Awalan

23.5K 1.2K 43
                                    

"May, katanya kalau minum dengan gelas yang sama itu sama aja ciuman. Tadi berarti kita udah ciuman kan."

🍀🍀🍀

Maya fokus pada komputer yang ada di depannya, ia sedang mengatur jadwal dan beberapa berkas yang perlu ia perbaiki. Karena jika ada hal yang menurut sang boss kurang, maka Maya harus siap, sang predator mengamuk dan bisa - bisa memakannya. Ngerii kan!

Perlu kalian tahu, bahwa ruangan dirinya dan sang boss adalah sama. Iya! Ruangan mereka menyatu, entah kenapa? Maya juga tidak tahu. Tapi saat Maya menanyakan sang boss hanya menjawab biar enak tidak perlu susah - susah memanggil dengan telepon karena pemborosan. Ya! Kadang bosnya sepelit itu.

Hanya karena telepon tidak akan membuat dia jatuh miskin kan, ya memang dasarnya pelit jadi susah.

Tapi apalah daya kacung kampret seperti dirinya hanya bisa menuruti semua perkataan sang bos besar. Apa kalian berpikir bos Maya, tampan? Ck! Tapi memang tidak diragukan, sang boss memiliki wajah tak tercela, bagaikan dewa Yunani, Kaya tau aja kalian dewa Yunani.

Hanya saja minus sifat. Walaupun bos nya mempunyai wajah tampan layaknya di novel - novel yang sering Maya baca, tapi bos Maya saat ini tidak mempunyai sifat dingin, cool atau apalah sebagai nya.

Dengan senyum manis bagai kopi tanpa gula, Benjamin Andreas atau biasa di panggil Ben, selalu saja menggoda Maya. Kemesuman serta kepelitan di tambah menyebalkan, membuat Maya membenci Ben.

Ketika orang lain sangat ingin berdekatan dengan Ben, atau ingin merasakan junior sang Boss. Tidak bagi Maya, menurutnya Ben adalah orang yang harus dihindari.

"May." Suara itu menyentak pikiran Maya mengenai Bosnya.

Maya menoleh ke sampingnya, di mana Ben sudah duduk dengan kursinya, dengan senyum manis. Jika teman - teman nya yang berada diposisinya sekarang, pasti mereka berbunga - bunga.

Maya mendengus kesal. Memangnya bosnya ini tidak ada kerjaan apa? Disaat sibuk seperti ini masih saja mengganggu Maya, sebal.

"Apa sih, Pak." Ketus Maya tanpa melihat kearah Ben.

"Kok kamu cantik banget sih." Maya sudah biasa mendengar kata tersebut.

Dulu, pertama Maya menginjakan kaki di perusahaan ini, Ben tidak seperti ini, Maya saja sempat dibuat dag - dig - dug jika berdekatan dengan Ben. Tapi sekarang, sepertinya hatinya sudah tidak bereaksi seperti itu lagi.

"Makasih." Alih - alih tersipu malu, Maya malah mendengus, ia tahu jika Ben seperti ini pasti ada maunya.

"Kamu kan cantik, jadi --"

"To the point aja Pak. Bapak butuh apa?."

"Kamu tau aja saya butuh sesuatu. Tapi jangan judes - judes kenapa sih, May! Nanti jodoh kamu nggak bakalan dateng - dateng lho." Ujar Ben, Santai.

Nahkan! Ini salah satu hal yang tidak disukai oleh Maya dari Ben, kalau ngomong itu asal jeplak aja, gimana kalau ada yang sakit hati? Doa orang yang sakit hati pasti terkabul kan.

"Pak, harus nya yang perlu di khawatirkan soal jodoh itu bapak loh, umur bapak udah 31 tahun, masa belum punya istri."

Maya dapat melihat jika Ben melotot kearahnya, tapi Maya tidak memperdulikan malah kembali menekuni pekerjaan sebelumnya.

Dunia Maya | Revisi (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang