Part 11 : Just Mine
•••
'Buk buk buk'
Suara boneka yang dipukul berulang kali terdengar dari kamar Yeri. Jelas itu adalah ulah dari pemilik kamar yang saat itu terlihat sangat kesal hingga melampiaskannya pada sebuah boneka beruang putih pemberian Mark di ulangtahunnya yang ke enam belas.
"Mark lo nyebelin banget anjir," geramnya, "kenapa dia gak pernah cerita kalau deket sama cewek lain? Gue bahkan gak tau dia siapa, tau-tau udah deket."
Gerutuan itu sudah terdengar berulang kali dari sejak setengah jam yang lalu. Tapi tak urung juga menghilangkan rasa kesalnya. Yeri tidak suka jika ia tidak mengetahui apapun. Apa saja yang dia tidak tahu, dia akan langsung menanyakannya. Dan saat dia tidak mengetahui siapa orang yang sering ditemui Mark, dia merasa kalau Mark menyimpan rahasia darinya.
Padahal dia sendiri selalu menceritakan apapun pada Mark."Nyebelin... nyebelin... nyebelin..."
'Cklek'
"Siapa yang nyebelin?" seorang sudah berdiri di ambang pintu yang terbuka, menyela dengan cepat gerutuan Yeri. Membuat gadis itu menoleh dan memasang wajah cemberutnya.
Yeri mendengus dan membuang muka kesamping sembari mendekap boneka tadi.
Orang tadi hanya tersenyum geli melihat hal itu dan berjalan mendekat, mendudukkan diri di pinggir ranjang, disamping Yeri yang masih berbaring disana.
"Kenapa? Marah sama gue?" Yeri diam dan semakin menolehkan wajahnya kesamping. "Maaf deh, gue gak tau kenapa lo marah, tapi gue rasa itu salah gue.
Yeri menoleh menatap orang itu dengan mata menyipit, "Siapa Mina?"
"Anak kelas sebelah." Jawab Mark singkat dan menerima tatapan tajam dari Yeri, seolah menuntut hal yang lebih. Sukses membuat pemuda itu mengangkat alis dengan tersenyum.
Saat Mark tak kunjung menjelaskan lebih detail, Yeri kembali membuang mukanya.
Mark menghela nafas dan menangkup pipi Yeri, memaksa gadis itu untuk menatapnya."Mina itu cuma manager tim basket sekolah kita, gue juga terpaksa deket sama dia karena posisi gue itu sebagai ketua. Gak mungkin kan ketua sama manager gak deket?"
"Ya tapi gak gitu juga deketnya!" Yeri masih memasang raut yang sama.
"Gak gitu gimana?"
"Cuma manager sama ketua kan? Harusnya deketnya bahas masalah basket dong! Ini kok ngikutin lo terus kemana-mana!!" Desisnya tak suka dan Mark hanya menahan senyumnya. Gadis itu lucu ketika marah padanya.
Yeti mengendurkan wajah cemberutnya dan berkedip, "Lagian lo juga gak pernah cerita kalau lagi deket sama cewek lain."
"Kenapa gue harus cerita?" pancing Marl sambil membelai lembut rambut Yeri.
Mulut Yeri terbuka tapi dia tetap diam, netranya melirik kearah lain untuk memikirkan alasan kenapa Mark harus menceritakan hal itu padanya. "Karena," tatapan mereka kembali bertemu, "Karena lo harus ceritain semuanya ke gue. Gue juga pengen tau."
Pemuda Lee itu hanya menghela nafas mengalah, percuma juga dia memaksa Yeri untuk mengatakan hal yang dia harapkan. Toh Yeri sendiri juga tidak mengerti kenapa dia ingin tahu tentang Mina.
"Jadi, lo kesel ke gue karena gue gak cerita tentang Mina?" Yeri mengangguk, "Kenapa lo bisa kesel?" pancingnya lagi dengan hal yang lebih mudah.
Yeri menggeleng dan menunduk, memainkan tangan boneka beruang itu, "Gue gak kenal dia, tapi lo deket banget sama dia. Gue gak suka."
"Sekarang lo udah kenal dia, apa lo gak bakal kesel lagi kalo gue deket sama dia?"
Lagi-lagi mulut Yeri terbuka tapi tidak mengeluarkan suara. Dia berkedip bingung untuk menjawabnya, apa dia tidak akan kesal lagi? Mana dia tahu kesal atau tidak, walaupun hanya dengan membayangkan Mark dekat dengan Mina sekarang saja sudah membuatnya kesal.
Karena Yeri tak kunjung menjawab yang diartikan Mark kalau gadis itu kembali bingung, Mark akhirnya kembali menghela nafas mengalah. Dia kembali mempertemukan tatapan mereka dan mengusap pelan pipi gembil itu, "Lain kali, kalau lo ngerasain sesuatu, lo harus tau penyebabnya. Dan kalau udah tau, coba pikirin baik-baik, kenapa hal itu bisa jadi penyebabnya."
Yeri mengedip dua kali, "Maksudnya?"
"Kayak sekarang. Lo harus tau kenapa lo kesel sama gue, dan pas lo udah tau kalau lo kesel sama gue karena gue gak cerita soal Mina, lo harus pikirin lagi kenapa hal itu bisa bikin lo kesel. Mungkin karena lo gak suka liat gue deket sama dia, dan kenapa lo gak suka liat gue deket dia? Semua itu harus lo pikirin dulu, oke?"
Penjelasan itu sudah jelas Mark maksudkan agar Yeri tahu kalau apa yang dirasakan gadis itu adalah rasa cemburu karena melihat kedekatan Mark dan Mina. Tapi karena melihat wajah Yeri yang masih menekuk bingung, Mark mengalihkan pembicaraan. "Udah, jangan dipikirin, ntar otaklo makin menyusut!"
Yeri memukul pundak Mark dengan wajah yang kembali cemberut.
Mark tertawa pelan dan ikut berbaring menyamping dengan satu tangan yang menopang kepalanya agar dapat melihat wajah Yeri dengan jelas. Tangannya bergerak menggenggam tangan Yeri dengan lembut, membuat gadis itu menatap dirinya dan genggaman tangan mereka secara bergantian. Ekspresinya biasa karena mereka sudah biasa melakukan hal itu.
Seperti saat dia bilang pada Hendery kalau dia sudah biasa bersandar di bahu Mark. Banyak hal yang sudah biasa ia lakukan dengan Mark, tapi dia tidak sadar kalau hal-hal itu hanya mereka lakukan saat berdua, atau bisa juga diartikan jika Mark membuat suasana itu saat mereka hanya berdua.
Gadis Kim itu membalas genggaman tangan sang kekasih. Lama mereka hanya terdiam. Mark yang memandang wajah Yeri, dan Yeri yang memandang langit-langit.
Beberapa menit kemudian, mata Yeri perlahan terpejam dan membawanya ke dunia mimpi. Membuat senyum Mark semakin lebar. Dengan hati-hati dia melepaskan tangan Yeri dan memposisikan boneka pemberiannya agar dapat dipeluk oleh gadis itu. Ditariknya selimut dan menyelimuti tubuh Yeri. Wajahnya mendekat dan mengecup mesra pipi gembil yang terasa menggemaskan milik Yeri, kekasihnya, sahabatnya, juga cintanya.
Setelah itu barulah ia dengan perlahan menuruni ranjang dan berjalan keluar.'Blam'
Saat pintu itu ditutupnya perlahan, netranya melihat sosok Doyoung yang berdiri bersandar di dinding depan kamar Yeri.
"Eh, hyung?"
Pria dengan gigi kelinci yang khas itu menoleh dan menatapnya datar. "Kemarin Yeri nanyain soal cemburu."
"Dia tanya itu? Kenapa?" tanya Mark balik.
Doyoung mengangkat bahu, "Mungkin habis ngobrol sama Chaeyoung."
Doyoung berdiri tegak menghadapnya dengan tangan di saku celana. "Gue udah jelasin seadanya sama dia. Tapi lo tau sendiri kalau Yeri gak gampang paham sama hal kayak gitu. Jadi, waktu dia ngerasain hal itu, jelasin secara langsung tentang perasaan itu."
"Kenapa harus gue yang jelasin?"
Doyoung tersenyum tipis dan berbalik pergi, "Karena cuma lo yang bisa bikin dia gitu." Ucapan Doyoung saat posisinya sudah jauh tapi samar didengar Mark.
Mark melirik pintu sampingnya yang tertutup dengan pandangan tak bermakna. "Yeri cemburu? dia juga suka sama gue?" tanyanya pada diri sendiri.
Selanjutnya, senyum tipis menghiasi bibirnya. "Tenang aja Yer, gue bakal bikin lo sadar kalau lo suka gue. Cuma gue. Dan kalau lo udah sadar sama perasaan lo, gue bakal rebut lo dari tiga pacar lo yang lain."
Dia berjalan pergi dengan sorot mata mengkilat. "You just mine, Kim Yerim." Desisnya pelan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeri's Protectors | SM 99L
Fanfiction"Gue juga mau punya pacar kayak yang lain!" "Mulai sekarang, kita berempat adalah pacar lo!" Selama 18 tahun hidupnya, baru kali ini Yeri ngerasain yang namanya pacaran. Parahnya lagi, langsung dapet empat. Udah gitu empat-empatnya ganteng dan famo...