D U A P U L U H

32 6 0
                                    

Senin, satu kata yang bisa membuat mood kirana sedikit menjadi malas. Ya kini adalah hari senin, semua siswa memakai atribut sekolah yang lengkap dan rapih. Kirana berjalan di koridor sekolahnya. Sama seperti kemarin selalu saja ada yang mengejeknya. Tapi kali ini membuat telinganya janggal.

"Pelacur lo!"

"Jablay pinggir jalan dasar"

"Perek bisa pakai lo!"

Kirana menoleh ke sumber suara,kirana menarik napas dan menghembuskannya kembali, kali ini ia harus mulai berani jangan hanya di injak terus.

"Maksudnya apa ya kak?" Tanya kirana yang kini di depan kakak kelasnya.

"Jangan sok polos deh lo, semuanya juga udah pada tau kalo lo itu simpenan om om" ucapnya dengan nada yang tinggi.

Kirana tersenyum kesal dan mengangkat satu alisnya.

"Simpenan? Lo punya bukti apa?"

"Lo ngelawan kakak kelas nih? Adek kelas jagoan lo?" Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk dahi kirana.

"Gue bukan jagoan, tapi gue bisa jadi jagoan. Lo mau jadi musuh si jagoan itu?"

"Ohh nantang nih gaiss! Sini-sini ngumpul kita mau adu bacot nih" teriaknya sambil memanggil semua orang yang ada di koridor dan semua orang pun kepo akhirnya menonton perbincangan yang hangat ini.

"Jadi lo punya bukti?" Tanya kirana santai.

Dia mengambil ponselnya yang berada di kantongnya.

"Nih apa? Skak lo sama gue" ucapnya sambil menunjukkan sebuah gambar. Disitu kirana mengenakan dress selutut berwarna navy berjalan berdampingan dengan pak yudi.

Kirana tidak berkedip sama sekali,ia kaget. Entah siapa yang memotretnya dan menyebarkannya.

"Di..dia itu e..ee pemilik kafe andara"

Kakak kelasnya tertawa.

"Kaya juga sugar dady lo"

Kirana menyatukan alisnya.

"Gue gak ada hubungan apa-apa kok" kali ini kirana berbicara dengan nada tinggi.

Kakak kelasnya menjambak rambutnya,lalu berbisik di telinga kirana.

"Gak usah ngelak,gue punya bukti!" Teriak kakak kelasnya yang terlihat di name tag bernama sasha.

Kirana memegang telinganya yang sakit itu. Ia sudah sangat sangat geram kepada manusia sejenis kakak kelasnya itu.

Plakkk

Tamparan yang mulus mendarat di pipi kakak kelasnya itu. Sebenarnya itu adalah tamparan reflek karena kirana sudah sangat kesal.

"Woooo" teriak ricuh para siswa yang menonton kami.

"Sialan lo!" Ucapnya sambil memegang pipinya.

Kirana hanya diam menatap kakak kelasnya itu,ia memasang muka tak peduli.

"Udah puas ngebacotnya? Gue pengen ke kelas nih. Gerah deket-deket sama kakak kelas sialan" ucapnya lalu pergi dari koridor.

Pagi hari udah begini aja nasibnya batinnya berkata sambil berjalan santai di koridor.

Setelah itu ia menjalankan pagi harinya dengan upacara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang