17. Nasehat Arfan

6 1 0
                                    

Bilang pada Dylan, bukan rindu yang berat.
Tapi selalu di bandingkan dengan orang lain.
Dan apapun yang kau lakukan dianggap tak berarti.

🎊🎊🎊🎊

Tak lama setelah Ina meninggalkan kedua pria dewasa itu, Nisa datang menghampiri keduanya sambil membawa dua cangkir kopi dan sepiring camilan.

"Nis, tolong panggil  Bundamu." Pinta Arfan.

"nggeh Pak Dhe." (Ya pak dhe).

Dua menit kemudian, Anita bergabung dengan suami dan kakak iparnya.

"Katakan semua yang dikatakan Ina pada istrimu. Semua harus segera diselesaikan."

"ada apa?"

Luqman menghembuskan nafasnya kasar.

Ia menceritakan semua yang terjadi ruang tamu beberapa saat yang lalu, tentang anak ketiga mereka. Ina.

Anita menutup mulut dengan tangan kanannya. Matanya berkaca-kaca.

Ia tak menyangka hati putrinya sedemikian terluka karna ketidakpekaannya.

"Setiap anak memiliki kemampuan ataupun bakat yang berbeda-beda. Hanya karena seorang anak tidak bisa melakukan kegiatan yang dilakukan anak seusianya, jangan buru-buru menghakimi. Jangan pula membanding-bandingkan anak, karena ketika hidupnya penuh dengan kalimat 'si A saja sudah bisa begini, kok kamu nggak bisa' akan membuat anak tertekan" Arfan mulai menasehati kedua adiknya, saat Luqman selesai menceritakan semuanya pada istrinya.

"Membanding-bandingkan anak itu sebenarnya nggak boleh ya, karena itu akan membuat anak tidak mengembangkan kemampuan yang dimiliki, tapi hanya menyamai seseorang," .

Luqman hanya bisa terdiam.

"Melecut motivasi anak tidak efektif dengan cara membandingkannya dengan orang lain. Jangankan dengan temannya, atau saudara sepupunya, adik dan kakak saja punya sifat dan kemampuan berbeda. Karena itu tidak bijak rasanya jika orang tua menuntut anak untuk menjadi 'sempurna' dengan memiliki kemampuan yang sama dan bahkan harus lebih ketimbang anak-anak yang lain."

"Efek selalu dibanding-bandingkan itu akan terlihat dalam jangka panjang. Anak akan tumbuh tidak dengan melihat kemampuan sendiri. Anak akan merasa dirinya lebih buruk ketimbang anak lainnya atau lingkungannya. Akibatnya dia tidak punya rasa percaya diri,"

"Ketika anak kemudian dipaksa untuk bisa melakukan kemampuan yang belum dikuasai, maka yang tercipta adalah lingkungan yang penuh tekanan sehingga anak menjadi stres. Yang sebaiknya dilakukan orang tua adalah mengarahkan, dan bukan memaksa anak untuk menjadi seorang master yang bisa melakukan apa saja."

Arfan menyeruput kopinya. Mengambil kudapan dan memakannya.

"Kita saja orang dewasa kalau dikasih pekerjaan yang bukan keahlian kita, kan kita nggak mampu, bingung. Perlu belajar dulu, dan itu jangan pakai suasana paksaan. Kalau mulanya dibanding-bandingkan, lalu dipaksa agar bisa menguasai sesuatu, selain tidak percaya diri, anak juga menjalani hidup tidak dengan suka cita," tutur Arfan

"Daripada kalian menuntut Ina menjadi apa yang kalian mau, kenapa kalian tidak mengembangkan bakatnya? dia hebat dalam urusan kuliner, masak dia jago, bikin kue handal. Belum lagi banyak pekerjaan rumah yang ia ambil alih. Meringankan tugas kalian sebagai orang tua kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merajut Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang