12. | Calon Suami

7.7K 739 48
                                    

Saya ini calon suami kamu, Tamaya. Jadi kamu nggak usah malu.

☘️☘️☘️

Maya berusaha melepaskan tangannya yang di genggam erat oleh Ben. Ia hanya bisa menunduk saat beberapa orang menatapnya dengan terang - terangan.

"Pak, lepasin tangan saya." Bisik Maya lirih masih dengan usaha untuk melepaskan.

"Kenapa?."

Ingin rasanya Maya menjintak kepala Ben, Ben seakan tidak peduli dengan tatapan serta cibiran karyawan kantornya. Bahkan ada yang terang - terangan berkata jika dirinya ada affair dengan bos mereka.

"Malu, pak." Cicit Maya.

Membuat Ben menghentikan langkahnya tepat di lobbi kantor.

"Kamu malu di genggam sama orang tampan, kaya saya ini." Kata Ben dengan suara keras, membuat Maya semakin menunduk. Gila ini orang, kenapa kalau ngomong nggak pernah tau tempat. Batin Maya, kesal.

"Pak?."

"Saya ini calon suami kamu, Tamaya. Jadi kamu nggak usah malu." Ujar Ben masih dengan nada keras, kini orang - orang menatap dengan tatapan tidak percaya.

Maya ingin pingsan disini sekarang juga, atau dirinya ingin pindah ke bulan saja. Sungguh ia tidak ingin menjadi bulan - bulanan orang kantor.

Maya merasa tangannya ditarik oleh Ben, tapi seperti ada magnet, Maya tidak bergerak sedikitpun. Kakinya sungguh lemas, kepalanya pusing. Baru 15menit berlalu ia menerima Ben sebagai calon suaminya, tapi Ben sudah membuatnya mati kutu.

"Kamu lama." Setelah mengatakan itu, Ben menggendong Maya dengan ala bridal style, membuat beberapa karyawan wanita menjerit karena melihat adegan romantis dari bos mereka.

Maya dengan refleks mengalungkan tangannya pada leher Ben. Ben menunduk, menatap mata wanita yang tengah berada di gendongannya, senyum manis tidak dapat dielakan. Nyatanya ini terasa sangat menyenangkan menurut Ben.

Maya masih menatap Ben dengan tatapan tidak percaya.

"Bapak apasih? Saya bisa jalan sendiri. Turunin saya pak, malu." Cicit Maya dengan menundukan kepalanya didada Ben.

Kalau boleh jujur, ia merasa sangat nyaman berada di dalam kukungan Ben! Ia juga dapat mendengar detak jantung Ben, yang tidak beraturan. Maya memberanikan diri untuk mendongkak.

"Kamu bisa merasakannya kan?"

Maya mengerjabkan matanya, ia tidak paham dengan ucapan Ben? Merasakan apa?

"Merasakan apa pak?"

"Detak jantung! Detak jantung saya akan selalu menggila jika berhadapan dengan kamu! Saya nggak tau kenapa? Tapi yang saya tau itu salahsatu gejala orang jatuh cinta? Mungkin saya cinta kamu."

Blushh...

Pipi Maya memerah mendengar ucapan Ben. Ia langsung menunduk, agar Ben tidak melihat, bisa kegeeran jika pria itu melihat dirinya merona.

"Bapak punya penyakit jantung kali."

Brak!

"Gila, sakit pak. Ini pantat lho, bukan besi." Ujar Maya saat tiba - tiba Ben menurunkan nya dengan tidak lembut.

"Itu gara - gara kamu bilang jika saya punya penyakit jantung. Enak aja, saya ini sehat walafiat ya." Ketus Ben seraya menutup pintu penumpang dengan sangat keras.

Membuat Maya mengusap dadanya pelan.

"Itu orang punya kepribadian ganda kali, dikit - dikit romantis, dikit - dikit ketus. Kayanya gue salah pilih calon suami!." Gumam Maya lirih seraya menatap gerak - gerik Ben.

Dunia Maya | Revisi (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang