!" Lanjutnya tanpa menunggu balasan.
"Berapa menit lagi?" Tanya seseorang nada suaranya kesal.
Keyla memilih mengakhiri sambungan teleponnya sepihak. Suara cempreng orang diujung telepon itu sudah seperti lebah dimasukkan kedalam kaleng. Bikin enggakga fokus. Menurutnya mengomel itu pasti nanti dilanjutkan lagi Ketika ia sampai, biar sekalian nanti saja. Bisa kecelakaan dia karena gendang telinganya meledak dadakan.
Keyla menggigit bibir bawahnya,warna alaminya tampak semakin bertambah merah. Kepalanya tak hentinya mendongak kedepan, menatap jauh jalan didepan sana, mencari celah. Jari telunjuknya mengetuki setir kemudi, sesekali menekan kelakson. Mengusir ketegangan, sekaligus meminta mobil yang rapat didepan menepi, memberinya jalan. Mana mau!.
Tubuhnya menegang seketika saat tampak celah,lecet sedikit untuk mobil sedan itu tidak masalah. Kasih rejeki sama bengkel.
Keyla memacu laju kecepatan mobilnya. menyenggol sedikit mobil lain,suara teriakan sang pemilik tak terima,pudar tertinggal diantara sesak mobil lain.Perlahan lebih terkendali , kecepatannya menurun ketika sampai dipintu gerbang sebuah SMA dengan nuansa cat biru laut. Satpam sekolah itu menyapanya ramah, menunjukkannya arah pada mobil dan kendaraan lain yang sudah berjajar rapi didepan pelataran lobi. Key mengangguk mengerti. Ia memarkirkan sedan hitamnya sejajar dengan mobil lain.
Welcome back Keyla Arditama.
Setelah sekian lama akhirnya kakinya menginjak kembali tempat ini. Getaran tempat itu masih sama ,membuat otaknya sejenak kembali kemasa Ia pernah menyandang baju putih dan rok kotak-kotak abu. Ia dibuat terpana mendapati tempat itu banyak berubah. Ia mengiyakan benar apa kata teman-temannya, mereka sering bilang sekolah itu kaya mantan, baru ditinggal sebentar aja makin keren, bikin pengen balik lagi. Eh.
Keyla tertawa geli. Kakinya mengayun santai menuju lobi. Matanya merekam semua yang tampak dan membandingkannya dengan history.
"Udah nostalgianya , kalau udah ikut Gue!" Seseorang menyela,menghentikan aktivitas kagum Keyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA RASA [On Going]
Fiksi RemajaKeyla Arditama itu namanya. Gadis yang biasa-biasa aja. Enggak cantik-cantik amat dan nggak terlalu pintar. Setiap hari kerjaannya mengutuk dirinya sendiri, karena jatuh cinta sama sahabat sendiri. Bertahun-tahun tidak jelas bagaimana perasaan ber...