Bab sembilan

11.4K 724 86
                                    

Mulmed. Jangan gitu Ai. Goda iman Biru aja, Lo!!

Satu bab penuh kemesuman Biru.

🍃🍃🍃

Biru pov.

Aku melirik Ai yang nampak gelisah di tempat tidur. Aku menahan tawaku dan juga hasratku. Maafkan aku Ai. Tapi, aku harus lakukan itu. Agar kamu tau, enaknya bercumbu. Hahaha

"Biru," panggil Ai. Sumpah aku kaget Ai manggil aku. Aku pura-pura tidak dengar. Biar Ai merayuku. Aduh... Aku senang sekali malam ini.
"Biru, bangun," rengeknya. Sekarang Ai sudah menindih bahuku, ia berusaha melihat wajahku. Aku terus saja memejamkan mata seakan aku benar-benar telah terlelap.

"Biru!!!" Bentaknya. Aku tidak terkejut justru aku semakin menahan tawa. Ia nampak frustasi dan aku tidak tega. Aku pura-pura menggeliat dan bangun. Aku duduk dan melihat Ai yang tengah cemberut.

"Apa, sayang?" Tanyaku. Ai menoleh dan langsung menunjuk dadanya. Apa? Apa Ai minta aku untuk ... Ehmm... Itu seperti yang di lakukan para bayi?

"Apa? Kamu mau apa, sayang?" Tanyaku.
"Jangan sok polos!" Bentaknya. "Ini apa? Aku harus gimana? Gimana nutupinya?" Tanyanya. Aku kecewa seketika. Ternyata Ai bangunin aku buat tanya cara nutup bekas kismark ku doang. Menyebalkan.

"Nggak tau," Jawaku ketus dan langsung tidur lagi. Ai kembali menarik tubuhku paksa.
"Apa sih, Ai?"
"Ini apaan sih, Biru? Aku malu kalau sampai temen kampus lihat ada merah di dadaku gini."
"Ya biarin sih, emang kenapa?"
"Kok kamu santai banget sih, aku buat dada kamu jadi merah juga ya," ancamnya. Aku justru senang bukan main. Aku langsung mengangguk cepat. Ai nampak bengong.

"Serius, kamu mau?" Tanya Ai.
"Demi kamu, sayang. Aku rela."
"Emang kamu nggak malu?"
"Enggak, bangga malah. Kalau perlu, di sini." Aku tunjuk leherku.
"Ha? Leher?"
"Iya, biar orang semua lihat bekas ciuman kamu."
"Gigit kali, buat cium."
"Ya apalah itu. Biar kita impas. Mau?"

Ai nampak berfikir. Ayolah Ai. Doaku.

"Oke. Sini, kamunya." Aku langsung mendekat ke arah Ai dengan cepat. Memiringkan kepalaku agar leherku terekspos sempurna.

"Beneran nggak apa-apa digigit?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk. Ai nampak ragu, saat ia menyentuh kerah bajuku. Ia mendekatkan bibirnya ke leherku dan aku merinding seketika.

"Aakkhhh!!!!" Aku teriak kesakitan dan meminta Ai untuk berhenti menggigit leherku. Astaga... Istriku seorang vampir!!!

Aku mengusap leherku dengan cepat. Sakit sekali rasanya.
"Sakit?" Tanya Ai.
"Banget!" Jawabku emosi.
"Hahaha... Tadi katanya minta di gigit?"
"Nggak usah ketawa!" Sentakku. "Apa waktu aku buat tanda merah di dadaku itu, kamu merasa sakit?" Lanjutku.

"Enggak."
"Apa artinya itu aku menggigit mu?"
"Enggak tau. Aku tanya kamu gigit aku, kamu jawab iya. Ya... Aku fikir kamu beneran gigit aku."

Astaga polos banget sih... Apa harus aku ajari juga cara buat kissmark?

"Sini, aku kasih tau caranya buat kissmark."
"Oh, namanya kissmark?"
"Ya, sini aku ajarin." Ai mendekat dan memasrahkan dirinya.
"Bagian mana yang mau di buat merah?" Tanya ku.
"Ini." Ai menunjuk dada sebelah kanan yang belum ada tanda merah.

Sial... Aku jadi horny nih. Tahan, Biru.

"Oke, lihat dan rasakan." Aku menunduk dan mulai mengecup bagian dada Ai. Aku buka mulutku dan mulai menghisap nya. Ai mulai mendesah. Lumayan lama aku menghisap dadanya.

"Nah, udah." Ai membuka matanya dan mengusap bagian dada yang barusan aku hisap. Ia menatap ku sendu. Sialan! Jangan menatap ku begitu Ai. Aku bisa khilaf.

"Dihisap ya?" Tanyanya. Aku mengangguk.
"Ai, mau coba." Aku langsung mengangguk senang.
"Di leher ya."
"Iya." Aku memiringkan kepalaku lagi. Semoga beneran di hisap bukan digigit lagi. Sumpah tadi masih sakit.

"Aahhh...." Suara desahku keluar saat Ai benar-benar menghisap leherku. Enak... Ai. Aku memejamkan mataku dan mengusap punggung Ai.
"Lebih, lama sayang," pintaku saat Ai ingin mengakhiri hisapannya. Ai kembali menghisap leherku.

Aku benar-benar terlena dan lupa diri. Aku menarik kepala Ai dan langsung melumat bibirnya. Tanganku bahkan sudah meremas dadanya. Oh... Sial!!! Aku tidak tahan!!!

Aku mendorong Ai hingga jatuh ke ranjang dan aku terus melumat bibirnya. Jemariku sudah asik meremas dada Ai dari dalam piyamanya.

Ciumanku berpindah dari bibir ke leher. Aku kecupi dengan mesra. Ai tak berontak. Ai menyukainya. Aku mendengar ia mendesah nikmat. Oh ya Tuhan....

Aku terus mencumbu leher dan dadanya. Hingga aku menatap kedua gundukan payudaranya. Aku bisa melihat jemariku yang bergerak di bawah piyama Ai. Dan aku... Akan segera melihat seperti apa bentuknya.

Perlahan, aku membuka kancing piyama Ai. Mula-mula Ai masih diam. Hingga kancing terakhir dan aku berhasil melihat kedua gunung yang indah di depan mataku. Saat itulah. Ai tersadar dan langsung menutup kedua payudaranya dengan tangannya.

"Ai...."
"Enggak! Aku malu!"
"Kan sama aku, Ai. Aku kan suamimu."
"Enggak! Aku tetap malu."
"Please sayang... Biru... Udah...." Ah... Sudahlah... Bingung mau jelasinnya.

"Biru."
"Ya?"
"Biru, mau ajak, Ai bercinta ya?" Tanyanya. Aku melotot. Ai tau arti bercinta?

"Hmm... Maunya sih, Ai. Tapi, Ai kan nolak," jawabku sok dibuat melas.
"Maaf ya, Biru. Ai, belum siap." Aku mendesah kecewa. Hmmm... Masih junior emang nggak beruntung.
"Biru, jangan marah ya."
"Ya, enggak. Tapi, Biru mohon sama Ai... Jangan lama-lama ya, nggak siapnya. Biru pengen."

Ai mengangguk. Aku tersenyum dan mengusap kepalanya.
"Bobo yuk."
"Bentar, aku kancingin piyamaku dulu." Aku langsung mencengkram tangannya. Ai menatapku.
"Nggak usah. Biru nggak akan ngapa-ngapain, Ai. Tapi, ijinkan Biru memeluk Ai dengan telanjang dada ya." Ai nampak ragu. "Please..."

Ai akhirnya mengangguk. Aku tersenyum menang. Aku membuka bajuku dan menarik Ai dalam pelukan ku. Aku buka piyamanya hingga Ai telanjang dada.

Aku memang tidak melihat dadanya sekarang. Tapi aku merasakan kekenyalan dan kehangatannya.
Yah... Paling aku coba-coba nanti saat Ai sudah tidur. Hahaha

Baiklah waktunya tidur. Aku mengusap punggung Ai dan mendengungkan lagu dari bibirku. Ai nampak mulai terpejam.

Selamat malam, sayang.
Aku akan menikmati tubuhmu selagi kamu tidur. Hehehe

Ai dan Biru Wedding (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang