Akhiri

2.5K 154 42
                                    

"apakah kamu "

"Apakah kamu benar-benar mencintaiku?"

"A-aku...–"

"Ehhh... Apa?"

Ino refleks memekik kaget saat mendengar pertanyaan Naruto yang diluar dugaan. Ino kira Naruto akan memaksanya menjawab tentang maksud Sasuke tadi, atau apapun yang pertanyaan tentang dirinya yang mungkin saja mengganggu Naruto.

"Ino?" Panggilan lembut Naruto sukses menyadarkan Ino dari lamunan sesaatnya tadi.

Gadis itu terlihat sedikit gelagapan, "I-iya. Tentu saja Naruto, aku benar-benar mencintaimu." Respon Ino.

"Begitu yah, kalau begitu syukurlah." Naruto tersenyum tulus, tatapan matanya pun kembali menghangat.

"Itu saja?, Aku...aku kira kau akan memaksaku untuk menceritakan tentang–"

"Apapun yang terjadi di antara kamu dengan Sasuke aku tidak peduli. Kamu mencintaiku, bagiku itu sudah cukup menjadi alasan kuat untuk percaya padamu, Ino."

Tangan sewarna madu Naruto memindahkan anak rambut Ino kebelakang telinga dengan lembut.

"Pilar utama sebuah hubungan itu kepercayaan, Ino. Jika aku malah curiga dan tidak mempercayaimu, lalu untuk apa kita masih pacaran, hmm?"Ucapnya pelan nan begitu lembut.

Lagi-lagi Ino kembali dibuat jatuh kedalam pesona kedua mata biru Naruto yang begitu menenangkan. Tatapan itu, selama lebih dari satu tahun berpacaran dengan Sasuke belum pernah rasanya Ino ditatap dengan tatapan seperti ini.
Hanya sekilas dilihat saja sudah jelas, kedua mata itu mengisyaratkan rasa sayang dan keinginan melindungi yang begitu dalam.

Tiba-tiba Ino merasakan kedua matanya memanas, senyum tipis di bibirnya saat ini adalah gambaran haru yang terpendam di hatinya saat ini.

Sungguh, ingin sekali rasanya Ino memeluk erat tubuh jangkung Naruto dan menceritakan semua yang ia alami sembari menangis tersedu-sedu.

Namun setelah kejadian tak terduga ini, rasa sayang Ino kepada Naruto sepertinya semakin membesar. Ego dan keinginan memiliki Naruto pun akhirnya menekan pemikiran itu, membuat dirinya memilih bungkam untuk menutup aib yang bisa saja menjadikan Naruto pergi darinya.

"Naruto... Terimakasih yah."Ino menindih tangan Naruto yang kini mengelus pipi kanannya, " Aku sangat mencintaimu, sungguh... "

"Dan aku lebih mencintaimu, Ino."

.
.
.
.
.

Naruto dan Ino tak menghabiskan banyak waktu mereka di cafe. Setelah ice tea Ino dan tiramisu cake pesanan Naruto habis, mereka berdua menit berikutnya langsung memutuskan untuk meninggalkan coffee shop bergaya cozy itu untuk pulang.

Langit sore kala itu minim akan cahaya mentari, mungkin karna kurang dari satu jam lagi senja akan muncul.
Selama perjalanan pulang, dibangku belakang Ino hanya diam tak bersuara. Kepalanya bersandar dengan nyaman di punggung lebar Naruto, serta kedua tangan yang memegang erat ujung jaket denim Naruto.

20 menit setelahnya motor Naruto berhenti tepat di depan gerbang rumah keluarga Yamanaka. Ino turun bersamaa  dengan Naruto yang melepas helm full facenya.

Ino merapihkan pony rambut sekenanya, kemudian kembali menatap Naruto yang kini sudah tersenyum manis seperti biasanya.

"Kalau gitu aku masuk dulu yah Naruto, terimakasih untuk hari ini."

Naruto sedikit meringis, "Tunggu sebentar, Ino."

Ino yang sebenarnya belum pergi kemanapun mengangkat satu alisnya bingung. "Iyah?, kenapa Naruto?" Tanya nya.

I'm Still Here/NaruinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang