8. | Kesalahan Maya

7.4K 688 26
                                    

Tuhan! Apakah patah hati sesakit ini? Lantas untuk apa ada cinta?

🍃🍃🍃

Jam baru menunjukan pukul 3:30 tapi Maya sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya. Jujur saja, Maya sangat bosan berada di ruangan bersama dengan Ben, jika tidak melakukan apapun seperti sekarang.

Semenjak insiden suapi - suapan itu, Maya belum berbicara lagi dengan Ben, ya! Ceritanya sih, Maya sedang marah.

"Pak! Pekerjaan saya kan__"

Ben menggelengkan kepalanya, seakan tahu apa yang akan di ucapkan oleh Maya,  "Kamu jangan dulu pulang, May. Disini kan saya yang bosnya, masa kamu yang pulang duluan?." Potong Ben masih menatap kearah berkas yang sedang ia periksa.

Maya menatap Ben tajam, apa salahnya dengan bawahan yang pulang duluan? Kan pekerjaannya sudah selesai. Pelit amat sih punya boss!!! Kesel... Batin Maya.

Maya membuka aplikasi belanja online yang sering ia pakai, jika sedang malas ke Mall. Maya membelakakan matanya, lantas bergegas mengecek tanggal hari ini.

"Astaga... Tanggal 12." Pekik Maya keras, membuat Ben menoleh kearah Maya, ada apa dengan tanggal 12. Pikir Ben, bertanya.

Bukan tanggal jadian kan?

"Kamu kenapa, May? Terus, emang ada apa di tanggal 12?." Ben menatap Maya dengan tatapan penuh selidik, membuat Maya gelagapan.

"Mmm,.. anu, Pak. Itu, hari ini tempat belanja online yang sering saya pakai, sedang diskon besar - besaran, gratis ongkir tanpan min. Belanja, sama chasback gitu, soalnya lagi ulangtahun. Saya sampai lupa! Hah, uang gajihan saya udah habis pakai beli skincare mama saya." Keluh Maya seraya menatap ponsel yang sedang menampilkan flashsale.

Ben mengangkat sebelah alisnya, memang wanita dengan diskon itu tidak bisa dipisahkan, Ben menghela napas, lantas melanjutkan pekerjaan yang masih menumpuk di depannya.

Ben berusaha mengabaikan pekikan daro Maya saat melihat barang yang sedang diskon. Ben hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Astaga... Handphone keluaran terbaru cuma Rp. 999. Ini serius? Yah, baru juga mau di masukin keranjang udah abis duluan."

"Ini orang pake jurus apa coba? Flashsale belum sampai satu menit, tapi udah abis. Huaa.. gagal deh punya handphone keluaran baru."

Ben menggelengkan kepalanya mendengar gerutuan Maya, tak urung Ben tersenyum kecil, Ben merasa terhibur dengan adanya Maya disini, dan merasa bersemangat. Sehingga Ben melarang Maya untuk pulang duluan.

"May."

Maya hanya menjawab deheman tanpa menoleh kearah Ben, masih saja sibuk dengan ponselnya. Ben hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kalau kamu jadi istri saya, tanpa harus nunggu flashsale, langsung saya beliin apa yang kamu mau." Ucap Ben lancar.

Maya yang mendengar hampir saja jantungnya meloncat keluar.

"Gila gue, kalau lama - lama ngedenger si Ben ngomong, Ngaur." Bisik Maya kecil, seraya mengusap - usap dadanya.

Sejujurnya pendengaran Ben itu tajam, jadi bisa mendengar bisikan kecil Maya, Ben hanya tersenyum kecil. Menurutnya Maya itu berbeda dari yang lain, ya istilah kerennya limited edition.

Tamaya Astyanti, perempuan dengan nama mirip dengan aktris itu sudah sangat memporak - porandakan hatinya, semenjak melamar pekerjaan di kantornya, dulu Maya melamar disini bukan sebagai sekretaris tapi accounting, Ben dengan sifat bucinnya memindahkan Maya ke sekretaris, dengan alasan, sekretaris dahulu ikut dengan suaminya. Itu emang benar! Ya walaupun kepindahan sekretaris nya yang lama itu murni karena dirinya.

Tiba - tiba pintu terbuka tanpa diketuk dari luar, masuk lah perempuan yang sangat Maya kenal, Maya menyerit, untuk apa perempuan ini kekantor Ben? Maya melirik Ben, ternyata laki - laki itu tengah menatap Bela dengan tatapan dingin dan tajam.

"Ben." Suara lembut Bela mengalun, seraya memeluk Ben, Maya seperti sedang berada di antara orang yang tengah jatuh cinta, sedangkan Maya pelakornya. Amit - amit gue jadi pelajor! Pikir Maya.

"Ngapain kesini?." Tanya Ben datar, berbeda jika berbicara dengan Maya.

"Aku mau ngajak kamu makan malam." Jawab Bela seperti orang mendesah.

Maya hampir saja tertawa terbahak-bahak, apalagi melihat Ben dengan muka merahnya, itu adalah kesenangan tersendiri menurut Maya.

"Saya sibuk. Jadi__"

"Pak, bukanya malam ini jadwal bapak kosong, bapak sibuk ngapain?"

Ben maupun Bela menatap Maya dengan tatapan berbeda, Ben masih menatap Maya dengan tatapan dalam, Ben tidak percaya jika Maya akan mengatakan hal seperti itu, bukankah malam ini mereka akan makan malam? Apa Maya melupakan nya? Atau Maya memang sengaja? Ada setitik rasa sakit di hati Ben, sepertinya memang dia yang terlalu berharap pada Maya.

Ben mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin Maya melihat raut kecewa yang terpancarkan di matanya.

Tuhan! Apakah patah hati sesakit ini? Lantas untuk apa ada cinta?

"Kamu kirim saja alamat nya, nanti saya akan kesana." Ujar Ben, datar.

Maya mematung di tempat, dirinya sekilas medapati rasa kecewa di mata Ben? Apa yang salah? Maya hanya ingin membuat keduanya dekat? Tapi kenapa Ben kecewa?

Maya mengerjabkan matanya, jantungnya berdegup kencang, dia ingat, bukankah malam ini mereka akan makan malam bersama? Dan Maya merusak semuanya?

Begok, May! Ya walaupun lo nggak suka sama si Ben, seenggak nya lo hargai orang lain!! Rutuk Maya dalam hati.

Bela sudah keluar dengan raut senangnya, tidak lupa memberikan ciuman dipipi, Maya melihat semuanya, sedangkan Ben? Hanya diam tanpa menolak?

Maya menghela napas berat, mencoba menghilangkan rasa sesak, saat melihat Bela mencium Ben!

"Pak Sa__"

"May! Saya tau kamu tidak suka dengan saya, saya pikir kamu akan mengharagi usaha saya selama ini? Ternyata saya salah! Kamu hanya mengagap ucapan saya angin lalu! May, apa kamu tau? Saya sangat berharap malam ini akan menjadi makan malam romantis untuk saya dan kamu, tapi ternyata hanya saya yang terlalu berharap disini!." Ucap Ben, lirih tapi datar ditambah nada formal yang di ucapkan oleh Ben.

Rasa bersalah semakin melingkup di dada Maya, seperti memang dia sudah keterlaluan.

"Pak sa__"

"Saya tidak akan memaksa kamu, May. Ini terakhir kali saya bilang, saya suka kamu, kamu mau jadi istri saya?." Potong Ben tanpa melihat kearah Maya.

Maya mematung! Maya mendegar lagi apa yang dikeluarkan dari mulut Ben, lamaran untuk dirinya. Tapi Maya tidak tahu perasaannya terhadap Ben.

"Pak, S-saya minta maaf__"

Ben menghela napas kecil, dia tahu apa yang akan diucapkan oleh Maya.
Ben menatap Maya dengan senyum kecutnya, dirinya tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya dari Maya, biarkan saja Maya tahu, bahwa Ben lemah jika menyangkut tentang perasaan.

"Saya tahu, May. Kamu nggak menerima saya. Terimakasih sudah mewarnai hari - hari saya! Kamu boleh pulang, May. Saya disini masih lama jadi kamu pulang duluan saja."

Maya menganggukan kepalanya, lantas memberesakan barang - barang yang ada dimejanya. Maya berdiri, berjalan kearah pintu, sebelum keluar Maya berucap lirih.

"Maafkan saya, Pak."

♣️♣️♣️

Dunia Maya sudah tersedia versi ebook, link ada di bio ya guys.

Vote, coment yang banyak gyus...

Salam, peternak sapi, 2019🍃

Dunia Maya | Revisi (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang