Malam ini hujan turun semakin lebat. Jika awalnya hanya suara deras cumbuan hujan pada aspal, kini gelegar dan kilatan petir pada tiap sudut langit kian memperburuk keadaan.
"Sial...."
Beberapa saat lalu Ino pergi dengan menyakitkan. Mengembalikan kalung pemberiannya, namun tidak dengan rasa yang bersamaan dengan jaket miliknya terbawa pergi oleh Ino.
Namun Naruto masih termangu di tempat. Ia hanya berdiri kaku, pandangannya turun menatap aspal, terlihat juga liontin yang tadi Ino berikan terkait pada jemarinya dengan begitu lemah.
Dinginnya angin malam begitu menusuk tiap inci tubuh basah Naruto.
Naruto juga dapat merasakan kakinya melemas serta kedua bahu yang semakin bergetar. Entah karna kedinginan atau menahan isak tangis."SIAL....SIAL....SIAL!!!!"
Naruto berteriak-teriak memaki langit, melupakan semua emosi yang sejak tadi ia tahan.
Ia kesal namun juga bingung disaat bersamaan. Naruto sungguh tak mengerti alasan Ino bisa memutuskannya begitu saja.
Karna menurut pandangan Naruto, hubungan mereka berjalan baik-baik saja. Ia merasa selalu melakukan yang terbaik untuk Ino, bahkan mungkin lebih baik dari Sasuke.
Ahhh, iya. Naruto lupa, kalau hubungan mereka terjalin terlalu cepat. Ino baru putus dari Sasuke dan ia datang di waktu yang tak lama. Mungkin saja gadis itu belum bisa melupakan Sasuke.
"KENAPA!...KENAPA!...SIAL!!"
Naruto memukul-mukul tembok toko minimarket dengan sangat keras karna emosi, Naruto berhenti memukul saat ia merasakan darah mengalir dari kepalan tangannya.
Naruto menatap datar tangannya yang sudah terlihat bengkak dan dialiri darah segar miliknya sendiri.
Ia menggeretakan gigi berusaha menahan tangis."Sakit...."
*****
Setelah memaksakan berlari melawan cumbuan deras hujan dan bisingnya guntur di langit, akhirnya Ino sampai dirumah. Beruntung saat ia dan Naruto berteduh menghindari hujan itu, rumah Ino sudah cukup dekat. Walau tetap seluruh pakaian dan tubuhnya basah, namun setidaknya ia tak harus membuat kakinya lemas karna terlalu jauh berlari.
Tok...tok...tok...
Ino mengetuk-ngetuk pintu rumahnya, dalam hati ia berharap tidak ada orang di rumah. Sayang, doa kecilnya sama sekali tak didengar oleh semesta. Pintu besar ber-cat cream rumahnya itu terbuka, menampakkan sosok ibunya yang berdiri di sana dengan ekspresi wajah marah sekaligus khawatir.
Detik berikutnya Ino langsung menurunkan pandangan, mencengkram jaket basah yang menaungi tubuhnya mereda gugup. Di depannya Ibu terlihat menghela nafas kasar sebelum angkat bicara.
"Ino kemana saja kamu, dan kenapa basah kuyup begini?"
"Diluar hujan bu."
"Ibu tau diluar hujan, maksudnya kenapa gak meneduh dulu. Lagi pula kenapa baru pulang jam segini, dari mana dulu?, pergi dengan—"
"Ibu..."
Ino memotong kalimat ibunya yang ia yakinini tidak akan selesai dalam waktu singkat itu.
"Aku kedinginan. Biarkan aku masuk dulu, boleh? "
Ekspresi Wajah ibu sontak melunak, kembali menarik nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu rumah semakin lebar agar Ino bisa masuk.
"Baiklah masuk, langsung ke kamarmu dan segera mandi dengan air hangat!"
"Terimakasih Bu."
.
.
.Ino POV
Kuhempaskan tubuh letihku di tas ranjang, menarik satu bantal dan memeluknya sedikit erat. Pakaian basah tadi sudah berganti dengan celana training pendek dan kaos putih polos kebesaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here/Naruino
Romance[Naruino Project] [Complete√] Kisah cinta Ino dan Sasuke telah berlangsung lebih dari satu tahun. Satu waktu Ino baru menyadari, satu tahun yang ia habiskan untuk mencintai Sasuke adalah kesalahan besar. Terlalu bebasnya kisah cinta Ino dan Sasuke...