4. Liontin

561 47 0
                                    

“Masih lama nggak sih?” tanya Fira sambil menatap wajah Riko. Sesekali memegang lengan Riko, tapi Riko melarangnya -takut gagal fokus.

“Sebentar lagi, Fir. Nah, itu udah kelihatan,” ujar Riko sambil menunjuk ke arah pulau yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari kapal yang dikemudikannya. Tatapan mata Fira mengikuti arah tangan Riko, dan terlihatlah pulau yang akan mereka jelajahi.

“Wah ... iya. Eh? Bentar deh, itu beneran pulaunya? Kok beda, ya?” tanya Fira.

“Mungkin karena dari jauh, makanya agak beda. Nanti kalau udah deket kan bisa kelihatan jelas,” jawab Riko. Fira mengangguk tanda ‘iya’, walaupun di dalam hatinya ada yang mengganjal, tetapi Fira mencoba berpikir positif.

Kapal semakin mendekat dengan pulau. Artinya, bahaya tidak dapat dihindari. Kecuali mereka memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Tetapi sudah terlanjur, sekarang kapal sudah berhenti tepat di perbatasan air laut dan pasir pantai. Mereka semua turun dengan membawa barang masing-masing.

Kaki Mita melemas ketika dia menginjakkan kakinya di pasir pantai. Barang-barang yang dipegangnya tergeletak begitu saja di pasir pantai. Badan Mita terduduk di pasir pantai, tangannya memegangi perutnya dan sedikit meremasnya. Teman-temannya pun menghampirinya.

“Kamu kenapa, dek?” tanya Rizal sambil memegang bahu Mita. Kekawatiran terlihat di wajah Rizal, bagaimana tidak, adiknya terjatuh tanpa sebab dan sekarang sedang meringis kesakitan. Wajah Mita terlihat pucat seperti mayat, semua teman-temannya panik. Akhirnya Farel mengambil sesuatu di tasnya. Setelah dapat, Farel langsung memakaikannya ke Mita, sebuah kalung dengan liontin heksagonal berwarna hitam. Mata Mita berubah setelah Farel memakaikan kalung itu di lehernya. Warna mata Mita menjadi putih, tanpa pupil mata. Teman-temannya refleks mundur menjauh dari Mita kecuali Farel.

“Apa yang kau lakukan kepada adikku?” protes Rizal kepada Farel. Farel tidak menghiraukan Rizal, dia langsung mengambil duduk di depan Mita dengan kaki seperti orang bertapa. Farel mengangkat tangan kanannya dan didekatkan ke kepala Mita. Ibu jari dan jari tengah Farel berada di pelipis Mita, Farel segera merapal kan doa sambil menekan pelipis Mita. 

Angin yang berhembus kencang sedang bertarung dengan teriknya matahari, udara menjadi tidak stabil karena terkadang panas dan terkadang dingin. Keringat mulai bercucuran dari pelipis Mita. Semakin Farel menekan pelipis Mita, maka keringat yang dikeluarkan oleh Mita akan semakin banyak. Mita mengerang kesakitan beberapa kali. Rizal ingin menghentikan aksi Farel, tetapi Riko mencegahnya. Sedangkan Fira ketakutan dan langsung memeluk tubuh Riko, Riko hanya membalas dengan sentuhan lembut di kepala Fira. 

Beberapa saat kemudian, akhirnya Mita sembuh. Perlahan matanya berubah seperti biasanya. Napasnya tidak teratur, begitu pula dengan Farel. Setelah dikira benar-benar sembuh, Farel melepaskan jarinya dari pelipis Mita. Wajah Mita sudah membaik, tidak pucat seperti tadi. Tubuh Mita ambruk ke depan hingga membentur dada bidang Farel. Farel memeluk tubuh Mita singkat lalu menggendongnya ke arah laut dan membaringkannya di pasir pantai. Lalu Farel mengambil botol berisi air mineral dan membuang airnya hingga tersisa sedikit. Setelah itu, Farel mengambil air laut dengan botol yang dibawanya, hanya sedikit. Farel mendoakan air itu lalu menyuruh Mita meminumnya. 

__
TBC
VOMEN MINNA!

Misteri Pulau Misterius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang