Bab delapan (18+)

12.8K 763 63
                                    

Hayati... Rasakan... Bayangkan....
Rasakan sensasinya....
Pejamkan matamu dan buat seolah Ai adalah kamu....
😉😉😉😉

Ai POV

Selesai juga pelajaran hari ini. Aku lelah banget seharian ngerjain tugas dan nyatet banyak banget dari dosen. Tangan sama punggungku rasanya mati rasa. Biru di mana ya? Nunggu aku di tempat biasa enggak ya?

Aku lihat jam tanganku. Aku menggerutu karena sudah jam empat lewat. Biasanya Biru keluar jam 3an. Marah enggak ya Biru karena nunggu aku kelamaan?

Aku jalan cepat biar Biru nggak semakin lama nunggu aku. Tapi, ada seseorang yang narik lenganku dan langsung meluk aku. Wangi Biru. Aku tersenyum.
"Sayang," panggilku. Biru tersentak tapi Biru berusaha buat tetap Melik aku. Aku semakin senang.
"Tumben, berani manggil sayang?" Bisiknya di telingaku. Buat aku geli aja.

"Karena aku emang sayang," gombal ku. Sumpah, aku aneh sendiri kenapa bisa gombalin Biru gini. Seperti bukan aku aja. Biru melepas pelukannya dan menatapku. Biru pasti minta penjelasan.

"Nggak semua hal harus di jelaskan dengan teori, Biru," ngelesku. Aku langsung berjalan lebih dulu. Biru menyusul ku. Ia raih jemariku dan genggam. Seperti biasa, kami akan pulang dengan bergandengan tangan. Persis seperti kakek dan nenek yang saling takut nyebrang jalan. Hahaha

🍃🍃🍃

Aku duduk dengan rasa gerah luar biasa di sofa. Biru? Ia sedang memelukku dan mengendus-endus leherku terus. Padahal aku masih berkeringat dan tambah berkeringat. Ini anak kerasukan kali ya?

Aku mencoba mendorong tubuhnya tapi menolak dan terus berusaha memeluk ku lebih erat lagi. Kali ini, Biru menjilat daun telinga ku. Membuat aku tersentak kaget. Aku diam, tubuhku merinding geli. Tapi, ada sensasi aneh yang aku rasakan.

Oke... Biru suka mesum. Dia suka cium bibirku dan memainkan lidahnya. Tapi ini, ini berbeda. Sensasi ini berbeda. Ada rasa geli, tapi juga nikmat. Aku tidak tau definisi nikmat seperti apa dalam hubungan seksual. Tapi, secara spontan aku mengumpulkan apa yang aku rasakan sekarang adalah rasa nikmat.

Aku memejamkan mata, saat Biru semakin buas menjilat, menggigit dan menggelitik lubang telinga ku dengan lidahnya. Aku menggeliat menahan geli, tapi tak berusaha untuk kabur. Aku diam dan menikmati. Otak dan tubuh tidak sinkron sama sekali.

"Ah...." Aku melotot. Apa itu? Aku barusan mendesah? Sumpah, aku malu mendengar suaraku sendiri. Tapi, itu refleks dan bukan atas kemauan atau kehendak ku. Ya Tuhan... Apa yang Biru lakukan padaku.

"Ai...." Desahnya. Suara Biru... Kenapa begitu seksi dan dewasa. Suara rendah yang indah. Aku ingin mendengar suara desahan Biru lagi. Buat hatiku nggak kuat, tapi ada rasa puas.

Ciuman Biru berpindah ke leher sekarang. Ia menyibak rambutku dan mencium setiap jengkal kulit leherku. Hembusan nafasnya, hangat usapan lembut bibirnya dan sedikit gigitan lalu hisapan dan jilatan.

Aku terus mengerang, mendesah, menahan semua yang Biru lakukan untukku. Tubuhku lemas, mulai mengikuti setiap gerakan bibir Biru. Aku menerima semuanya tanpa berani ikut campur.

Aku seakan memasrahkan diriku pada Biru. Ada perasaan ini lebih dan lebih. Aku menanti setiap gerakan Biru. Ada bagian tubuh yang merindukan sentuhan Biru. Tapi, aku bingung. Aku tidak bisa menjelaskannya, aku payah.

"Hah! Biru!" Aku menahan jemari Biru yang kini tengah menyentuh buah dadaku. Astaga... Jantungku berdebar kencang. Biru mengusap wajahku lagi dan menatapku dengan lembut. Ia mengecup bibirku dan membawaku kembali terbuai dengan ciumannya.

Jemari Biru berpindah, ia memilih mengusap lenganku. Lalu punggung dan leherku. Menekan kepalaku untuk membuat ciumannya semakin dalam dan panas. Aku hanyut, dan mulai hilang akal.

Biru mengusap punggung ku terus menerus. Membuat aku semakin nyaman. Aku membuka mataku saat jemari Biru berhasil meremas dadaku lagi. Tapi, ciuman Biru bisa menghipnotis ku. Aku hanya memegang jemarinya tanpa berniat memindahkannya.

Sensasinya semakin enak. Semakin nikmat. Saat cuman di bibir di padupadan kan dengan remasan pada buah dadaku. Aku terengah-engah. Biru, melepas ciumannya sejenak. Menatapku intens. Lalu, setelah di rasa cukup. Aku kembali di cium olehnya.

Jemarinya semakin asik meremas. Dan aku semakin asik dan panas menerima ciuman darinya. Hingga aku kembali melepas ciuman ku. Saat jemari Biru menyusup ke dalam bajuku. Kulit tangannya menyentuh bagian daging kenyal dadaku. Membuat jantungku semakin tidak karuan.

Biru tersenyum. Ia meraih jemari ku dan mengecupnya. Lalu ia arahkan tanganku untuk memeluk lehernya dan Biru kembali mencium ku.

Aku hanyut lagi. Dan Biru sudah leluasa memainkan dadaku yang tidak terhalang kaos lagi karena sudah ia sibak. Tinggal bra hijau muda yang tersisa.

Aku kewalahan menerima ciuman Biru. Rasanya terlalu enak. Tapi, aku kehabisan nafas. Biru kembali memberikan jeda padaku.

Aku menarik nafas dalam. Lalu aku hembuskan. Begitu terus. Biru nampak sabar menunggu ku. Ia meraih jemari ku lagi dan ia kecup dengan mesra. Ia kecupi hingga kembali merasakan rasa menggelitik di bagian yang aku tidak paham.

Lalu... Secara mendadak, Biru menyerang dadaku. Ia hisap dengan kuat di sana. Membuat aku agak meringis. Lalu ia tersenyum padaku dan mengecup keningku.
"Tanda pertama. Bahwa kamu sudah hampir siap," ucap Biru yang lalu bangun dan mengusap kepalaku.

Ia pergi ke kamar meninggalkan ku seorang diri. Dengan perasan berdebar dan rasa ingin lagi. Kemudian aku melirik ke bagian dadaku. Aku melotot. Astaga... Apa barusan Biru menggigit dadaku?????

Ai dan Biru Wedding (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang