4. | Senjata Makan Tuan

8.7K 821 23
                                    

Jadi kapan nih, kita jadi suami istri beneran

🕊️🕊️🕊️

"Ciuman selamat pagi, katanya." Cibir Maya seraya menghentakan kakinya.

"Cih! Itu manusia kok bisa nyebelin kebangetan sih? Dulu pas hamil dia, ngidam apa coba?" Gerutuan itu terus saja keluar dari mulut Maya, rasanya Maya ingin meledak jika setiap hari terus saja seperti ini.

Maya membuat kopi, untuk Ben. Tapi sepertinya kali ini ia akan membuat sedikit pelajaran untuk Ben karena sudah membuat hari - hari yang seharusnya damai menjadi kacau balau.

Dengan tawa jahat, Maya membawa kopi di tangannya, menuju sang Bos.

"Selamat menikmati, sarapan pagi untuk hari ini Ben kampret." Bisik Maya seraya terkikik.

Maya mengetuk pintu, terdengar suara orang menyahut, lantas Maya masuk. Jujur saja! Maya tidak dapat menahan senyumnya.

"Nih pak, kopinya seperti biasa," Ujar Maya dengan senyum manis, kali ini bukan di paksakan, memang Maya sedang merasa bahagia saja.

"Tumben banget kamu manis? Tadi pas keluar kamu nggak jatuh atau kejedot kan, May."

Maya menggeram, baru saja merasa bahagia, tapi Ben sudah merusak saja. Heran.

"Nggak, pak. Itu, saya seneng benget soalnya, BTS katanya mau ngadain konser di Asia, salah satunya ya Jakarta. Makannya saya seneng banget mau ketemu oppa - oppa tampan." Ujar Maya, Antusias. Karena memang dirinya sangat menyukai Bts apalagi pada salah satu personel bernama V.

"Ck! Apa bagusnya sih mereka, May? Oppa? Berarti mereka udah tua dong ya? Kaya kakek saya. Haha... Masih bagusan saya kemana - mana dong, umur saya masih muda, muka saya tampan luar biasa, uang saya banyak, perusahaan saya dimana - mana, kurang apa coba saya, May." Cerocos Ben.

"Ya, kurang bapak cuman satu, otaknya kurang se- ons. Makannya kadang nyebelin banget, kadang pede banget kaya barusan bapak ngomong! Perlu diingetin ya, umur bapak udah 31 tahun! Apa itu definisi muda? Lama - lama saya bisa mati mendadak kalau terus - terusan ngomong sama bapak." Ketus Maya seraya berjalan menuju mejanya.

"Jeh, kamu kira saya ini apa bisa buat kamu mati mendadak?" Tanya Ben, penasaran.

"Malaikat maut lah pak." Jawab Maya, galak.

"Mana ada malaikat maut setampan saya! Yang ada nanti arwah orang yang meninggal nggak mau pergi ketempat yang udah di tentukan, maunya sama saya aja, karena mereka udah jatuh cinta pandangan pertama sama saya." Ujar Ben.

Maya menggelengkan kepalanya! Kapan Ben menghilangkan rasa pede yang sudah lumayan akut itu.

"Ya, ya, ya,.. terserah bapak mau gimana, saya suci bapak penuh dosa."

Maya mengangkat tangannya, menyuruh Ben untuk berhenti berbicara, karena dirinya akan kembali bekerja, pekerjaan sedang menggunung.

"Stop, Pak. Jangan ngomong terus, hari ini kita banyak pekerjaan, saya nggak mau lembur. Nah satu lagi, itu kopi nya cepat diminum pak, takut keburu dingin, nanti bapak masuk angin, kan saya yang repot."

Maya dapat melihat Ben tersenyum senang. Entah apa yang membuat pria itu tersenyum? Kadang Maya saja tidak mengerti dengan jangan pikiran Ben.

"Aciee... Kita! Saya seneng lho, May, kalau manggil saya dan kamu pakai 'kita', serasa suami istri. Terus, saya juga seneng kamu mulai perhatian sama saya, kamu udah mulai ada rasa ya?." Ujar Ben, sebelum meminum kopi yang tadi dibuat oleh Maya.

Dunia Maya | Revisi (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang