Bab empat

9K 674 19
                                    

Ai POV

Aku sangat sibuk di kampus. Aku tidak tahu bagaimana dengan Biru. Aku rasa Biru tidak terlalu sibuk, terbukti hampir setiap saat Biru ada di samping ku. Hanya saat aku ada kelas saja Biru tidak bersamaku. Waktu itu aku lihat Biru dengan kak Pink. Ternyata kami satu kampus. Sempat kaget sih, tapi kalau sudah tahu watak Biru, aku tidak akan cemburu lagi. Biru itu sangat mencintaiku. Pede? Tidak, nyatanya memang seperti itu kok. Biru itu tidak pernah main-main masalah perasaan.

Aku tersenyum optimis dan melangkah menuju kantin. Semua tugasku udah selesai, jadi waktunya memanjakan perut.
"Aina!" Reflek aku menoleh. Aku mengerutkan dahi ku. Siapa ya? Cowok itu mendekat dan nyengir kuda.
"Bener ya, namanya Aina?" Tanyanya. Aku tambah bingung. "kenalin." Cowok itu menjulurkan tangannya. Aku ragu untuk membalasnya jadi aku biarkan. Hingga cowok itu keki sendiri dan menarik tangannya lagi.

"Gue, Baim. Anak gizi juga. Cuma semester 2," jelasnya. Aku cuma mengangguk dan tersenyum seadanya.
"Mau ke kantin ya?" Tanyanya lagi.
"Iya."
"Mau bareng?" Aku melongo. Ada cowok yang mau bareng makan sama aku? Serius ini?
"Aku sendiri aja kak, nggak enak di lihat yang lain."
"Loh, kenapa emang? Ai, udah punya pacar?" Aku melotot. Ku fikir satu kampus sudah tau kalau aku udah nikah. Ternyata masih ada yang belum tahu toh. Eh... Kalau di fikir siapa aku? Sampai semua anak kampus tahu aku udah nikah. Ge'er banget deh kamu, Ai.

"Aku nggak punya pacar kak, tapi_"
"Ai!" Siapa lagi? Aku kembali menoleh dan oh... Kak Pink.
"Hy pink," sapa kak Baim. Kenal toh....
"Hy, ngapain kalian di sini?" Tanya kak Pink.
"Nggak berdua kok, kak. Rame di sini. Aku duluan ya. Udah laper." Aku langsung pergi dari mereka. Males berurusan sama kak Pink. Apa lagi kak Baim. Takut Biru lihat nanti malah jadi salah paham.

🍃🍃🍃🍃

Baru sesuap nasi masuk. Biru udah meluk aku dari belakang. Untung nggak kesedak. Biru lantas duduk di sampingku sembari menatapku seperti masa pacaran dulu. Bikin hati panas dingin aja.
"Makan sayang?" Tanyanya.
"Iya, kamu nggak makan?"
"Lihat kamu makan aja aku udah kenyang."
"Gombal." Biru tersenyum manis sekali. Aku mencubit bibir nya yang terlihat manis dan ikut itu.

"Mau, sayang?" Aku melotot.
"Mau apa?"
"Cium? French kiss?" Aku mencubit lengannya. Membuat Biru tersenyum bukannya mengaduh.
"Au, enak, Ai. Lagi dong...." Aku langsung buat wajah jijay. Biru malah ketawa ngakak.
"Biru."
"Apa sayang?"
"Aku laper."
"Yaudah makan."
"Jangan ganggu aku dulu. Kapan aku suap nasinya ini?" Biru nyengir dan mengusap kepalaku. Ia mendekatkan nasiku dan memberikan sendok padaku.
"Makan ya, maaf." Aku mengangguk dan kembali melanjutkan makanku.

🍃🍃🍃

Aku menunggu Biru di tangga luar kampus. Tumben banget ini Biru pulangnya telat. Aku memainkan kakiku. Hingga banyak mahasiswa yang memperhatikan ku. Aku langsung diam karena malu. Sebenarnya aku suka di kampus. Mereka tidak seperti anak-anak SMA dulu. Mereka memandang ku. Mereka menghargai aku. Tidak ada yang menatapku dengan sinis. Tidak ada yang berkomentar buruk tentang aku. Tidak ada bully di sini. Oh... Aku suka kuliah.

"Ai, belum pulang?" Aku menoleh dan mengangguk.
"Belum, Meta sendiri belum pulang?" Tanyaku. Meta duduk di sebelah ku.
"Belum, lagi nunggu jemputan. Kamu sendiri?"
"Lagi nunggu, Biru." Meta mengangguk. Meta ini teman sekelasku. Anaknya baik dan ramah. Kami pun duduk bersebelahan di kelas. Meta juga cerdas. Kecerdasannya hampir sama dengan Biru. Menakjubkan.

"Ai, ayo pulang." Aku dan Meta menoleh bersamaan. Aku pun pamit pada Meta.
"Duluan ya, Ta." Meta melambaikan tangannya. Biru berjalan lebih dulu dan aku menyusulnya.

🍃🍃🍃

Kami sampai di apartemen. Aku langsung merebahkan diriku di sofa. Sementara Biru, ia langsung melepas sepatunya. Menaruhnya di rak dan masuk ke dalam kamar. Tak lama aku mendengar suara guyuran air. Apa Biru mandi ya?

Aku pun masuk ke dalam kamar setelah melepas sepatu. Aku menaruh tas ku di atas ranjang dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Biru, kamu mandi?" Tanyaku
"Ya!!" Serunya. Aku cemberut. Biru kenapa? Kok tiba-tiba jadi agak ketus gitu. Bodo ah, aku lepas baju aja. Gerah.

Biru keluar dari kamar mandi dan melihatku yang hanya pakai tank top. Aku tersenyum ke arah dengan canggung. Sementara Biru nampak memerah wajahnya dan buru-buru mengusap rambutnya yang basah dengan handuk seakan-akan tidak melihatku. Aku cemberut lagi. Biru kenapa sih? Biasanya Biru bakal iseng kalau lihat aku kaya gini. Apa Biru udah bosen sama aku ya?

Aku belum di sentuh loh, masa udah bosen aja sih?

Biru melewatiku setelah mengganti pakaiannya. Ia meraih ponselnya dan keluar dari kamar. Tanpa bicara sepatah kata pun!
Fix ini aneh!!!!

🍃🍃🍃

Aku mencoba memejamkan mataku. Tapi aku kepikiran Biru yang tidak kunjung masuk ke dalam kamar. Biru ke mana sih?
Tak lama Biru masuk ke dalam kamar. Ia heran melihat ku yang belum tidur.
"Biru, kamu dari mana?" Tanyaku langsung.
"Nonton tv." Aku bengong. Jadi dari tadi Biru nonton Tv? Biru masuk ke dalam kamar mandi. Lalu keluar lagi setelah cuci muka, kaki, tangan dan sikat gigi. Ia merebahkan dirinya di sampingku.

Aku benar-benar bingung dengan sikap Biru. Biru maunya apa sih?
Aku lantas meletakkan tanganku di dadanya. Biru langsung membuka matanya dan melihatku.

"Ai," ucapnya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ai," ucapnya pelan. Aku tersenyum manis dan menatapnya. Biru lantas mendekatkan bibirnya padaku. Aku memejamkan mata dan menerima ciumannya. Kami berciuman lumayan lama. Wajahku sudah sangat merah menahan panas di tubuhku. Biru melepas ciumannya dan menatapku.
"Aku mencintaimu, Ai." Aku tersenyum dan membalas cintanya. Biru kembali menciumku dengan panas.

Ai dan Biru Wedding (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang