1. Kenalan

58 10 7
                                    

"Bund, waktu kecil aku harus ngalah sama Zain. Karna Zain adiknya Ina. Tapi sekarang, aku harus ngalah juga sama Mbak Nisa?."

"Sampai kapan aku harus ngalah? Trus kapan aku jadi yang diutamakan?"

Kapan hayo?

Sebelum kulanjutkan kisahku perkenalkan nama-nama saudaraku

Keturunan dari Ayahanda Luqman Hakim dan Ibunda Anita Shofya Rahma.

Anak pertama, Muhammad Ulil Azmi Al Hakim, 25 tahun.

Sibuk mengurus cabang toko milik ayah, sama sibuk mencari calon istri. Hehehe

Anak kedua, Nisaur Rahma, 21tahun. Sedang menyelesaikan pendidikannya di ponpes. Plus menghafal AlQur'an. Calon hafizah.

Anak ketiga aku. Anzil Alaina Rahma. 16tahun. Kelas XI. Manis , imut, lucu, rajin menabung dan tidak sombong. Kalian bilang aku narsis? Aku bilang.... biarin. Hehehe.

Anak keempat, Ahmad Zainuddin Al Hakim. 14 tahun. Kelas IX. Remaja tanggung yang mulai masuk masa pubertas dan suka banget bikin aku migrain. Sekolahnya satu yayasan sama sekolahku.

Anak kelima, Ahmad Hasbi al Hakim. Umur 30 bulan. Yaps, dia masih balita. Balita aktif yang menguras emosi dan tenaga. Hahahaha....

Kalau kalian pernah dengar banyak sodara itu seru, banyak yang perhatiin, kalau makan pasti rame, kalau pagi antri kamar mandi kaya orang antri beli bensin. Itu gag sepenuhnya salah tapi juga gag semuanya benar.

Kenapa? Akan kuberi tahu kalian. Tapi aku sekarang sudah sangat mengantuk jadi aku tidur dulu.

*****

Drrrrrrtttt.... ddddrrrrrttttt.... dddddrrrrtttttt......

Getaran hand phone diatas nakas membangunkanku dari tidurku.

" Alhamdulillahilladzi ahyana ba'dama amatana wailaihinnusyur"

Bergegas ke kamar mandi dan kulanjutkan dengan sholat malam. Baru beberapa bulan ini aku berusaha istiqomah mendirikan tahajud. Setelah guru ngajiku menerangkan bab tahajud dan menjelaskan fadhilahnya.

Rasulullah SAW bersabda: "Hendakah kalian mengerjakan qiyaamullail, sesungguhnya ia adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, mendekati diri kepada Allah Ta’ala, mencegah perbuatan dosa, menghapus kejahatan dan menangkal penyakit dari badan." (Diriwayatkan At-Turmudzi, Al-Hakim).

Usai tahajud dan tilawah sebentar. Aku bergegas menuju dapur. Merebus air, dan mencuci beras. Setelah siap segera kumasukkan ke dalam rice cooker. Jangan lupa sambungkan kabel ke stop contack. Tekan tombol jadi "cooking"

Terlihat sepele tapi kalo ada yg terlewat bisa dipastikan nasi tidak matang. (Pengalaman pribadi  :-D )

Sambil menunggu nasi matang,  tugas berikutnya sudah menanti. Tumpukan pakaian kotor melambai mesra berharap perhatian segera.

Kuucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada siapapun yang menemukan teknologi mesin cuci. Tinggal plung. Atur tombol. Voilla.... biarkan mesin itu bekerja.

Lanjuuuut....

Kubersihkan seluruh isi rumah. Rumahku ralat rumah keluarga kami tidak terlalu besar. Tapi tidak juga terlalu kecil.

Rumah yang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, 6 kamar tidur, 2 kamar mandi, dapur merangkap ruang makan, musholla keluarga. Tidak terlalu besar jika penghuninya 7 orang.

Tapi membersihkannya seorang diri lumayan melelahkan lho. Gag percaya? Coba aja. Tapi lumayan lah sekalian buat olah raga, ga perlu bayar mahal buat pergi ke tempat fitness.

Satu jam berlalu. Suara tarhim di masjid mulai terdengar. Bentar lagi adzan subuh. Masih ada waktu untuk mandi dan bersiap mendirikan subuh.

Lampu kamar kedua orang tuaku sudah menyala. Mereka keluar kamar tepat saat adzan subuh berkumandang dan aku baru keluar dari kamar mandi.

"Sudah mandi?" Tanya ayah dengan suara serak. Suara khas orang bangun tidur.

"Sudah yah."

"Hmmm...." gumam ayah sambil masuk ke dalam kamar mandi.

"Zain bangun. Sudah subuh. Buruan...." terdengar suara bunda sambil mengetuk pintu kamar Zain.

"Iya bund... Zain udah bangun" sahut Zain sambil membuka pintu kamarnya.

Bunda berlalu menuju kamar mandi. Diikuti Zain dibelakangnya. Karna ayah belum keluar, Zain menunggu sambil duduk di dekat pintu kamar mandi. Berusaha mencuri sedikit waktu melanjutkan mimpi yang terputus.

Sementara itu,  aku menunggu mereka di musholla keluarga, sambil menata sajadah dan mukena milik bunda. Kenapa hanya punya bunda? Karna para lelaki sholat jamaah di masjid.

Kalian mungkin heran kenapa aku yang melakukan semua pekerjaan tadi. Yang biasanya dilakukan oleh ibu rumah tangga.

Karena adik bungsuku suka ngàjak  bunda begadang. Dan disiang hari, dia termasuk bayi yang aktif. Terlalu aktif kadang-kadang. Bunda jadi kurang istirahat.

Sebagai anak yang berbakti (ekhem) aku menggantikanbeberapa tugas bunda. Masak nasi, nyuci baju, sama bersihin rumah.

Kenapa dipagi buta? Karena kalau dikerjakan abis subuh waktunya ga cukup. Sebab, aku harus mempersiapkan diri untuk sekolah.

Saat Bunda sibuk didapur ada ayah yang jagain si bungsu Hasby.

Bagaimana dengan Zain? Dia kebagian nyapu halaman dan membersihkan kamarnya.

Urusan dalam kamar jadi tanggung jawab penghuni kamar.

Beruntung aku sempat belajar masak sama bunda. Walau belum senikmat punya bunda, tapi lumayanlah ga bikin sakit perut. Hehehe. Jadi saat tiba-tiba bunda ga bisa masak, ada chef Ina yang siap menggantikan jabatan beliau. Hehehe....

******

Aku baru saja selesai menjemur pakaian, saat ayah keluar rumah sambil menggendong si kecil Hasby.

"Hai ganteng. Kok udah bangun. Pagi amat tidur jam berapa tadi malem?" Sapaku pada si kecil sambil menoel pipi gembilnya.

"Udah dong, Hasby kan pinter. Pagi-pagi udah bangun, semalam jam setengah sepuluh sudah tidur." Yang jawab ayah sambil mengelus kepala si bungsu.

Biasanya Hasby baru tidur jam setengah satu atau jam satu dini hari.

"Ayah udah ngopi?"

"Tadi udah dibikinin sama bunda tapi belum sempet minum, bos kecilnya udah bangun. Tolong bawa kemari ya..." jawab ayah

"baik yah" sahutku sambil masuk kedalam rumah.

"Ini yah kopinya..." kataku sambil meletakkan cangkir kopi ayah diatas meja yg ada di teras.

"Makasih mbak Ina....." sahut ayah menirukan suara anak kecil sambil menggoyangkan tangan Hasby. " By kita ngopi sambil ngawasin masmu nyapu halaman yaaa.... "

"ooooooopiiiiiii....."

"Oooo... De Hasby mau kopi?"

"Oopiiii pi pi...." celoteh Hasby sambil tangannya berusaha meraih cangkir kopi ayah.

******

Usai sarapan.
" yah.... bund..... Ina berangkat sekolah dulun...." pamitku sambil mencium punggung tangan keduanya.

"Zain juga yah... bund ...." Zain mengikutiku  pamit dan mencium kedua tangan orang tua kami.

"Belajar yang rajin. Hati-hati di jalan."

"Assalamualaikum....." salam kami kompak.

"Waalaikumussalam warohmatullohi wabàrokatuh."

*****
Assalamualaikum....

Selamat datang di dunia Ina,
Sbg salam perkenalan bolehlah vote sama komennya.

Kediri,  8 Juli 2019

Merajut Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang