5. | Perkataan Raka!

8.5K 734 11
                                    

May, saya serius soal saya kangen kamu lho, kamu nggak kangen sama saya?

♣️♣️♣️

Maya masuk kedalam rumahnya dengan muka lesunya. Jujur, dirinya lelah karena seharian ini menjadi babu Ben. Niat mengerjai tapi dirinya yang di kerjai, memang Tuhan adil ya!

"Tumben jam segini baru pulang." Riva bertanya pada Maya yang baru saja hendak menuangkan minum.

"Abis jagain orang sakit, Ma." Jawab Maya setelah meminum air.

Riva menyerit, "Siapa yang sakit."

"Bos."

"Kok bisa sakit?"

Maya hanya mengangkat bahu acuh, tidak menjawab ucapan mamanya, jika Riva tahu bahwa Ben sakit karena dirinya, bisa di marahi oleh Riva. Jadi, biarkan saja mamanya tidak tahu.

"Aku ke kamar dulu, ma." Dijawab anggukan oleh Riva.

Maya berjalan menuju kamarnya dengan gontai, baru hari ini Maya merasa sangat lelah. Maya menghela napas sebelum memasuki kamar mandi, seperti nya memang dirinya butuh air dingin untuk membuat tubuhnya kembali fresh.

Tiga puluh menit kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan handuk terikat di kepala, serta badannya. Baru saja hendak mengambil pakaian, suara ponsel mengurungkan niat Maya.

Maya melihat nama si penelpon, sebelum mendengus kesal. Baru satu jam ia berada di rumahnya tapi Ben sudah menelepon dirinya.

"Ya! Halo, pak. Ada apa?." Tanya Maya langsung.

"Nggak, saya cuman kangen sama kamu." Maya mendengus, mendengar ucapan Ben yang sangat menyebalkan menurut Maya.

"Pak! Apa bapak nggak tau, kalau saya capek banget abis ngurusin, bapak. Saya baru aja satu jam dirumah tapi bapak udah ganggu saya." Ucap Maya kesal bukan main.

"Maaf, abisnya salah kamu juga kenapa bisa sengangenin ini, makanya baru satu jam kamu keluar dari apartemen saya, tapi saya udah kangen berat."

"Maaf, pak. Saya nggak punya receh, uang saya dollar semua." Ketus Maya, karena kesal Ben terus saja merayu dirinya.

Maya dapat mendengar Ben tertawa kecil, apa yang baru saja ia ucapkan lucu?

"Lagian saya mana butuh uang receh kamu, May. Uang saya nggak akan habis tujuh turunan."

Lagi - lagi ucapan Ben menghadirkan dengusan dari bibir Maya.

"Ck! Bapak mau apa deh, telepon saya? Kalau cuman mau membangga - banggakan harta yang bapak punya, itu nggak penting buat saya. Saya lagi sibuk pak!"

"Sibuk apa? Sibuk menggunakan pakaian?"

Maya melotot lantas menatap keseluruh kamarnya, takut Ben memasang cctv di kamarnya.

"Bapak nggak lagi ngintip saya pakai baju kan? Kok bapak bisa tau." Pekik Maya, marah.

Lagi - lagi menimbukan tawa dari ujung telpon.

"Saya bercanda, May. Saya nggak mungkin kan melakukan hal yang nggak senonoh seperti itu. Itu hanya tebakan saya."

"Yaudah ya, Pak, say__"

"May, besok kamu jemput saya. Jangan sampai telat, karena kita bakalan keluar kota. kamu ingat." Ucapan Maya terpotong oleh Ben, tapi kali ini nada suara Ben lebi serius.

"Baik, pak." Jawab Maya, patuh.

"May, saya serius soal saya kangen kamu lho, kamu nggak kangen sama saya?"

Dunia Maya | Revisi (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang