18. Last ✔✔

507 43 1
                                    

Mita terus mendekat ke arah sosok berjubah itu. Dan setelah benar-benar dekat, Mita mengalungkan kalung pemberian Farel itu ke sosok berjubah hitam. Kalung itu mengeluarkan cahaya berwarna putih. Cepat-cepat Mita mengambil tongkat milik sosok berjubah, lalu Mita berlari ke arah kakaknya.

Tiba-tiba semua penghuni yang ada di pulau itu muncul dari arah yang berbeda. Rizal menyuruh teman-temannya untuk berdoa agar hantu-hantu itu tidak menyerang mereka. Tiba-tiba ada yang membisikkan sesuatu ke telinga Mita.

“Tolong suruh teman-temanmu diam. Kami hanya ingin melihat makhluk sialan itu mati.” Tanpa pikir panjang, Mita langsung menyuruh teman-temannya untuk diam.

“Kenapa?” tanya Riko sambil menatap heran ke arah Mita.

“Mereka ingin menyaksikan pemusnahan sosok itu,” jawab Mita.

Mita baru teringat, bahwa mantra tadi hanya bekerja sebentar saja. Mita langsung membatin tulisan yang terukir di tongkat yang dia pegang. Setelah itu, dia membacanya sangat keras, lalu mengarahkan tongkat itu ke sosok berjubah. Terdengar erangan dari sosok berjubah hitam itu. Cahaya putih dari kalung pemberian Farel semakin memancarkan sinarnya, sampai-sampai Mita dan teman-temannya harus menutup mata mereka karena silau.

Perlahan, cahaya itu mulai meredup. Mita mulai membuka matanya, begitu juga dengan teman-temannya. Sosok berjubah tadi menghilang dari hadapan mereka, begitu juga dengan hantu-hantu yang lain.

“Lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini,” ujar Rizal. Semuanya mengangguk setuju, lalu Rizal dan Riko membawa Farel untuk pergi dari pulau itu.

Mereka sampai di pantai, tempat pertama mereka menginjakkan kaki di pulau itu. Tanpa pikir panjang, mereka langsung naik ke atas kapal. Sebelum benar-benar berangkat, Mita melihat ke arah pulau lagi, hantu-hantu yang berada di buku yang Mita temukan berbaris di pantai.

Mita tersenyum dan melambai ke arah mereka, karena sebelumnya Mita juga mendapat bisikan lagi.

“Kami diperbudak oleh makhluk sialan itu. Maaf sudah menakut-nakuti kalian, dan juga maaf telah menyakiti kalian.”

Flashback Off

Farel terdiam sebentar setelah mendengar penjelasan Riko.

“Oh iya, Ko. Terus yang di kamar mandi siapa?” tanya Fira memecahkan keheningan.

“Oh itu, itu kalian halusinasi. Penyebabnya ya makhluk yang kalian lihat di kamar mandi itu,” jawab Riko.

“Terus kamu di mana?” Fira kembali bertanya kepada kekasihnya itu, sebelumnya memang Riki belum mengasih tahu teman-temannya.

“Di ruang perpustakaan. Selesai buang air kecil, aku teringat dengan buku yang di temukan oleh Mita. Ketika aku membukanya, terdapat tambahan gambar, yaitu makhluk yang kalian temui di kamar mandi. Aku melanjutkan ke halaman berikutnya, dan menemukan sosok berjubah itu di dalam buku, beserta penjelasannya.” Fira hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan dari Riko.

“Terus sekarang Mita mana?” tanya Farel yang merasa janggal karena tidak ada Mita di ruangannya.

“D-dia udah pergi.” Farel mengerutkan dahinya. Dia benar-benar tidak mengerti atas perkataan Rizal.

“Maksudnya?” Riko menghampiri Rizal, lalu menepuk pundak Rizal pelan.

“Dia udah meninggal, gara-gara mendonorkan ginjalnya untukmu.” Ucapan Riko membuatnya terkejut setengah mati. Tak terasa, setetes air jatuh dari matanya.

__

Pagi ini, Farel berencana untuk mengunjungi makam Mita. Dia baru dibolehkan oleh dokter pulang kemarin malam, jadi hari ini dia bangun pagi-pagi sekali. Beruntung jalan kota masih belum ramai, Farel yang agak tidak fokus saat mengemudi pun tidak terlalu khawatir kalau nanti akan terjadi kecelakaan.

Sesampainya di pemakaman, Farel langsung menghampiri makam Mita yang penuh dengan bunga itu. Farel duduk di samping batu nisan Mita.

“Maaf, Mit. Gara-gara aku, kamu jadi kayak begini. Dan juga terima kasih karena sudah mendonorkan ginjalmu untukku.” Air mata Farel tak dapat terbendung lagi, dia akhirnya menangis.

“Laki-laki jangan cengeng.” Farel yang mengenal suara itu langsung menengok ke arah kirinya.

“M-mita?” Arwah wanita di depannya hanya tersenyum.

“Kenapa kamu belum pergi?” tanya Farel sambil menghapus air matanya, lalu kembali menghadap ke Mita.

“Menunggumu untuk datang ke sini ... dan, aku ingin menyampaikan sesuatu,” ujar arwah Mita.

“Apa?” tanya Farel, lalu berdiri. Arwah Mita mengikuti Farel untuk berdiri.

“Jangan menyalahkan dirimu atas kepergianku. Aku ikhlas membantumu, dan aku juga tidak tega melihat ibumu terus menangis karena anaknya tak kunjung bangun.” Farel kembali meneteskan air matanya mendengar perkataan arwah di depannya itu.

“Dua lagi ... yang kesatu, nggak usah menangis kayak anak kecil,” ucap arwah Mita sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Farel.

“Yang kedua, aku sayang sama kamu.” Mata Farel membulat, jantungnya juga berdetak tidak teratur.

“Eh, ya sudah, ya? Ini waktunya aku untuk pergi,” ujar arwah Mita. Farel langsung menggenggam tangan arwah Mita kuat, tetapi lama kelamaan arwah Mita mulai menghilang.

“Aku juga sayang sama kamu, Mit,” lirih Farel.

End.

Misteri Pulau Misterius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang