“Kita sekarang berada di Pulau Isle Of Demons,” lirih Rizal.
Mataku membulat mendengar perkataan Rizal. Aku merebut buku di tangan Rizal, lalu membaca kalimat terakhir di halaman itu. Dan, ya, memang benar apa yang dikatakan oleh Rizal.
Aku membuka halaman berikutnya. Dan ternyata kosong. Karena masih penasaran dan juga tidak percaya, aku terus membuka halaman-halaman berikutnya. Dan hasilnya tetap sama, kosong.
Akhirnya aku menemukan tulisan di halaman terakhir. Aku terkejut melihat tulisan di halaman terakhir itu.
“Kalian telah menghabiskan waktu tiga hari, dan sisa waktu kalian 4 hari.” Aku membaca tulisan di halaman terakhir itu sambil memasang wajah bingung. Padahal kalau dihitung seperti biasanya, kami masih berada di pulau ini kurang lebih satu hari.
“Loh, bukannya kita baru satu hari di sini, ya? Kok jadi tiga hari?” Mita juga sama bingungnya denganku.
“Oh, aku paham. Mungkin yang dimaksud itu waktu di pulau ini, bukan waktu yang biasanya,” ujarku sambil tersenyum, tapi tak lama kemudian senyumku hilang karena menyadari suatu hal.
“Jadi, kita harus secepat mungkin meninggalkan tempat ini. Zal, bisa tolong panggil Riko sama Fira? Aku sama Mita mau cari petunjuk yang lain.” Rizal mengangguk, lalu beranjak mencari Riko dan Fira.
Aku mendekat ke arah Mita yang sedang mencari petunjuk lain pulau ini. Aku menepuk bahunya, lalu dia pun membalikkan tubuhnya menghadapku.
“Iya?” Aku mengambil napas banyak, lalu menghembuskannya perlahan. Mita menatapku aneh, lalu salah satu alisnya terangkat seolah menanyakan ‘kenapa?’
“Aku mau ngomong sama kamu, serius,” ucapku. Dia mengangguk menanggapi ucapanku.
“Ngomong aja,” ujarnya santai. Ya, begitulah Mita, santai, tapi kalau lagi emosi jangan ditanya.
“Sebenarnya keluarga kita berhubungan. Maksudku, kakek kita sama. Pertama, kakek kita menikah dengan nenekmu, lalu setelah melahirkan ayahmu, kakek kita menceraikan nenekmu dan menikah dengan nenekku.
Dan asal kamu tahu, kakek punya kepekaan tinggi, maksudku peka terhadap hal-hal yang seperti itu. Dan itu menurun ke cucunya, yaitu kita dan Rizal. Tetapi tingkat kepekaan Rizal masih di bawah.
Sedangkan punyamu lebih tinggi daripada Rizal. Jadi, aku memutuskan untuk memberimu kalung yang sama denganku. Kamu ingat mengapa aku memberimu air laut? Itu agar jiwamu tidak mudah diganggu oleh penunggu pulau ini. Dan kalung itu, itu untuk sedikit perlindungan saja.
Aku sempat berpikir bahwa nanti yang dapat melihat ‘mereka’ hanya kita berdua saja, tetapi ternyata tidak, semua teman-teman kita dapat melihat ‘mereka’. Itu masih menjadi pertanyaan dalam pikiranku,” jelasku panjang lebar. Mita memandangku bingung, mungkin apa yang aku jelaskan tidak begitu dipahami oleh Mita.
Mita POV~
“Jadi kita masih bersaudara?” tanyaku, lalu menunduk.
‘Hilang sudah,’ batinku.
“Iya, benar. Dan tentang kamu pernah melihat kalung yang kita pakai, aku pernah mendatangi mimpimu dan menunjukkan kalung ini.
“Oh, iya, teman-teman yang lainnya tidak perlu tahu dulu, ya? Kamu bisa menjaga rahasia ini, kan?” Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku kembali memutar tubuhku dan melanjutkan mencari petunjuk.
__
Tbc
Vomen minna

KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Misterius [END]
HorrorBerawal dari sebuah ide sederhana, hingga membuat mereka tersiksa. Berharap kalau liburannya akan baik-baik saja, tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya. Selamat datang di, 'Misteri Pulau Misterius'. Kalian akan menjelajah pulau bersama lima ora...