Setelah makan malam selesai, kau melanjutkan aktivitasmu yang tadi tertunda, membolak-balikkan isi buku, mengetikkan banyak kata di laptopmu untuk mengisi tugas dari dosen. Sedangkan June, ia masih sibuk menatap buku, lalu mencoret-coret kertas yang ada di depannya.
"Kau ini membuat tugas atau karangan?" tanyamu."Hey, sebelum membuat tugas, harus membuat kerangkanya dulu. Agar tidak salah sewaktu kita merangkainya menjadi sebuah tugas." jelasnya.
Kau mengangguk-anggukkan kepalamu, "Tidak praktis dong?"
"Memang, tapi untuk mendapat hasil yang terbaik, apa salahnya?" jawabnya.
"Wah, ku pikir kau hanya pandai dalam mencari masalah." ujarmu.
"Ck, itu dulu. Sekarang aku ingin berubah, demi dirimu." jawabnya.
Kau tersenyum lalu kembali melanjutkan tugasmu.
Setelah beberapa jam kalian berdua berkutat dengan laptop dan buku-buku tebal, akhirnya tugas milik June pun terlihat sudah lebih dulu selesai.
"Argh, ini benar-benar membuatku pusing." erangnya sambil mengacak rambutnya.
Kau tertawa, "Sudah selesai?"
"Sudah. Membuat tugas sepanjang ini benar-benar membuat lelah." ujarnya.
Sesaat setelah ia menyimpan tugasnya ke dalam flashdisk, ia pun berdiri. "Aku mau keluar rumah sebentar, kau mau ikut?"
Kau menggeleng, "Tugasku sedikit lagi selesai. Aku dirumah saja."
"Yang benar? Kau tidak takut?" godanya.
"Untuk apa takut? Bahkan hanya ada satu hantu dirumah ini." jawabmu.
"Benarkah?"
Kau mengangguk, "Hantunya kau."
"Iya, hantunya aku. Dan aku akan menghantui hidupmu dan kau tidak bisa melupakanku sedetik pun." ocehnya.
Kau tertawa, "Sudah sana. Katanya mau keluar? Jangan pulang terlalu larut, tidak baik untuk kesehatanmu."
"Iya-iya, calon istri." jawabnya.
Kau meregangkan badanmu saat tugas yang kau tulis sudah selesai, jam pun menunjukkan pukul 9 malam dan June belum juga kembali sejak 1 jam ia pergi tadi.
Saat kau akan meraih ponsel untuk menghubunginya, ada satu notifikasi pesan portal berita yang membuatmu penasaran ingin membukanya.
Yang kemudian kau terkejut karena mendapati foto pacarmu yang sedang masuk club dan duduk diantara gadis-gadis cantik.
Dan setelah kau selesai membaca berita itu, sekitar 10 menit kemudian June masuk ke dalam rumah dengan ekspresi muka tanpa rasa bersalah.
"Kau kenapa?" tanyanya.
"Disaat seperti ini kau masih sempat bertanya?" jawabmu.
"Hey, aku bertanya sungguh-sungguh, kau ini kenapa? Karena aku pulang terlambat, ya? Maaf, supermarket di dekat rumah sangat ramai dan antri jadi aku harus menunggu." jelasnya.
Kau masih menolak untuk menatap matanya, sedangkan June sudah duduk disampingmu.
"Kau pergi ke supermarket atau ke club malam?"
"Club? Apa maksudmu?"
"Cek ponselmu. Berita tentangmu sudah tersebar dimana-dimana." jawabmu acuh.
Ia membuka ponselnya, sedangkan kau memasukkan barang-barangmu ke dalam tas. Dan tentu saja ia terkejut karena ia sudah paham tentang hal yang membuatmu marah saat ini.
"Aku mau pulang." ujarmu.
"Hey, aku bisa jelaskan. Itu foto lamaku, mereka kembali memberitakannya." ucapnya.
"Benarkah? Bahkan bajumu sama dengan baju yang ada di foto itu, apa iya itu foto lama?" jawabmu.
"Aku bersumpah, Eunsoo-ya. Ini adalah foto lamaku. Aku tidak pergi ke club tadi."
"Sudahlah."
Kau menggendong tasmu lalu berjalan cepat ke luar rumah,
"Hey, hey. Eunsoo-ya, tunggu!" pekiknya lalu mengejarmu.
Ia berhasil menangkap bahumu, dan membalikkan badanmu.
"Dengarkan aku dulu." pintanya.
"Aku berusaha mempercayaimu, tapi kau? Kau malah meruntuhkan semua kepercayaanku? Maumu apa sih, Jun?" ucapmu. Air mata sudah membanjiri pipimu.
"Maaf. Maafkan aku." ujarnya.
Saat tangannya akan meraih wajahmu untuk menghapus air matamu. Kau menepisnya dengan cepat.
"Sepertinya aku harus belajar untuk tidak mempercayai seseorang dengan mudah." jawabmu.
Kau membalikkan badanmu, dan baru satu langkah, June menahan tanganmu yang membuatmu otomatis kembali menatapnya.
"Kau mau pulang? Sebaiknya denganku." ujarnya datar.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri." jawabmu.
"Sebaiknya belajarlah untuk tidak keras kepala." ucapnya yang lalu menarikmu untuk masuk ke mobilnya.
Sepanjang perjalanan hingga kau sampai di rumahmu, tidak ada sedikitpun suara yang terdengar.
Saat kau akan keluar dari mobil, June meraih tanganmu hingga kau jatuh ke dadanya."Tolong, jangan marah padaku. Aku minta maaf." ucapnya.
"Jun, aku lelah. Aku mau cepat istirahat." jawabmu sambil memaksakan diri untuk keluar dari pelukannya.
Ia pun akhirnya membiarkanmu keluar dari mobil dan menatap badanmu menjauh dari mobilnya hingga kau masuk ke dalam rumah.
Ia menghela nafas kasar, lalu melajukan mobilnya menjauh dari rumahmu.
Sedangkan kau yang sudah masuk ke dalam rumah, mengintip pacarmu yang sudah menjauh dari balik gordin jendela. Kau usap pipimu yang sudah terdapat sungai kecil disana.
"Eunsoo-ya?" panggil Yunhyeong.
Kau berbalik badan dan tersenyum padanya, "Oh, hai."
"Ada apa denganmu? Kau ada masalah?" ujarnya sambil memegang bahumu.
Kau menggeleng, "Tidak."
"Hey, kau menangis. Tidak mungkin kau sedang tidak ada masalah." jawabnya.
Tak lama kemudian, ia merengkuh badanmu dan mengusap punggungmu.
Lalu, ia berdeham sebentar. "Kau.. sedang ada masalah dengan pacarmu?"
Kau melepaskan rengkuhannya dan menatap wajahnya, "Bagaimana kau tahu?"
"Yah, aku hanya menebaknya saja." jawabnya.
Kau menunduk sambil tersenyum separuh, "Terima kasih sudah mengerti. Aku mau istirahat, permisi."
"Hey.." ucapnya. Ia memegang pergelangan tanganmu.
Kau hanya menengok dan menatap wajahnya.
"Jika kau ada masalah, jangan ragu untuk membaginya padaku. Ehm, siapa tahu aku bisa memberikan solusi terbaik untukmu." ujarnya.
Kau pun tersenyum, "Terima kasih."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Fanfiction"Dia acuh, tak tahu diri, berandal, menjengkelkan. But, he was my sweety bad boy." - Ahn Eunsoo. "Eunsoo is the reason for my euphoria." - Koo June. *** Euphoria || Koo Junhoe✔ Original story made by Me. Status : Finish Start : Kamis, 4 April 2019. ...