Ini salah satu cara untuk bujuk kamu, sugar."
🍂🍂🍂
Terkadang hidup memang tidak selamanya bahagia, tertawa atau tersenyum, karena nyatanya kita hidup dikelilingi oleh tabir kesedihan. Tidak selamanya kita ada diatas awan, pasti akan ada masanya kita dibawah tanah tanpa alas yang nyaman.
Hari ini kita bisa merasa bahwa hidup ini sangat menyenangkan, dunia seraya milik kita tapi tidak tahu esok, mungkin kita akan merasa hidup ini kejam karena kepalsuan yang tidak dapat dijabarkan.
Maya menatap jengah Ben yang sendari tadi hanya tersenyum menatapnya. Katanya pria itu akan menjelaskan tentang ciumannya dengan Bela, tapi apa? Sudah lima menit berlalu pria itu hanya diam.
"Pak__"
"Ssttt..."
Maya menutup mulutnya saat telunjuk pria itu ada di bibirnya. Jantungnya selalu berdetak kencang jika berhadapan dengan pria ini.
"Udah beberapa kali aku bilang, jangan panggil pak." Ujar Ben dengan senyum manis.
Maya membuang muka kesamping. "Aku kan lagi marah, jadi nggak apa manggil pak."
Ia terpaksa menatap kearah Ben, karena pria itu mengusap pipinya lembut.
"Maaf sugar." Ucapnya dengan penuh penyesalan.
Maya hanya mengangguk, ia akan memaafkan jika pria dihadapannya menjelaskan apa yang terjadi.
"Aku akan menjelaskan, aku berharap kamu percaya dengan penjelaskan yang aku sampaikan." Ben menghela napas sebelum memulai penjelasan nya.
"Saat kamu keluar dari pintu, nggak lama pintu itu kembali terbuka, aku pikir itu kamu. Makannya aku pura - pura ngeliat berkas, eh, tiba - tiba ada seseorang yang duduk dipangkuan aku, otomatis aku mendongak, tiba - tiba orang itu langsung kecup bibir aku. Serius sugar, cuma kecup. Itu karena kamu keburu datang." Ucap Ben panjang lebar.
Maya hanya menatap sinis pria dihadapannya. "Jadi, kalau aku nggak datang kamu mau lanjutin ciuman itu. Gitu?"
"E-eh, ya nggak lah. Aku menghargai kamu sebagai calon istri. Jadi, mana mungkin aku selingkuh. Sugar, kamu percaya kan sama aku?"
Maya menghela napas, lantas mengangguk.
"Kamu harus janji dulu!""Janji apa sugar?"
"Janji, kalau ini adalah yang pertama dan terakhir, aku ngeliat kamu sama Bela." Ujar Maya acuh tak acuh.
Ben tersenyum senang, karena Maya mau memaafkan kesalahannya.
"Aku janji." Setelah mengatakan itu, Ben mengecup kening Maya lama, membuat yang empunya tersentak.
"Nah, Sekarang kita makan dulu." Ujar Ben dengan senyum manisnya.
Kali ini Maya mengakui, bahwa senyum Benjamin Andreas itu bisa membuatnya mati kutu. Ia hanya mengangguk kecil untuk menjawab ucapan Ben.
🍂🍂🍂
"Kamu kenapa tiba - tiba romantis gini?"
"Ini salah satu cara untuk bujuk kamu, sugar."
"Cih! Romantis jika aku sedang dalam mode marah aja," Decih Maya, saat mendengar perkataan Ben, itu berarti ia harus marah terlebih dahulu jika ingin diperlakukan seperti ini.
"Eh, sweetheart aku bisa melakukan apapun untuk mu, aku bisa menjadi pria romantis jika itu yang kamu mau."
Maya hanya mengangkat bahu acuh.
"Lebih baik kita pulang, sebentar lagi tengah malam, Cinderella akan berubah menjadi upik abu. Eh, tapi aku memang upik abu, liat? Siapa yang akan memakai baju tidur plus tanpa make up disaat makan malam romantis seperti ini. Ini semua gara - gara kamu menculik aku, untung aja aku nggak mati berdiri." Sinis Maya pada Ben, kini ia sudah tidak takut lagi pada pria dihadapannya. Ia dapat melakukan berbagai ekspresi tanpa takut dipecat atau apalah.
"Oh, soal itu aku juga minta maaf, sugar. Dua orang itu sahabatku, Saka dan Adrian."
"Ya, ya, ya. Aku udah tau, untung aja papa dan mama nggak bangun, kalau bangun pasti mereka akan memukul kedua sahabatmu dengan tongkat baseball."
Ben hanya bergidik ngeri mendengar ucapan Maya yang menurutnya terdengar sangatlah sadis. Jika benda yang terbuat dari kayu itu mengendai kepala, tentu saja bisa membuat apa yang ada didalamnya keluar.
"Aku nggak bisa membayangkan jika itu terjadi, untung aja papa nggak bangun dari tidurnya." Ucap Ben, lirih.
"Yuk." Maya mendongkak, melihat sebuah tangan terkulur pas didepan matanya.
"Kemana?" Tanya Maya bingung. Bukankah mereka akan pulang?
"Kita dansa sebentar, Sugar. Aku yakin papa dan mama mu udah tidur jadi tidak akan mencari anak perempuan nya yang diculik ini." Sahut Ben dengan senyum menawan.
Senyum itu sekarang candu untuknya.
"Tapi aku nggak bisa dansa tau!" Ujar Maya acuh, karena ia merasa diledek oleh Ben.
"Kamu cukup mengikuti gerakan yang aku lakukan, ayo sugar! Hanya sebentar."
Maya menghela napas sebelum menerima uluran tangan dari Ben. Lagu Perfect - Ed Sheeran mengalun dengan sangat merdu, mengiringi gerakan kecil yang dilakukan oleh keduanya. Tidak ada kata yang diucapkan, keduanya hanya saling menatap, mengunci, memahami. Apakah ada cinta diantara keduanya?
Ben tersenyum senang, setelah melihat apa yang terjadi.
"Terimakasih, Sugar." Ucapnya senang, membuat Maya menyerit tidak mengerti.
"Untuk?"
"Untuk cinta yang tumbuh dihati mu!"
Maya menggeleng, "Gila! Aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Jangan sok tau."
Lagi - lagi Ben hanya tersenyum. "Bukan nggak punya! Tapi kamu belum menyadari, nyatanya nama aku udah terpatri dihati mu."
"Ish," desis Maya.
"I love you, sugar."
Malam ini keduanya merasa sangat bahagia, tapi tidak tahu jika esok? Karena dunia berputar, mengikuti porosnya.
Ingat, jangan terlalu bangga dengan apa yang kita punya sekarang, bisa saja esok akan hilang dalam sekejap.
🍂🍂🍂
Hi😙
Berapa hari aku nggak up guys? Satu minggu? Satu bulan? Nggak mungkin satu tahun kan?Oh, aku mau mengucapkan terimakasih buat kalian yang masih nunggu cerita ini🙏
Kemarin aku sakit, nggak bisa jalan gitu. Ah pokonya cuma bisa tiduran dikasur🤣
Oke, jangan lupa vote dan coment😙
Warning! Jika kalian menemukan cerita yang mirip sama cerita aku, tolong kasih tau gyus, itu pasti plagiat ya😙
Peternak sapi, januari 2020🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Maya | Revisi (✓)
Chick-LitFollow sebelum baca! Versi lengkap sudah ada di google play book, link dibio [Romance-comedy] Tamaya Astyanti, diumurnya yang akan memasuki kepala tiga, Maya -- sapaan untuk dirinya -- lebih mementingkan pekerjaannya. Disaat teman kuliahnya sibuk...