3. Kepulangan Mbak Nisa

9 2 0
                                    

Ina POV

"Yah, hari minggu besok jalan-jalan yuk." Ajakku pada ayah.

"Kemana?'

"Kemana gitu udah lama banget lho kita ga jalan-jalan berdua."

"Baiklah hari minggu besok kita jalan"

"Yess.......jangan sampai lupa lho yah"

"Insya Alloh"

"Naik sepeda motor ya?"

"Iyaaaaa........"

Aku sangat senang. Sungguh, rasanya ga sabar menunggu hari minggu.

Author POV

Tiga hari kemudian.

Hari minggu pagi.

Sejak bangun tidur, mood Ina sungguh sangat baik. Sesekali ia bersenandung menggambarkan suasana hatinya yang tengah berbunga-bunga.

Hingga saat sarapan tiba semua berjalan sempurna. Ia bahkan sudah siap memakai pakaian bepergiannya.

"Ini semua kok udah pada rapi mau kemana?" Tanya Anita pada Azmi, Zain juga Ina.

"Azmi ada acara sama teman-teman alumni kampus bund. Kayaknya sampe sore." Jawab Azmi.

"Zain ada tugas kelompok bikin makalah. Seharian nanti Zain mau ke tempat Faris. Angga sama Mahfud juga kok. Kita satu team." Jelas Zain.

"Kalo Ina?"

"Ina pengen jalan aja bund."

"Oooh.... ya sudah. Yang penting nanti maghrib semua sudah di rumah."

"Kenapa bund?" Tanya  Zain

"Mbak Nisa mau pulang"

"Beneran?"

"Iya..... nih bentar lagi ayah sama bunda mau jemput Nisa ke pondok. Katanya mau libur dua minggu sebelum ujian hafalannya dilaksanakan."

Ina meletakkan sendoknya.
Moodnya terjun bebas. Hancur seketika.
Poor Ina.

"Yah, bund Azmi berangkat dulu. Assalamualaikum"

"Zain juga.... Angga udah nunggu di depan. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warohmatullohiwabarokatuh."

"Ina ga berangkat juga?"

"Nggak jadi. Acaranya batal."

"Lho kok..... " Anita jelas heran. Pasalnya Ina tidak terlihat membuka hp, trus kenapa tiba-tiba acaranya batal?

Sementara Luqman merasa ada yang mengganjal dihatinya. Namun sungguh ia tak tahu apa.

Ina berjalan dengan lesu  menuju kamarnya. Begitu tiba di kamar, ia hempaskan tubuhnya diatas kasur.

Tanpa mengganti pakaiannya ia bergelung dalam selimutnya yang bergambar kucing warna biru. Doraemon.

Dalam diam ia menangis.

Satu jam kemudian.

Luqman yang hendak berangkat menjemput Nisa, menanyakan keadaan Ina pada istrinya.

"Ina mana bund?"

"Masih di kamar kayaknya yah."

"Oh" Ia bergegas mendatangi kamar putrinya.

Ia menhela nafas mendapati Ina bergelung di balik selimut. Bukan kebiasaan Ina tidur di pagi hari seperti itu.

"Ina...."

Merajut Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang