Jam menunjukkan pukul 2 siang. Sudah tiga jam mereka bertiga menahan kantuk, tiba-tiba seseorang keluar dari tenda, ternyata Mita. Mita berjalan ke arah teman-temannya, lalu mengambil duduk di samping kakaknya.
“Kenapa kamu keluar?” tanya Rizal kepada Mita.
“Nggak bisa tidur, Kak. Tadi sih udah tidur, eh, tiba-tiba ada suara orang menangis. Aku ngeliat ke arah Fira, tapi dia udah tidur. Terus aku nyoba tidur lagi, tapi ada yang bicara kayak gini, ‘Sebaiknya kalian pergi dari pulau ini, sebelum semuanya terlambat’. Aku sedikit merinding, terus aku dengar kalian lagi ngobrol, jadi aku keluar deh,” jawab Mita sambil mengulurkan tangannya ke arah api unggun.
“Aku nggak denger ada yang nangis tuh, kalian denger nggak?” tanya Riko. Farel dan Rizal menggelengkan kepala mereka.
“Mungkin kamu halusinasi, Dek.” Rizal kembali mengambil satu bungkus keripik singkong di dalam tasnya. Mita hanya menaikkan bahunya yang berarti ‘Tidak tahu’.
Jam menunjukkan pukul 2 siang ebih 50 menit. Mereka berempat masih berbincang-bincang membahas tentang masa SMP mereka. Ulah Riko yang menjahili gurunya, lalu Rizal yang memakai kaos terbalik, Fira yang jatuh di selokan gara-gara kejar-kejaran sama Mita, dan lain sebagainya. Tak terasa sudah 1 jam mereka berbincang setelah Mita ikut nimbrung.
“Wah, lihat deh ada sunrise. Bagus banget,” kagum Mita sambil menunjuk ke arah matahari yang sudah memunculkan sinarnya. Semuanya takjub melihat pemandangan alam yang sangat indah itu.
“Eh, bentar. Kita begadang dari jam berapa sampai jam berapa?” tanya Rizal yang membuat semua pasang mata melihat ke arahnya.
“Jam 11 pagi. Dan sekarang 3 sore. Jadi kita nggak tidur 4 jam,” ucap Riko.
“Jadi malamnya hanya empat jam. Aneh sekali,” ucap Rizal sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya.
“Eh, aku ngebangunin Fira dulu ya.” Mita masuk ke dalam tenda seolah tidak peduli dengan ucapan kakaknya.
Sesampainya di dalam tenda, Mita langsung membangunkan Fira yang tertidur pulas.
“Fir, bangun. Udah pagi.” Mita menggoyang-goyangkan tubuh Fira agar Fira terbangun. Tak lama kemudian, Fira akhirnya terbangun. Dia langsung mengambil posisi duduk sambil mengucek-ucek matanya.
“Jam berapa?” tanya Fira dengan mata yang tertutup.
“Jam tiga,” jawab Mita.
“Huh? Jam tiga pagi? Aku tidur lama banget dong, tapi masih ngantuk.” Fira mengucek-ucek matanya agar terbuka.
“Bukan pagi. Kamu tidur cuma 4 jam,” jelas Mita.
“Ya sudah, ayo keluar. Kita bereskan barang-barang dan melanjutkan perjalanan.” Mita keluar mendahului Fira yang masih mengantuk itu.
Setelah keluar dari tenda, Mita menghampiri ketiga temannya yang sedang membereskan sampah-sampah yang berserakan. Tidak lama kemudian, Fira ikut menyusul Mita keluar dari tenda.
“Kak Rizal, bantuin aku ngeberesin tenda,” ucap Mita sambil menunjuk ke arah tenda. Rizal mengangguk lalu berjalan menghampiri tenda dan siap untuk membongkar tenda dibantu oleh Mita.
Setelah tenda sudah dibongkar, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri pulau tempat mereka berlibur. Mereka berlima mulai perjalanan mereka dengan berdoa. Setelah berdoa, mereka langsung memasuki kawasan hutan. Sekitar 10 meter berjalan, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara kayu yang dicakar. Mereka melihat sekeliling, hingga perhatian mereka berpusat pada satu titik, yaitu sebelah barat mereka sekitar 8 meter dari hadapan mereka, berdiri sesosok makhluk yang membelakangi mereka dengan bulu berwarna hitam mencakar-cakar sebuah pohon.
__
TBC.
VOMEN MINNA:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Misterius [END]
TerrorBerawal dari sebuah ide sederhana, hingga membuat mereka tersiksa. Berharap kalau liburannya akan baik-baik saja, tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya. Selamat datang di, 'Misteri Pulau Misterius'. Kalian akan menjelajah pulau bersama lima ora...