Kau berjalan bersama June menuju parkiran mobil dengan posisi yang sama saat diloker tadi.
"Kau tak perlu memelukku saat berjalan seperti ini. Aku kan bawa jaket." protesmu.
"Kau tidak suka?" tanyanya.
"Jelas saja! Telingaku sakit mendengar teriakan orang-orang dikampus. Sudah lepaskan!" ujarmu.
"Masuk ke mobil." perintahnya.
"Tidak mau. Aku naik bus saja." jawabmu.
"Ck! Kau ini keras kepala, ya. Kan aku sudah bilang akan mengantarmu sampai rumah. Cepat masuk."
"Nanti jok mobilmu kotor, June-ya."
"Tidak usah khawatir. Cepat masuk, kau ingin pulang atau tidak?"
Mau tidak mau kau harus menuruti apa kata June. Kau melambari jok mobil June dengan jaketmu agar noda darah tidak mengecap.
Diperjalanan kau dan June tidak membuka suara. Hanya musik dari radio yang menengahi keheningan kalian.
"Apa sakit?" tanya June memecah keheningan.
Kau hanya mengangguk.
"Sudah ada obat?" tanyanya lagi.
"Sudah, Jun." jawabmu.
"Kenapa tidak kau minum? Lihat, kau jadi kesakitan seperti ini, kan." ujarnya.
"Aku lupa membawanya."
"Bagaimana bisa lupa sedangkan kau sedang dalam masa period?"
"Ya!! Bisa kau tutup mulutmu sebentar saja? Kau berisik sekali!" protesmu.
Ia hanya mendengus lalu melirikmu.
Setelah sampai rumah, kau segera turun dari mobil June.
"Terima kasih, ya. Maaf merepotkan." ujarmu.
"Sudah sana masuk dan segera ganti pakaian." jawabnya datar. "Aku langsung pulang, ya."
Kau mengangguk, "Hati-hati dijalan."
Sorenya, kau harus segera menuju kedai untuk bekerja. Saat memasuki kedai, kau terkejut.
Bukannya Jihyun yang ada di meja kasir, tapi sudah ada sosok June disana. Menatapmu dengan tatapan datar miliknya.
"Untuk apa kau kemari?" tanyamu.
"Kerja." jawabnya singkat.
"Kerja? Oh ayolah! Kau sudah bergelimang harta, kenapa kau mau bekerja?" protesmu.
"Oh! Eunsoo sudah datang, ya. Hm, June bilang dia mau belajar mandiri makanya dia melamar pekerjaan disini, kau yang bimbing dia di kasir ya. Kak Mino yang mengatakannya tadi." ujar Jihyun yang muncul dari arah dapur.
"Kenapa aku? Bukannya kau saja?"
"Itu perintah Kak Mino, tahu. Lakukan saja." jawab Jihyun.
Kamu menatap June dengan tatapan malas. Sedangkan dia hanya menunjukkan ekspresi yang datar seperti biasanya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya.
"Ya, jika ada customer datang. Sapa mereka dengan baik. Tanyakan pesanan, catat pesanannya dalam komputer, ulang pesanannya, lalu minta pembayaran." jelasmu.
"Semudah itu? Alright." jawabnya.
"Jangan lupa tersenyum. Tidak ada yang mau pergi kesini jika kasirnya kasar sepertimu."
"Cih. Kau pasti akan terpesona jika kau melihatku tersenyum."
"Over percaya diri. Ewh."
"Kau tidak percaya? Oke, aku tunjukkan."
Pintu depan kedai terbuka, menampakkan sosok gadis muda dengan seorang lelaki disampingnya.
"Itu bagianmu." ujarmu.
"Selamat datang, Nona cantik." ucap June menyapa gadisnya, dengan menunjukkan senyum miliknya.
Terlihat gadis yang dilempari June senyuman hanya tersipu malu, pipinya menjadi merona.
Sedang lelakinya, ia menatap June dengan tatapan kesal."Ya, kau ini bekerja atau ingin mengajak bertengkar?" ujar pelanggan laki-laki tadi.
"Jika aku tersenyum padamu, nanti kau kira aku tidak normal. Makanya aku tersenyum pada gadismu." jawab June.
"Ya!! Berani kau berkata seperti itu! Mana bosmu, huh!" teriaknya.
Kamu hanya memijat keningmu melihat kelakuan June terhadap customer.
"Bisa kucatat pesananmu?" tanyamu sambil tersenyum kearah customer.
"Ya! Jangan tersenyum kepadanya. Aku tidak suka!" tukas June.
"June-ya, sebaiknya kau membantu Jihyun didapur." ucapmu sambil mengetukkan jari dilayar komputer untuk mencatat pesanan.
June hanya mendengus kesal dan meninggalkanmu menuju dapur.
"Maafkan atas sikapnya pada kalian, Tuan, Nona. Dia pegawai baru." ujarmu.
"Apa laki-laki itu pacarmu, Nona?" tanya sang gadis padamu.
"Ah, kami hanya partner kerja, Nona." jawabmu ramah.
"Ah sayang sekali. Tapi kalian terlihat cocok. Manis sekali." jawabnya.
Kamu mengusap tengkukmu, "Ah, begitu ya. Baiklah, pesanan kalian akan diantar 5 menit lagi. Silahkan tunggu."
Waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa kini waktunya kedaimu tutup. Temanmu Jihyun sudah lebih dulu pulang. Tapi, tidak dengan June.
Ia berucap bahwa ia akan menunggumu hingga selesai membereskan dapur.
Saat kamu sudah selesai, kamu segera keluar dari dapur dan menenteng sling bag warna peach milikmu. Kamu terkejut karena melihat June sedang tertidur di kursi pengunjung
Dengan perlahan, kau mengguncang badannya.
"June-ya. Bangun."
Ia tidak merespon.
"Ya! Kau tidak ingin pulang, huh?" ujarmu.
Ia sama sekali tidak berkutik.
Ini pertama kalinya ia bekerja. Jadi mungkin saja, ia sangat kelelahan. Itu yang kau pikirkan.
Lalu, kau mengusap kepalanya dengan hati-hati.
Ia nampak gusar, lalu membuka matanya perlahan.Kau yang kaget cepat-cepat melepas tanganmu dari kepala June.
"Kenapa dilepas? Aku suka." ujarnya sambil menarik tanganmu untuk diletakkan lagi di kepalamu.
"Ish. Kau mau pulang tidak. Kedai akan kututup." protesmu.
"Boleh aku menginap dirumahmu semalam? Kau tahu, jarak rumahku kan jauh." ucapnya.
Tiba-tiba kakakmu Mino sudah masuk ke kedai. Ia bermaksud untuk menjemputmu.
"June-ya? Kau tidak pulang?" tanya kakakmu.
"Kak, boleh aku menginap? Jarak rumahku jauh sekali." ujar June berterus-terang.
Kau hanya menatap kakakmu sambil menggelengkan kepala untuk memberi isyarat agar June tidak diizinkan menginap.
Mino menatapmu, ia tersenyum lebar sambil menaik-turunkan alisnya.
"Tentu saja, June-ya. Tapi, rumah kami tidak besar seperti rumahmu." ucapnya.
"Tidak masalah. Asal itu terasa benar-benar rumah. Tidak seperti rumahku. Hanya bentuknya saja besar, tapi didalamnya seperti neraka." ujar June.
Kau hanya menelan saliva saat mendengar pernyataan June.
***
Hiyaa-hiyaaa😄
Terima kasih supportnya yaa guysss💖-Riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Fanfiction"Dia acuh, tak tahu diri, berandal, menjengkelkan. But, he was my sweety bad boy." - Ahn Eunsoo. "Eunsoo is the reason for my euphoria." - Koo June. *** Euphoria || Koo Junhoe✔ Original story made by Me. Status : Finish Start : Kamis, 4 April 2019. ...