Farel terus berlari mengejar Fira. Lama kelamaan larinya kian melambat, hingga akhirnya dia jatuh tersungkur karena tidak sengaja menyandung akar pohon yang menjulang ke atas tanah. Kepala Farel terbentur batu, sehingga menyebabkan keningnya berdarah. Farel mendongak untuk mencari keberadaan Fira. Mata Farel membulat melihat pemandangan yang disuguhkan sekitar 10 meter dari hadapannya.
Saat ingin berdiri untuk menyelamatkan Fira dari sekapan makhluk berjubah hitam yang tadi mereka temui, kaki Farel tidak bisa digerakkan. Dia menoleh ke belakang, mencoba mencari tahu kenapa kakinya tidak bisa digerakkan. Tepat di belakangnya, si Baju Merah sedang memegangi kakinya kuat. Beberapa saat kemudian, si Baju Merah menarik tubuh Farel melewati semak belukar.
Darah yang semula hanya mengalir dari kening Farel, kini bertambah di hidungnya dan kedua tangannya. Farel meringis menahan sakit. Tenaganya serasa menguap dengan sendirinya, sehingga dia tidak berteriak meminta tolong. Farel sudah sangat pasrah dengan kondisinya saat ini.
Farel mengerang ketika tubuhnya dilemparkan sampai menabrak pohon yang cukup besar. Setelah menabrak pohon besar tadi, tubuh Farel langsung jatuh ke permukaan tanah. Kepalanya terasa berputar, pandangannya juga sudah mulai tidak jelas. Hingga akhirnya Farel menutup kedua matanya setelah menggumamkan kata ‘Selamat tinggal’.
__
Mata Farel mengerjap, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang tertangkap oleh matanya. Wanita yang duduk di samping ranjang Farel langsung tersenyum, lalu keluar dari ruangan tadi untuk memanggil dokter. Tak lama kemudian, seorang dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Farel. Selesai memeriksa keadaan Farel, dokter itu pun membicarakan keadaan Farel dengan wanita tadi, setelah itu sang dokter pamit untuk bertugas kembali.
“Akhirnya kamu sadar juga, Ibu khawatir,” ujar wanita tadi yang ternyata adalah ibunya Farel.
“Oh, iya. Teman-teman kamu.” Ibunya Farel langsung mengambil handphone-nya, lalu menelepon teman-temannya Farel untuk memberikan kabar bahwa Farel telah siuman.
10 menit kemudian, teman-teman Farel sudah sampai di rumah sakit, lalu mereka langsung menuju ke ruangan di mana Farel dirawat. Sesampainya teman-temannya Farel ke ruangan Farel, ibuya Farel pamit untuk keluar.
“Akhirnya kamu sadar juga, Rel. Kami semua khawatir sama kamu,” ujar Fira sambil tersenyum ke arah Farel yang terbaring lemah di atas ranjang.
“Kok aku bisa ada di sini?” tanya Farel, suaranya sangat pelan, tetapi Riko dapat mendengarnya.
Riko mulai menjelaskan semuanya ke Farel.
Flashback
Riko langsung berlari ke arah hutan setelah membaca tulisan di buku yang kemarin ditemukan oleh Mita. Dia mencoba mencari teman-temannya sendirian di dalam hutan yang lebat itu. Peluh membasahi wajahnya, perutnya juga berbunyi, menandakan kalau dia lapar. Dia membiarkan rasa lapar itu menyerangnya, yang paling penting untuknya adalah keselamatan teman-temannya.
Setelah lama mencari keberadaan teman-temannya, akhirnya Riko menemukannya, tetapi dengan keadaan yang menyedihkan. Teman-temannya diikat di pohon, pengecualian untuk Farel, dia terbaring dengan dikelilingi oleh lilin yang membentuk sebuah lingkaran, tak lupa kelopak bunga mawar yang bertaburan di sekitarnya.
Riko melangkahkan kakinya ke arah Rizal, lalu dia membuka ikatan yang melilit tubuh Rizal. Rizal akhirnya bisa sedikit bernapas lebih tenang.
“Ba—”
“Sst, tanyanya nanti saja. Sekarang kita selamatkan yang lain,” ujar Riko memotong pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Rizal. Rizal mengangguk, lalu berjalan ke arah adiknya, Mita. Setelah ikatan mereka terbuka semua, mereka langsung menghampiri Farel yang tidak sadarkan diri. Tiba-tiba saja tubuh Rizal seperti didorong, hingga menyebabkan tubuhnya menabrak pohon yang berada sekitar 5 meter dari tempatnya tadi berdiri.
Mita langsung berlari menghampiri kakaknya yang terbaring lemas, sedangkan Riko, dia langsung melihat sekitar sambil menggenggam tangan Fira. Sosok yang dicari-cari oleh Riko akhirnya memperlihatkan wujudnya. Fira langsung memeluk tubuh Riko dari samping sambil menyembunyikan wajahnya di lengan atas Riko.
Rizal berjalan mendekat ke arah Riko dibantu oleh adiknya. Sesampainya di samping Riko dan Fira, Riko langsung membisikkan sesuatu ke Rizal. Kening Rizal yang semula biasa saja kini mengernyit heran.
Tiba-tiba sebuah bola api menyerang mereka, tepatnya Riko. Beruntung karena Fira langsung menarik tubuh Riko sampai terjatuh. Bola api tadi langsung membakar pohon yang dikenainya, sedetik kemudian, pohon itu langsung berubah menjadi debu. Fira terkejut melihat hal itu, untung saja dia dapat menyelamatkan Riko dari bola api tadi.
Riko dan Fira berdiri, lalu bergabung lagi dengan Rizal dan Mita. Sosok berjubah tadi berjalan sedikit mendekat ke arah Farel, tetapi tidak sampai masuk ke dalam lingkaran. Sosok tadi menancapkan tongkat yang dibawanya ke tanah, lalu dia merentangkan kedua tangannya. Dua bola api mulai terbentuk di atas telapak tangan sosok tadi. Dirasa cukup, sosok tadi langsung melemparkan kedua bola api itu ke arah Rizal dan teman-temannya. Mereka menghindari bola api tersebut, tetapi sayang sekali, tangan Rizal terkena bola api itu.
Sosok tadi terus membabi buta menyerang Rizal dan teman-temannya dengan bola api ciptaannya. Saat menghindari bola-bola api itu, Rizal mengucapkan hal yang tadi diminta oleh Riko ke Mita. Mita mengangguk tanda mengerti, lalu mulai menjalankan tugasnya. Mereka berempat berpencar, membuat jarak yang sedikit jauh, agar Mita dapat menyelesaikan misinya.
Mita mengeluarkan kalung pemberian Farel, lalu memperlihatkan kalung itu ke sosok berjubah. Sosok berjubah hitam itu melihat ke arah Farel dan Mita secara bergantian, bingung karena orang yang dia incar itu adalah Farel, tetapi kenapa Mita juga punya kalung yang dimiliki oleh Farel. Mita memperpendek jarak antara dia dan sosok berjubah. Tak lupa Mita membaca mantra agar sosok itu tidak bergerak.
Dulu, Mita pernah diminta oleh Farel menghafalkan mantra agar hantu tidak bisa bergerak. Awalnya Mita menolak, karena yang ada di pikiran Mita itu hantu tidak ada. Tetapi, karena Farel terus memakasa, akhirnya Mita menghafalkan mantra itu. Dan ternyata, sekarang hal itu sangat-sangat berguna baginya.
__
TBC
DON'T FORGET VOMEN MINNA
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Pulau Misterius [END]
TerrorBerawal dari sebuah ide sederhana, hingga membuat mereka tersiksa. Berharap kalau liburannya akan baik-baik saja, tetapi yang terjadi adalah yang sebaliknya. Selamat datang di, 'Misteri Pulau Misterius'. Kalian akan menjelajah pulau bersama lima ora...