8.Tetangga Favorit

4 2 0
                                    

Tetangga itu saudara yang paling dekat.

*****

Tiga ratus meter dari rumah kelurga bapak Luqman terdapat perempatan yang memisahkan kebersamaan Ina dan Lia dalam perjalan pulang sekolah.

Jika Lia mengambil jalan lurus, maka Ina harus belok kanan untuk menuju rumahnya.

Saat itulah ia melihat seorang wanita, yang mungkin seumuran bundanya, tengah berjalan seorang diri, sambil membawa sebuah kardus, koper ukuran sedang, ditambah tas jinjing yang di sampirkan dibahunya.

Ina turun dari sepeda.

"Assalamualaikum, maaf ibu mau kemana?"

"Eh, waalaikumussalam. Saya mau ke rumah bapak Fauzan, dek."

"Bapak Fauzan suaminya bu Widya?"

"Iya benar. Kamu kenal?"

"Kenal banget bu, rumah beliau di samping rumah orang tua saya. Mari saya bawakan kardusnya."

"Ga ngerepotin dek? Berat lho ini"

"Nggaklah bu, kardusnya ditaruh boncengan saja, dari pada di bawa ibu, masih tiga ratus meter lagi lho."

"Ya sudah, terima kasih ya dek ."

"Iya bu sama-sama."

Dan di sepanjang tiga ratus meter itu, keduanya saling menanyakan identitas masing-masing.

Dari percakapan tetsebut Ina jadi tahu, kalau wanita yang ditolongnya itu, bernama Nafisa, menantu dari bapak Fauzan dan ibu Widya. Tetangga baru Ina, yang baru satu tahun menempati rumah yang ada di sebelah kanan rumah keluarganya.

"Ibu kenapa jalan kaki? Bawa banyak barang padahal?"

"Tadi saya naik taksi online dari Malang, eh di perempatan tadi tiba-tiba pecah ban. Dari pada nunggu ganti ban, lama, akhirnya saya pilih jalan kaki. Udah deket juga."

Ina manggut-manggut.

"Nah sampai..."

Keduanya memasuki halaman rumah keluarga bapak Fauzan.

Tampak ibu Widya sedang duduk di teras, mungkin tengah menanti kedatangan putrinya.

"Assalamualaikum ibu....." kata Nafisa, nenantu dari bapak Fauzan dan ibu Widya. Sambil mencium tangan ibunya, kemudian memberikan kecupan pelepas rindu.

"Waalaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh. Akhirnya anak ibu dateng juga. Kamu kok jalan kaki, trus bisa bareng sama Ina."

Nafisa kemudian menceritakan kembali sebab dirinya jalan kaki.

"Mmmm.... maaf Ibu Nafisa sama oma Widya, ini kardusnya ditaruh mana? Biar sekalian Ina angkatin."

"Taruh dalem saja Ina." Jawab Widya. " yuk masuk.... kalian berdua pasti capek kan?!"

Ketiganya lantas masuk ke dalam rumah.

"Oma.... ibu Nafisa... maaf Ina mau pamit pulang dulu." Pamit Ina pada kedua wanita beda generasi itu.

Merajut Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang