14. Books

340 36 0
                                    

Mita PoV~

Aku mengamati semua buku yang ada di hadapanku. Riko dan Fira sudah tiba di ruangan ini sekitar lima menit yang lalu, dan Kak Rizal juga sudah menceritakan tentang pulau ini.

Awalnya mereka terkejut, tetapi mereka berusaha untuk tenang dan ikut mencari petunjuk.

Aku yang sedang pusing memikirkan bagaimana cara keluar dari pulau ini tak sengaja menyenggol sebuah buku yang berada di rak sampingku. Kuambil buku yang jatuh itu, lalu melihat judul bukunya. Penunggu Pulau Isle Of Demons, itulah judul yang kubaca di buku itu.

Langsung saja aku memanggil teman-temanku. Aku duduk di sebuah kursi yang tadi sempat aku duduki.

“Apa itu, Mit?” tanya Fira yang duduk di sebelahku.

“Coba baca judulnya.” Fira merebut buku yang tadi aku temukan. Setelah membaca judul buku itu, Fira mengembalikannya kepadaku.

“Buka bukunya, Mit,” suruh Farel yang sepertinya penasaran dengan buku yang aku pegang.

Perlahan, kubuka buku ditanganku. Di halaman pertama terdapat sebuah gambar peta. Aku meneruskan ke halaman berikutnya, sebuah gambar bayangan makhluk yang entah apa itu.

“I-itu seperti yang aku lihat saat mencari kayu bakar di pantai,” ujar Fira. Aku langsung menengok ke arah Fira, bukan, tetapi kami semua langsung menengok ke arah Fira yang duduk di sebelahku.

“Benarkah? Kenapa kamu tidak bilang ke kami?” Kini Riko angkat bicara.

“Aku pikir hanya salah lihat saja,” ucap Fira sambil menunduk. “Lagian waktu aku tanya ke Farel dia nggak lihat.”

“Sebenarnya aku lihat, Fir. Cuma aku nggak berani bilang, takutnya kamu jadi semakin takut,” ucap Farel yang membuat Fira terbelalak kaget.

“Eh, Kak, tolong terjemahkan dong.” Aku menyodorkan buku itu ke Kak Rizal.

“Bayangan hitam itu akan menyambut kalian yang telah tiba di Pulau Isle of Demons. Dia muncul bertepatan saat matahari tenggelam dan kemunculannya hanya sebentar saja.” Aku mencerna penjelasan Kak Rizal.

“Lanjut ke halaman berikutnya, Zal,” suruh Farel. Kak Rizal membuka halaman berikutnya, dan terlihat gambar makhluk yang beberapa waktu lalu kami temui. Gambarannya sangat persis dengan yang kami lihat. Makhluk dengan wajah hancur, juga mata melotot berwarna merah, tak lupa darah yang keluar dari mata, hidung, dan mulutnya.

Aku menutup mulutku dengan telapak tanganku. Siapa pun yang menggambar ini benar-benar hebat. Buktinya gambarannya sangat detail, seperti wajah makhluk itu ditempel ke di buku. Apa jangan-jangan memang di tempel? Oh, tidak, itu tidak mungkin.

“Makhluk ini bisa muncul kapan saja. Banyak dijumpai di pohon-pohon besar di sekitar pantai,” ujar Kak Rizal.

Sebenarnya siapa yang membuat buku ini? Kenapa bisa mengetahui semua ini?

Kak Rizal membuka halaman selanjutnya. Gambar sosok berbaju merah dengan rambut terurai sepanjang lutut.

“Gadis berbaju merah ini berada dua meter dari pantai. Biasanya kemunculannya didahului oleh suara tertawa yang menyeramkan. Selalu muncul di siang hari karena dia takut gelap.” Aku kaget mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Kak Rizal. Hantu takut gelap? Astaga.

Kak Rizal kembali membalik lembaran buku itu. Dan sekarang gambar laki-laki yang memakai jubah berwarna hitam, tak lupa dengan mata merahnya. Aku mengangkat salah satu alisku, heran. Sepertinya aku belum pernah melihat dia.

“Dia siapa?” tanya Fira. Ternyata Fira juga tidak tahu, sama seperti aku.

“Beberapa jam yang lalu, kami melihat dia,” ujar Riko. Kami? Berarti Riko, Farel dan Kak Rizal.

“Lanjutkan membaca, Zal.” Kak Rizal mengangguk, lalu mulai membaca tulisan yang ada di buku itu.

“Drake, makhluk yang bisa muncul kapan saja ini mempunyai kekuatan yang membuat musuhnya mengikuti perintahnya. Matanya yang merah menyala akan menghipnotis semua yang menatapnya,” ujar Kak Rizal.

“Jadi kita harus menutup mata bila melihat dia?” tanyaku penasaran.

“Iya. Kalau tidak, maka kita akan terhipnotis seperti apa yang terjadi dengan Rizal,” jawab Farel. Aku membelalakkan mataku, Kak Rizal pernah terhipnotis oleh makhluk bernama Drake itu?

“Kak?” Kak Rizal langsung melihat ke arahku dan mengangguk. Aku mencoba mengatur emosiku dengan menarik dan membuang napas secara perlahan. Kenapa Kak Rizal tidak cerita kepadaku?

__

TBC
VOMEN MINNA!

Misteri Pulau Misterius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang