Saya nggak akan keberatan kalau kamu mau saya suapi kok, May
🍃🍃🍃
Ben mengacak - acakan rambutnya, lima menit yang lalu Maya sudah meminta izin untuk makan siang di kantin perusahaan. Sepertinya dirinya salah bicara, untuk apa bilang ingin makan siang dengan Bela? Melihat saja Ben tidak ingin.
Lantas jika seperti ini, Ben harus bagaimana? Menyusul Maya ke kantin? Jika nanti Maya bertanya Ben harus jawab apa?
"Argh..."
Ben mengerang, harusnya hari ini ia bisa menghabiskan waktunya bersama Maya, makan siang dan makan malam bersama, tapi sepertinya semua tidak akan terlaksana, gara - gara Bela, merusak semuanya.
Ben berdiri dari kursi kerjanya, berjalan ke depan, duduk di atas meja, mencoba berpikir cara apa yang bisa membuat dirinya makan bersama dengan Maya tanpa menurukan gengsi nya.
"Ayo, berpikir! Gimana caranya bisa makan siang bareng." Ucap Ben seraya mondar - mandir seperti setrika.
"Gara - gara mulut ini, nggak bisa terkontrol, ya seperti ini jadinya, harus nya bisa makan siang bareng. Eh, ujungnya sendiri lagi," Gumaman itu terus saja keluar dari mulut Ben, men menggerjabkan matanya saat tiba - tiba pintu terbuka dengan kerasnya.
Maya berdiri dengan tatapan bingung mengarah ke Ben.
"Bapak kenapa? Kok, mondar-mandir kaya setrikaan? Katanya mau makan siang sama bu Bela? Kok masih disini pak." Tanya Maya, membuat Ben gelagapan karena ketahuan oleh Maya.
"Mmm... Sebentar lagi saya berangkat kok." Ucap Ben berusaha menghilangkan kegugupannya.
Maya mengangguk lantas berjalan menuju kearah mejanya berada.
"Kamu kok, balik lagi? Bukannya baru aja kamu bilang ingin makan siang? Ini baru sepuluh menit berlalu?."
"Dompet saya ketinggalan, pak." Jawab Maya seraya menujukan dompet kecil berwarna hitam kepada Ben, Ben hanya menganggukan kepalanya, dalam kepalanya berputar supaya mempunyai celah, agar bisa makan siang dengan Maya.
"Yaudah ya, Pak, saya duluan." Ujar Maya tanpa mendengar jawaban dari Ben.
"May."
Maya yang baru saja hendak membuka pintu kayu di hadapannya, mengurungkan niatnya, lantas menatap Ben dengan tatapan bertanya.
"Itu... Tadi Bela bilang katanya nggak jadi makan siang bareng, jadi kamu mau nggak makan siang bareng saya." Ungkap Ben, dalam hati ia menghela napas lega.
Maya mengerjabkan kan matanya, menatap Ben dengan tatapan tidak percaya.
"Bukannya baru aja bapak bilang katanya mau berangkat sebentar lagi? Kok sekarang bilang nggak jadi sih, Pak?"
Ben makin gelagapan dengan pertanyaan Maya.
"Saya serius! Kalau kamu nggak percaya bisa lihat pesannya." Ben berusaha sesantai mungkin supaya tidak ketahuan oleh Maya.
"Saya nggak suka makan siang sendirian, May? Masa orang setampan saya makan sendirian! Nanti orang - orang pada penasaran kok, pria setampan saya jomblo." Lanjut Ben membuat Maya hanya menganggukan kepalanya terpaksa.
"Memang kenyataannya bapak jomblo!." Lirih Maya.
"Kamu ngomong apa May?." Tanya Ben, membuat Maya gelagapan.
Maya menggelengkan kepalanya, "Nggak, Pak. Itu, apa! Uang saya ketinggalan dirumah kayanya."
Ben yang sempat berhenti sejenak kini menganggukan kepalanya seraya tersenyum kearah Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Maya | Revisi (✓)
Chick-LitFollow sebelum baca! Versi lengkap sudah ada di google play book, link dibio [Romance-comedy] Tamaya Astyanti, diumurnya yang akan memasuki kepala tiga, Maya -- sapaan untuk dirinya -- lebih mementingkan pekerjaannya. Disaat teman kuliahnya sibuk...