Noo... Nggak ada pilihan itu? Yang ada cium atau peluk.
🕊️🕊️🕊️
Hidupnya kini telah berubah, dari biasa saja menjadi luar biasa, semenjak Ben dipilih menjadi calon suami, pria itu menjadi sangat overprotektif sekali terhadapnya, gampang ngambek, mesum berlebihan.
Maya kadang pusing dengan jalan pikiran pria itu, apa dia akan bisa bertahan hingga pernikahan mereka nanti? Entahlah!
Soal papanya, kini beliau sudah sangat sehat, hanya dirawat selama 2 hari, sekarang sudah kembali beraktivitas seperti semula, Maya sangat beruntung, Tuhan masih sayang terhadap kedua orangtuanya.
"Sugar."
Jangan bertanya itu suara siapa? Tentu saja Benjamin Andreas, sang calon suami.
"Hm."
"Sugar."
Maya berusaha mengabaikan rengekan dari Ben, hidupnya benar - benar hancur. Tidak ada kata tenang dihidupnya sekarang.
"Apa? Aku lagi sibuk Ben, tolong jangan ganggu." Ucap Maya dengan nada memohon, karena memang hari ini pekerjaannya sangat menumpuk.
Sekarang ia tidak menggunakan kata 'saya - anda' karena kata Ben itu terlalu formal, jadi ia hanya bisa menurut karena yang memegang kendali saat ini adalah Benjamin.
"Sugar, kamu lebih mementingkan berkas - berkas sialan itu dibandingkan aku__"
"Oke - oke, kamu mau ngapain?." Tanya Maya pasrah, sengaja ia memotong ucapan Ben, karena pria itu tidak akan berhenti sebelum apa yang ia inginkan terlaksana.
Ben tersenyum, saat Maya tidak mengabaikannya lagi.
Ben merentangkan tangannya, membuat Maya melotot, ia tahu apa yang diinginkan oleh Ben, tapi ini didalam kantor.
"Nggak, Ini kantor."
"Ayolah sugar, aku butuh asupan tenaga, liat? Aku udah lemas begini? Ah!" Ben tersenyum culas."Kamu mau aku peluk atau cium.?" Ujar Ben dengan menaik - turunkan alisnya.
"Mesum! Aku nggak mau dua - duanya." Ujar Maya setengah teriak.
"Noo... Nggak ada pilihan itu? Yang ada cium atau peluk." Goda Ben, dengan tatapan mesumnya.
"Nggak." Tegas Maya.
"Ingat sugar nolak suami itu dosa."
Ingin rasanya ia menjitak kepala Ben dengan balok besi, mereka masih Calon suami istri! Ingat calon! Masih belum sah.
"In your dream. Nyatanya kita belum menikah." Acuhnya, mengabaikan Ben yang tengah melotot.
"Aku akan percepat penikahan ini, dan akan aku buat kamu nggak bisa berjalan selama satu minggu, sugar." Dengan senyum licik, serta seringai kemenangan, Ben menatap Maya dengan angkuh.
"Mesum." Teriaknya, tapi di abaikan oleh Ben.
"Kamu mau kemana, sugar?" Tanya Ben saat melihat Maya keluar dengan menghentakan kakinya.
"Nyari yang seger - seger, atau nyari pria yang lebih waras."
Setelah mengatakan itu, ia menutup pintu dengan kesal. Bisa gila, jika terus - terusan mendengar ucapan manusia menyebalkan itu.
"SEKALI SAJA AKU LIAT KAMU DENGAN PRIA LAIN, AKAN AKU BUAT KAMU KEHILANGAN NAPAS, SUGAR."
Oke!
Ini sangat memalukan, kenapa pria itu harus berteriak?
Maya hanya menggelengkan kepalanya. Penyesalan memang selalu datang belakangan.
🕊️🕊️🕊️
Ia membasuh muka dengan air, karena jam istirahat masih setengah jam lagi, jadi ia ketoilet sebentar untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh Benjamin.
"Bisa gila gue kalau terus - terusan begini." Gumamnya lirih, seraya menatap wajahnya yang sangat kusut beberapa hari ini, terhitung dari ia menerima Ben menjadi calon suaminya.
Biasanya, ia akan selalu kelihatan fresh, kalau pekerjaan menumpuk atau yang lainnya, tapi jika berurusan dengan Ben, sepertinya akan menyerah sebelum berperang.
"Ngelamun aja, kenapa Mbak?"
Maya tergelonjak kaget mendengar suara seseorang, lantas menoleh, ia melihat Devi tengah mencuci tangannya.
Apa ia terlalu lama melamun disini? Sejak kapan gadis itu ada disini?
"Mbak? Sakit? Mau aku panggilkan bapak?"
Maya melotot lantas menggelangkan kepalanya.
"Nggak perlu, Dev."
Hening...
Maya dan Devi sibuk dengan kegiatannya masing - masing, Devi sibuk memoles bedak diwajahnya, sedangkan ia sibuk dengan lipstik nude nya.
"Mbak, beneran calon istrinya bapak?"
Maya menghentikan kegiatannya, menoleh kearah Devi.
"Memang kenapa Dev?" Tanya Maya bingung dengan pertanyaan Devi.
Devi hanya mengangkat bahu acuh, sebenarnya ia merasa ada yang berubah dari gadis disampingnya, atau mungkin hanya perasaanya saja.
"Nggak, aneh aja, dulu mbak bilang nggak suka, tapi sekarang malah jadi calon suami." Kekeh Devi.
Maya hanya diam menatap lurus kearah Devi, walaupun dengan kekehan kecil, tapi ia dapat merasakan nada sendu, kesal dan amarah yang mengalir dari gadis dihadapannya.
Maya menghela napas, "Takdir merubah segalanya, Dev. Seandainya aku nggak kepepet, aku nggak akan menjadi calon istri pria itu. Seandainya! Ya, hanya seandainya." Ujarnya seraya melangkah ke luar.
Mengabaikan tatapan tajam dari belakangnya.
🕊️🕊️🕊️
Maya melangkah dengan lesu menuju ruangannya, saat ia hendak ke kantin, tapi banyak manusia yang tengah menggosipkan dirinya.
Menyebut Maya dengan jalang, wanita gatel, affair dengan Bos. Banyak yang lainnya.
Ia membuka pintu tanpa mengetuk, tapi melihat apa yang ada didepannya membuat dirinya mati kutu.
Benjamin tengah berciuman!
Catat, tengah berciuman dengan --
Bela.
"M-maaf ganggu." Setelah mengatakan itu, ia berlalu dari dua orang yang tengah melakukan nikmati dunia.
"Sugar."
Sejujurnya ia dapat mendengar panggilan dari Ben, tapi ia menolak untuk berhenti. Hatinya menyuruhnya untuk pergi sejauh mungkin.
Kenapa sesakit ini, Tuhan.
♥️♥️♥️
Oke gyus ini pendek banget🤣 lagi nggak dapet ide! Maaf kalau nggak ada feel nya😂
Ada yang mau rekomendasi'in cerita yang menurut kalian bagus + wajib aku baca, coment ya😂 aku lagi kekurangan stok buku nih😫
Aku lebih suka cerita, Chicklit, romance, spiritual ♥️ tapi kalau mau rekomendasi cerita lain juga nggak apa! Insyaallah nanti aku baca♥️
Salam hangat, peternak sapi, 2020♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Maya | Revisi (✓)
ChickLitFollow sebelum baca! Versi lengkap sudah ada di google play book, link dibio [Romance-comedy] Tamaya Astyanti, diumurnya yang akan memasuki kepala tiga, Maya -- sapaan untuk dirinya -- lebih mementingkan pekerjaannya. Disaat teman kuliahnya sibuk...