Semua tampak berpikir. Akhirnya mereka mengiyakan penjelasan Farel, karena itu memang benar.
“Hoamm.” Fira menguap sambil menutup mulutnya. Terlihat dia sangat kelelahan.
“Kamu mengantuk? Tidur sana,” suruh Riko.
“Iya,” ucap Fira lalu mencoba untuk berdiri, tapi tidak bisa. Akhirnya Riko membantu Fira untuk berjalan menuju tenda.
“Sini aku bantu.” Riko memapah Fira sampai ke tenda.
Angin berhembus membuat api di api unggun bergoyang. Semak-semak ikut bergoyang. Jangkrik mulai bersuara. Langit-langit bertaburan bintang. Di tempat ini, Mereka bisa melihat langit yang penuh dengan bintang.
“Oh iya, Rel. Tadi kok kamu bisa tahu kalau disini ada tanah yang luas?” tanya Mita.
“H-hah? Bukan apa-apa, kok. Udah lah, lupain aja,” jawab Farel. Mita hanya mengangguk walaupun Farel terlihat sedikit aneh, menurutnya.
“Ya sudah, tidur sana,” suruh Rizal. Mita mengangguk lalu beranjak pergi menuju ke tenda. Farel memperhatikan Mita hingga dia masuk ke dalam tenda.
“Kau suka dengan adikku, ya?” tanya Rizal. Farel hanya menjawab dengan mengendikkan bahunya. Riko baru saja kembali dari tenda Fira. Dia langsung duduk di sebelah Farel.
“Aku merasa ada yang memperhatikan kita,” ucap Rizal sambil mengusap tengkuknya.
“Benarkah?” tanya Farel. Rizal mengangguk lalu melihat ke sekeliling. Hingga matanya terpusat pada sesuatu yang sedang berdiri di samping pohon.
“Dia di sana!” Rizal menunjuk tempat sosok tersebut. Riko dan Farel langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rizal. Sosok itu menatap Rizal. Matanya merah menyala. Tingginya sama seperti manusia pada umumnya. Dia menggunakan jubah berwarna hitam.
“Jangan menatap matanya! Tutup mata kalian!” Rizal tidak mendengarkan perkataan Farel. Ia membuka matanya lebar-lebar sambil menatap mata sosok itu. Kini mata Rizal berubah warna menjadi merah menyala, seperti sosok tadi.
Rizal berjalan menuju ke arah Riko. Dia langsung mencekik Riko dengan kedua tangannya. Riko membuka matanya, dan mendapati di hadapannya terdapat Rizal yang sedang mencekiknya dengan mata merah menyala.
“Rel, to-tolong!”
Farel langsung membuka matanya. Dilihatnya Rizal sedang mencekik Riko. Rizal menatap Farel sambil menunjukkan giginya. Farel langsung mendorong tubuh Rizal sampai dia terpental ke samping hingga melepas cekikannya dari leher Riko. Riko langsung batuk-batuk sambil memegangi lehernya.
Farel menghampiri Rizal dan langsung duduk di atas perut Rizal. Farel langsung menyilangkan tangan Rizal ke leher Rizal. Rizal mengerang sambil mencoba melepaskan tangannya. Farel terus menekan tangan Rizal. Rizal tidak kehabisan cara untuk melepaskan diri dari Farel. Rizal mengangkat kakinya lalu meletakkannya ke bahu Farel. Lalu, Rizal mengapit leher Farel dengan kakinya dan menghempaskan kakinya ke belakang. Alhasil, Farel tertarik ke belakang.
Rizal langsung duduk di perut Farel, lalu Rizal mencekik Farel. Farel mencoba mendorong Rizal.
“Ko, tolong!”
Mendengar itu, Riko langsung mendorong Rizal hingga terpental ke belakang.
“Bantu aku. Tolong pegang tangan Rizal,” ujar Farel. Riko mengangguk lalu berjalan menghampiri Rizal. Riko memegangi tangan Rizal, sedangkan Farel langsung mengambil posisi duduk di atas perut Rizal. Rizal mengerang sambil melotot ke arah Farel. Farel menutup mata Rizal dengan menggunakan kedua ibu jarinya. Lalu, Farel merapalkan doa sambil menutup matanya.
Rizal beberapa kali mengerang kesakitan. Farel terus merapalkan doa agar Rizal cepat tersadar. Akhirnya, setelah 5 menit berlalu, Rizal pun sadar. Farel melepaskan ibu jarinya lalu merubah posisinya menjadi berjongkok di samping kanan Rizal. Riko melepaskan tangan Rizal dari genggamannya.
Rizal pingsan akibat kehabisan tenaga. Farel melihat ke arah belakang Riko yang berjongkok di sebelah kiri Rizal. Terdapat sosok itu lagi. Kini berjarak 5 meter dari Riko.
“Astaga. Ko, tutup matamu. Jangan dibuka sampai aku bilang buka. Ingat! Jangan dibuka sampai aku bilang buka,” ujar Farel. Riko kebingungan dan langsung menutup matanya rapat-rapat.
‘Apa jangan-jangan makhluk tadi ada di belakangku? Astaga,’ batin Riko.
“Buka matamu.”
‘Ah? Apakah aku boleh membuka mataku sekarang?’ batin Riko. Baru saja ingin membuka mata, perkataan Farel terngiang jelas di kepala Riko, ‘Jangan dibuka sampai aku bilang buka.’
‘Astaga. Tidak! Itu pasti bukan Farel. Farel menyuruhku membuka mata bila dia berkata buka, bukan buka matamu.’ Riko menutup matanya rapat-rapat. Untung saja dia tidak jadi membuka matanya.
“Buka,” ucap Farel.
‘Apakah ini benar-benar Farel? Atau makhluk tadi? Apa aku harus membuka mataku? Tapi, dari kata-katanya, sepertinya dia Farel.’ Riko bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Akhirnya Riko membuka matanya.
“Waa!”
Duagh
“Aduh.” Farel tersungkur akibat pukulan yang dilayangkan oleh Riko.
“Eh? Maaf. Aku nggak sengaja,” ucap Riko lalu menghampiri Farel yang memegangi pipi kirinya.
“Salah sendiri. Tiba-tiba wajahmu ada di depanku. Dengan mata melotot juga,” ujar Riko membela diri lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Farel berdiri.
“Hehe, sori. Kamu sih, buka mata lama banget. Aku kerjain, deh. Tapi ini beneran sakit.” Farel meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang lebam.
“Halah, gitu aja sakit,” ujar Riko meledek Farel. Farel hanya menatap Riko sebentar, lalu beralih ke Rizal yang masih pingsan.
“Cepat bawa Rizal ke tenda!” suruh Farel. Riko mengangguk lalu berjalan ke arah Rizal. Mereka membopong Rizal ke dalam tenda.
--
TBC.
VOMEN MINNAAAAAA:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Misterius [END]
TerrorBerawal dari sebuah ide sederhana, hingga membuat mereka tersiksa. Berharap kalau liburannya akan baik-baik saja, tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya. Selamat datang di, 'Misteri Pulau Misterius'. Kalian akan menjelajah pulau bersama lima ora...